Mohon tunggu...
Rima Olivia
Rima Olivia Mohon Tunggu... -

#PersonalExcellence Trainer, Psikolog. Owner of Ahmada Consulting

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Psikologi Sholawat

30 Juli 2015   12:58 Diperbarui: 11 Agustus 2015   23:31 1599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kira-kira, bagaimana perubahan fisiologis, emosi, sensasi tubuh yang akan kita dapatkan jika kita melakukan shalawat dalam repetisi?

Mari berangkat dari asumsi. Bahwa, nabi Muhammad SAW adalah seseorang yang namanya paling sering disebut di dunia. Hitungan ini dilakukan oleh seorang sahabat: Abdullah Eko.

Dengan asumsi penduduk bumi 7M dan 3/4 nya adalah muslim yang menjalankan ibadah dari 3/4 jumlah 7 milyar manusia tersebut, adalah kurang lebih separuhnya maka, dibulatkan ada sekitar 2,5 milyar penduduk bumi yang sholat setiap harinya. Dalam 5 waktu ada 10 kali tahiyat, setiap tahiyat 5 kali nama “Muhammad” disebut jadi dalam 5 waktu:

2,5 milyar x 10 x 5 (waktu) =125 milyar kali nama Muhammad disebut.

Ditambah adzan 5 kali setiap kali adzan dengan 2 kali Syahadat menyebut nama Baginda, anggap jumlah muadzin 1% dari 7M penduduk bumi = 70jt x 2= 140 jt. Total nama Baginda disebut oleh penduduk bumi setiap hari dari sholat 125M+adzan 140jt bisa dikatakan: TOTAL JENDRAL 126.141.000.000 nama Baginda bergetar di bumi.

Kembali pada perintah bershalawat bagi umat. Jika dihubungkan dengan Rasulullah sebagai ‘uswatun hasanah’ (teladan yang baik), maka istilah ini mengingatkan kita pula pada istilah role model atau model of excellence pada dunia pemberdayaan diri. Memiliki model of excellence ibaratnya membuat seseorang memiliki peta yang jelas akan menjadi seperti apa dirinya, dengan cara apa, berapa lama dan detil lainnya. Sehingga, kita dapat berkata: when in doubt what would Rasulullah do. Kalau sedang bingung Rasulullah ngapain ya? Kalau mau makan apa yang beliau lakukan? Apa yang beliau pilih dan seterusnya. Tentunya pertanyaan mendasarnya adalah, jika kita ingin menjadi unggul (excellence in whatever we do, ask: what would Rasulullah do).

Ibaratnya, seluruh hal dalam diri Rasulullah bagi umat muslim adalah contoh yang baik. Sholawat, yang repetitif kepada model of excellence tersebut dapat dikatakan upaya akselerasi jika dilakukan melalui shalawat. Shalawat disarankan dilakukan dalam dosis repetisi yang maksimal, seperti yang terkandung dalam percakapan berikut:

Ubay bin Ka’ab bertanya kepada Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah, berapa banyak saya harus mengucapkan shalawat untukmu?”

Rasulullah menjawab, “Sesukamu.”

Lalu Ubay bertanya lagi, “Apakah seperempat atau dua pertiga?”

Rasulullah menjawab, “Sekehendakmu. Dan jika engkau tambahkan, maka itu lebih baik.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun