Kami membeli 4 potong pakaian dari toko ini. 1 untuk ibu saya, 3 sisanya untuk anak saya. Keempat potong pakaian dengan kualitas bahan lumayan bagus ini dibanderol dengan harga 300-an ribu, harga yang tidak mungkin saya dapatkan jika saya berbelanja online atau di mall.
“Mama dan Eyang seneng nih yang kayak gini-gini. Diskon gede-gedean sampe aku dapat tiga!” seru anak saya girang.
Saya tercenung mencermati ungkapan kegembiraan anak saya. Seketika muncul rasa syukur. Keputusan saya untuk menuruti keinginan Ibu menghidupkan kembali tradisi baju baru menjelang lebaran adalah pilihan yang tepat.
Ada rasa senang bercampur dengan keprihatinan dengan keadaan ini. Senang karena mendapatkan bonus diskon besar-besaran, namun juga prihatin dengan hancurnya sebagian besar perekonomian pedagang pakaian. Senang karena Ibu saya sudah ikut andil memberikan perpanjangan waktu bagi Mbak penjaga toko untuk tetap bekerja dan memperoleh penghasilan. Prihatin saat lebaran usai masihkah dia tetap bisa bertahan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H