Mohon tunggu...
Rimdo MW Simbolon
Rimdo MW Simbolon Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati Kepemiluan dan Demokrasi

Pemerhati Kepemiluan dan Demokrasi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menguatkan Kesadaran Pemilih Pemula di Pemilu

4 Juni 2023   19:11 Diperbarui: 4 Juni 2023   19:22 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : https://siedoo.com/

Secara umum masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan Pemilihan Umum di Indonesia. Penyelenggaraan Pemilihan Umum merupakan wujud nyata komitmen Pemerintah Indonesia untuk menjamin kemerdekaan dan kedaulatan rakyat Indonesia dalam menentukan pemimpin Republik ini sesuai dengan pilihan mayoritas rakyat itu sendiri. 

Indonesia sebagai negara demokrasi menjadikan penyelenggaraan Pemilihan Umum ini sebagai sarana bagi setiap warga negara untuk menentukan wakil rakyat.Untuk memastikan keberpihakan pemilih dengan kontestan politik dalam pemilu, kontestan politik, baik secara personal maupun politik, berupaya semaksimal mungkin untuk memenangkan dan merebut hati pemilih melalui serangkaian kegiatan kampanye.

Partisipasi pemilih yang tinggi dalam suatu kontestasi pemilu merupakan salah satu indikator keberhasilan kepatuhan pemilu itu sendiri. Penulis berasumsi bahwa besarnya dana yang dikeluarkan dalam setiap pemilu, dimana dana tersebut juga berasal dari APBN dan Belanja Negara, dan kita mengetahui bahwa salah satu sumber APBN berasal dari pajak yang dibayar oleh rakyat juga. Dengan demikian, idealnya setiap dana yang dikeluarkan oleh rakyat, yang bersumber dari rakyat, harus dapat memberikan kemaslahatan bersama untuk rakyat pula.

Michael Rush dan Philip Althoff sebagaimana dikutip oleh Rafael Raga Maran (2001: 147) partisipasi politik dianggap sebagai hasil aspirasi politik. Partisipasi politik adalah upaya terorganisasi oleh warga negara untuk memilih pemimpin mereka dan mempengaruhi bentuk dan arah kebijaksanaan umum. Sedangkan Miriam Budiardjo (2000:161) menyatakan bahwa "partisipasi politik meliputi semua kegiatan sukarela yang dilalui seseorang dalam proses pemilihan pemimpin politik dan turut serta secara langsung atau tidak langsung dalam pembentukan kebijaksanaan umum".

Penelitian yang dilakukan oleh Mc's Kinsey Institute (2012) menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari tujuh negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030, melalui Jerman dan Inggris, karena populasi kaum muda yang menjaga produktivitas ekonomi Indonesia. 

Diperkirakan 70% penduduk Indonesia merupakan usia produktif berkisar antara 15-64 tahun dalam 18 tahun ke depan. Dalam konteks politik dan pemilu, dapat diartikan bahwa 70% pemilih di Indonesia adalah pemilih potensial dan jika dapat dikelola dengan baik tentu akan menjadi sumber suara untuk memenangkan kontes di setiap ajang pemilu.

Juga menurut Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia bahwa pemilih di Indonesia terbagi menjadi dua kategori yaitu Pertama, pemilih rasional yaitu pemilih yang benar-benar memilih partai berdasarkan penilaian dan analisis mendalam. Kedua, pemilih yang kritis secara emosional, pemilih yang masih idealis.

Di era milenium dan reformasi Indonesia, mayoritas pemuda dan pemilih Indonesia adalah pemilih yang melek teknologi. Segala bentuk informasi dapat diterima dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu, informasi positif tentang agenda politik suatu partai atau motivasi politik para kontestan merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui publik sebelum mereka mencoblos hak politiknya. Namun, rendahnya angka partisipasi politik ini disebabkan partai politik tidak memiliki program dan platform yang jelas antara satu partai dengan partai lainnya. 

