Sekitar tiga puluh detik tidak ada suara, hingga seorang murid perempuan berkerudung kuning yang duduk di depan meja guru mengacungkan telunjuk kanannya, "Saya, Kak,"
"Nah, ayo silahkan maju," Si murid kerudung kuning mengambil kapur dan mulai menulis "3 x 3 x 3=9" "Bagaimana yang lain? Apakah jawaban teman kalian sudah benar?" hening tidak ada jawaban, "Ayo coba dihitung satu-satu. Tiga dikali tiga sama dengan?" "Sembilan, Kak," "Nah, pinter. Kemudian, sembilan dikali tiga?" suasana kelas hening cukup lama.Â
Si murid berkerudung kuning terlihat menghitung dengan jari-jarinya hingga kemudian ia menjawab, "Dua puluh tujuh, Kak," "Benar sekali. Yang lain paham?" seisi kelas mengangguk dengan ragu.Â
Kemudian, kegiatan dilanjutkan dengan games yang diikuti oleh seluruh murid dan diakhiri dengan pemberian hadiah serta berfoto bersama.
Padahal, murid kelas lima SD seharusnya sudah dapat mengerjakan soal operasi pembagian bilangan dengan lancar. Tidak hanya itu, mereka juga kesulitan mengerjakan soal operasi pengurangan bilangan. Ternyata hal ini juga terjadi di jenjang kelas yang lain, bahkan di kelas satu SD masih ada yang belum lancar membaca.Â
Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah kesadaran penduduk sekitar akan pendidikan masih rendah. Hal ini terlihat dari banyak murid yang bersekolah. Kemudian, banyak orang tua murid yang tidak memiliki riwayat pendidikan sehingga anak hanya belajar di sekolah dan jika mengalami kesulitan orang tua tidak mampu mengajari mereka.Â
Ini sangat disayangkan, karena apabila sedikit saja terdapat motivasi, dorongan, atau semangat dari dalam diri atau dari orang tua, anak akan belajar lebih giat dan mampu mengejar ketertinggalan.Â
Maka dari itu, marilah kita sebagai generasi penerus bangsa, khususnya para mahasiswa, menaruh perhatian lebih kepada generasi di bawah kita yang membutuhkan bantuan dalam pendidikan.
Saling membantu dan memperbaiki kualitas pendidikan di daerah sekitar kita dengan memberi sedikit bantuan dan semangat kepada adik-adik kita yang dengan segala keterbatasan belajar dengan giat di sekolah. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H