Kritik utama pada meme (3) adalah ketidaksetaraan ekonomi yang semakin membesar dapat menghasilkan ketidaksetaraan dalam kemampuan individu untuk menyuarakan aspirasi atau keinginan mereka. Orang dengan gaji rendah mungkin merasa sulit untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka dan mungkin tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk berpartisipasi dalam aktivisme atau mendukung perubahan sosial. Keterbatasan akses, hal ini mencerminkan perasaan bahwa individu dengan gaji rendah atau sumber daya terbatas mungkin tidak memiliki akses yang sama dengan sarana komunikasi atau alat yang diperlukan untuk menyuarakan aspirasi mereka. Meningkatnya gaji juga dapat menciptakan kesenjangan dalam akses terhadap platform dan wadah yang memungkinkan partisipasi aktif dalam kebijakan atau perubahan sosial.
Pengaruh gaji tinggi, hal ini membuktikan bahwa dengan gaji tinggi mungkin memiliki kepentingan atau hubungan yang kuat dengan pihak-pihak berkuasa atau perusahaan, yang dapat menghambat masyarakat kalangan bawah untuk mengungkapkan aspirasi yang mungkin bertentangan dengan kepentingannya. Ini dapat mengarah pada konflik kepentingan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berbicara secara bebas.
Jadi, kritik dalam meme (3) adalah menyoroti masalah ketidaksetaraan ekonomi, akses terhadap platform partisipasi sosial, dan potensi konflik kepentingan yang dapat memengaruhi kemampuan individu untuk menyuarakan aspirasi terlepas dari tingkat gaji.
Pada meme (4) berisi "Zaman dulu korupsi adalah hal yang memalukan, tetapi sekarang menjadi kesempatan yang dicita-citakan".
Pada meme (4) terdapat dua orang berupa animasi yang mana seorang laki-laki menggunakan pakaian berseragam mengenakan jas dan memegang medali dan berekspresi sangat bahagia dan tertawa, sementara di sampingnya ada seorang anak kecil yang memperlihatkan dengan ekspresi raut wajah yang kesal dan tampak kecewa.
Kalimat yang terdapat pada meme (4) menggambarkan perubahan dalam persepsi terhadap korupsi dari masa lalu hingga saat ini. Di zaman dulu, korupsi dianggap sebagai sesuatu yang memalukan dan tidak diinginkan. Namun, saat ini, ada orang-orang yang melihat korupsi sebagai kesempatan yang diinginkan atau diharapkan, mungkin karena potensi keuntungan yang besar atau karena pandangan yang korupsi sudah menjadi budaya yang sulit dihindari. Pernyataan ini mencerminkan perubahan sosial dan nilai dalam masyarakat seiring berjalannya waktu.
Hal ini dikatakan kritik, karena normalisasi korupsi, pernyataan ini mencerminkan bahaya normalisasi korupsi dalam masyarakat. Mengubah pandangan negatif menjadi positif mengenai tindakan korupsi dapat menghancurkan prinsip-prinsip etika dan integritas. Hal ini dapat memperparah korupsi dan merusak tatanan sosial. Tidak sejalan dengan hukum dan etika, Menyatakan bahwa korupsi kini diidamkan menciptakan ketidaksejajaran dengan nilai-nilai hukum dan etika. Hukum biasanya melarang korupsi karena merugikan masyarakat dan merusak keadilan. Mengidamkan korupsi mencerminkan pemahaman yang keliru terhadap prinsip-prinsip ini.
Selain itu, membenarkan tindakan yang salah, hal ni dapat membenarkan tindakan korupsi, yang pada akhirnya dapat merugikan masyarakat. Korupsi seringkali mengarah pada ketidakadilan, pengucilan, dan ketidaksetaraan. Dalam konteks ini, mengidamkan korupsi tidak dapat diterima secara etis. Meremehkan dampak korupsi, menganggap korupsi sebagai kesempatan yang diidamkan dapat meremehkan dampak negatifnya. Korupsi dapat menguras sumber daya, merusak pelayanan publik, dan merugikan orang-orang yang kurang beruntung. Pandangan ini dapat mengabaikan realitas dampak sosial dan ekonomi korupsi.
Jadi, dalam kajian kritik ini, perlu diingat bahwa pandangan yang mengidamkan korupsi adalah pandangan yang sangat berbahaya dan dapat merusak masyarakat. Penting untuk memahami bahwa korupsi tetap menjadi masalah serius dalam banyak negara dan harus diberantas, bukan diidamkan.
PENUTUP
Terdapat empat meme yang mana diantaranya terdapat kritik mengenai (1)Kesenjangan antara janji dan kenyataan, (2)Integritas dalam kepemimpinan dalam pelayanan masyarakat, (3)Tantangan ekonomi dan kesenjangan sosial dalam mendengarkan aspirasi masyarakat, dan (4)Perubahan pandangan sosial terhadap korupsi dalam masyarakat. Kesimpulan ini mencerminkan pemahaman bahwa kritik sastra terhadap meme adalah meme dapat menjadi alat yang kuat dalam menyampaikan pesan kritik sosial, politik, dan budaya. Hal ini mampu mencerminkan isu-isu yang penting dalam cara yang humoris atau provokatif, sehingga dapat merangsang pemikiran dan diskusi. Namun, penting untuk diingat bahwa meme juga memiliki potensi untuk menyederhanakan isu-isu yang kompleks dan merendahkan kualitas diskusi. Oleh karena itu, meme harus dilihat sebagai sarana komunikasi yang kuat, tetapi juga harus diterima dengan konteks dan kewaspadaan terhadap dampaknya.