PGRI menilai POP tidak maksimal karena dilaksanakan dalam waktu yang singkat. PGRI lebih menyarankan dana Kemdikbud di prioritaskan guna ketersediaan sarana untuk menunjang keterlaksanaan pembelajaran jarak jauh dalam masa pandemi di daerah.
Bagaimanapun PGRI adalah organisasi yang membawahi para guru. Bagaimana mungkin POP dengan  sasaran utama adalah guru dapat terlaksana dengan baik jika para guru sendiri sudah melakukan penolakan terhadap program ini.
Diperlukan beberapa tindakan cepat Nadiem untuk menyikapi hal ini jika ingin program POP dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Karena pada dasarnya baik NU maupun Muhammadiyah mengakui POP adalah program yang baik untuk dilaksanakan dalam peningkatan kompetensi guru yang berujung kepada peningkatan hasil belajar siswa.
Agaknya Nadiem sudah menangkap hal ini. Setidaknya beliau telah mengeluarkan pernyataan akan mengevaluasi ulang pelaksanaan POP. Evaluasi yang dilakukan guna penyempurnaan POP menurut Nadiem dilakukan setelah pemerintah menerima masukan dari berbagai pihak. Walaupun tidak disebutkan secara eksplisit pihak mana saja yang memberikan masukan sehingga merubah proses pelaksanaan POP secara siginifikan. Setidaknya perubahan dari jadwal pelaksanaan.
Lebih lanjut Nadiem menyatakan Kemendikbud akan makin melibatkan peran organisasi-organisasi yang telah mempunyai andil dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Nadiem juga menambahkan bahwa pendidikan Indonesia tidak mungkin seperti sekarang ini tanpa peran organisasi yang sudah mempunyai sejarah panjang di dunia pendidikan.
Apakah  ini berarti Nadiem bermaksud menyatakan bahwa Muhammadiyah dan NU akan dilibatkan secara langsung dalam proses evaluasi ulang POP disamping organisasi pendidikan lainnya? Nampaknya demikian.
Dengan cara ini  Nadiem berusaha merangkul kembali ke tiga organisasi tersebut agar terlibat dalam pelaksanaan POP. Proses evaluasi yang dilakukan menurut Nadiem menyangkut tata laksana POP.
Proses Evaluasi sendiri menurut Nadiem dirancang dalam hal verifikasi kredibilitas organisasi peserta program. Aspek yang dievaluasi termasuk rekam jejak integritas organisasi.
Secara tegas Nadiem menyatakan tidak akan menghentikan POP. Proses evaluasi hanya akan menunda pelaksanaan POP. Nadiem juga menyatakan kepada organisasi penggerak untuk tidak khawatir akan keberlanjutan POP.
Jika demikian adanya apakah ini berarti proses evaluasi tidak akan mengeliminir organisasi penggerak yang telah terseleksi sebelumnya? Walaupun hasil evaluasi menunjukkan kredibilitas organisasi peserta program serta rekam jejak integritas organisasi tidak begitu baik?
Pernyataan ini jelas menimbulkan tanda tanya lanjutan bagi semua pihak. Lazimnya proses evaluasi tentunya menghasilkan sejumlah data tertentu untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dan rekomendasi. Rekomendasi dalam bentuk layak atau tidaknya organisasi tersebut menjalankan POP.