Melalui dialog antar tokoh dalam cerita ataupun drama, siswa dapat belajar cara mendengarkan dan menghormati pendapat orang lain, meskipun berbeda dari pendapatnya sendiri.
- Menyelesaikan Konflik dengan Baik
Sastra anak sering menyajikan konflik yang diakhiri dengan solusi damai. Hal ini mengajarkan siswa untuk menyelesaikan masalah tanpa bertengkar.
- Saling Menolong Tanpa Memilih
Seperti dalam cerita Kancil dan Buaya, menunjukkan sikap tolong menolong. Hal ini mengajarkan siswa bahwa menolong teman adalah hal baik yang tidak tergantung pada siapa teman tersebut.
- Belajar Tentang Keberagaman
Dengan membaca cerita dari berbagai daerah, siswa bisa mengenal budaya yang berbeda-beda, baik suku, ras, agama, budaya Bahasa, dan golongan. Hal ini membantu mereka memahami bahwa keberagaman itu indah dan harus dihormati.
Mengajarkan nilai toleransi pada siswa SD melalui sastra anak adalah langkah penting dalam membentuk karakter generasi muda yang mampu hidup dalam masyarakat yang majemuk. Sastra anak, dengan kemampuannya untuk menyampaikan pesan moral melalui cerita yang menarik dan mudah dipahami, menjadi media yang efektif dalam menanamkan sikap saling menghargai perbedaan.Â
Dengan pendekatan yang tepat, sastra anak dapat membantu menciptakan siswa yang lebih toleran dan empatik. Melalui sastra anak ini, berarti siswa akan belajar bekerja sama, saling melengkapi, dan menciptakan lingkungan kelas yang rukun. Dengan memahami keberagaman, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang adil, peduli, dan mampu menghormati orang lain.
Toleransi bukan hanya nilai yang harus diajarkan, tetapi juga harus dirasakan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sastra anak merupakan alat yang efektif untuk menanamkan nilai ini kepada siswa, dan melalui pembelajaran yang menyenangkan, siswa dapat tumbuh menjadi individu yang penuh empati, menghargai perbedaan, dan siap untuk berkontribusi pada masyarakat yang lebih inklusif.Â
Kedepannya, ketika siswa SD sudah memahami dan memiliki rasa toleransi, perbedaan seperti warna kulit, jenis rambut, bentuk mata, bahasa, dan budaya tidak akan menimbulkan konflik. Sebaliknya, perbedaan tersebut akan membuat mereka saling menghargai, menghormati, dan bekerja sama, sehingga tercipta lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan.
Daftar Pustaka
Dewi, A. (2022). "Tolernasi Otentik dalam Sastra Anak Sebagai IMplementasi Wawasan Multikultural." Jurnal Imliah Telaah, 7(1), 78-84
Dewi, F. (2021). "Pemanfaatan Cerita Rakyat dalam Membangun Sikap Toleransi Anak." Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7(3), 220-232.