Akhirnya mereka hanya berburu rente, dan mendekati pemilih jelang pemilu. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan para pemilih mudah memberontak, tidak setia, dan selanjutnya menimbulkan fluktualitas dukungan kepada partai. Meski pemilu digelar, para pemilih mengambang tetap menggunakan hak pilihnya namun biasanya karena terpaksa. Apatis politik terus meningkat karena tidak pernah menemukan partai alternatif yang kredibel. Di tengah kemajuan teknologi dan pesatnya informasi ini, peran netral media dalam menyampaikan berita-berita positif sangat dinantikan.

Berbagai bentuk media sosial yang ada membuat para pemilih dapat bersatu dalam kelompok yang seirama dan serasi sesuai dengan ideologi atau pandangannya. Tak heran, saat ini setiap orang bisa membuat grup di media sosial sesuai dengan tujuan dan minat masing-masing. Kesempatan ini sebenarnya bisa dimanfaatkan oleh parpol dan kontestan politik untuk mengkampanyekan program-programnya sekaligus menghadirkan liputan yang posistif sehingga menarik perhatian khalayak publik. 

Namun, di tengah mudahnya akses informasi yang diperoleh, tidak jarang juga ditemukan informasi atau berita hoax yang saling menjatuhkan, memfitnah, menjelek-jelekkan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Dalam kondisi seperti ini, publik sebagai pemilih diharapkan mampu memilah dan membedakan antara berita yang benar dan berita yang bohong. Kemampuan mereka sebenarnya menjadi modal untuk memenangkan kontes pemilu. Para pemilih pemula yang informasinya sudah ada di tangan mereka, menjadikan mereka pemilih yang kritis dan unik. Kritis karena mereka bisa suka atau tidak suka

 Bentuk-bentuk partisipasi yang dilakukan pemilih pemula dalam rangka Pemilu adalah Kampanye merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mempengaruhi dan menarik simpati serta mendapatkan suara sebanyak- banyaknya dari para pemilih agar dapat memilih calon tertentu dan memenangkannya. Kampanye adalah salah satu bagian yang penting alam kegiatan Pemilihan Umum. Sebagian besar Pemilih Pemula sudah mengetahui tujuan dari kampanye itu sendiri, yaitu untuk memberikan informasi Pemilu dan memaparkan visi dan misi sehingga dapat menarik simpati unutk memilih.

Pemberian suara pemahaman arti demokrasi yang makin luas di kalangan masyarakat memberikan pengaruh yang signifikan bagi dinamika politik bangsa. Salah satu indikator berjalannya politik secara demokratis adalah dengan adanya partisipasi politik dari masyarakat, untuk mengamati hal tersebut kita dapat melihatnya melalui bentuk-bentuk partispasi politik masyarakat. 

Ada berbagai macam cara yang dilakukan oleh calon untuk menarik simpati dalam kegiatan kampanye, diantaranya dengan menghadirkan bintang hiburan baik penyanyi maupun selebriti dalam kampanye terbuka, melakukan bakti sosial, dan memberikan bantuan untuk pembangunan tempat ibadah, sehingga hal-hal tersebut dapat menarik perhatian para pemilih khususnya Pemilih Pemula untuk memilih.

Berkaitan dengan Pemilu menyalurkan hak pilihnya dalam Pemilu kali ini, begitu pun bagi kalangan pemilih pemula yang begitu antusias untuk memilih karena bagi sebagian besar pemilih pemula mereka sangat ingin datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) karena Pemilihan Umum ini merupakan Pemilu pertama bagi mereka dan mereka tidak ingin melewatkan moment tersebut.

Anggapan pemilih pemula bahwa kampanye merupakan suatu kegiatan yang menyita waktu dan berbenturan dengan kegiatan mereka sehari-hari mengakibatkan Pemilih Pemula ini enggan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kampanye. Ada juga pemilih pemula yang berpendapat bahwa tidak mengikuti kampanye karena tidak suka dengan hiruk-pikuk keramaian suasana kampanye terbuka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun