Keberadaan akasia berduri menimbulkan dampak yang negatif karena menghalangi terjadinya kebakaran sehingga menghambat terjadinya dinamika struktur ekosistem kawasan Baluran secara alami.
Dinamika ini diperlukan oleh keragaman hayati di taman nasional tersebut untuk dapat terus melangsungkan kehidupannya. T
umbuhan ini juga menekan populasi tumbuhan lokal yang menjadi sumber makananan satwa herbivora, karena akasia ini memiliki zat alelopati yang mampu menghambat perkecambahan dan pertumbuhan tumbuhan lain di sekitarnya.
Senyawa alelopati adalah senyawa yang dihasilkan oleh suatu tumbuhan yang dengan konsentrasi tertentu yang dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan tumbuhan lainnya.
Alelopati juga sangat menghambat pertumbuhan akar semai, perkecambahan biji, pertumbuhan sistem perakaran, dan dapat menyebabkan kematian pada tumbuhan yang ada di sekitar akasia berduri tersebut.
Selain mengganggu keberadaan tumbuhan di sekitarnya akasia berduri juga mengganggu keberadaan satwa di Taman Nasional Baluran, salah satunya adalah banteng.
Hal ini dikarenakan tumbuhan ini dapat mengganggu mobilitas satwa. Meningkatnya populasi akasia berduri menyebabkan berkurangnya ruang gerak dan daerah jelajah satwa. Persaingan antara satwa penghuni padang savana semakin meningkat karena akasia berduri mengurangi luasan savana dan sumber daya yang dimanfaatkan oleh satwa tersebut.
Seperti yang diketahui Banteng merupakan salah satu jenis satwa yang dilindungi undang-undang (SK Menteri Pertanian No. 327/Kpts/Um/7/1972) dan termasuk dalam kategori ”endangered” (IUCN, 2004) yang berarti banteng mempunyai populasi dalam tahap terancam punah sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus dalam perlindungan.
Menurut IUCN (2004), ancaman utama terhadap kelestarian banteng adalah hilang atau rusaknya habitat yang disebabkan oleh kegiatan pertanian dan perkebunan serta pembangunan pemukiman penduduk, spesies asing invasif (yang berpengaruh secara langsung terhadap spesies dan munculnya kompetitor), serta perubahan dalam dinamika spesies asli.
Dengan tingkat percepatan tumbuhan akasia di Baluran mencapai 100-200 ha/tahun, pada tahun 2000 tumbuhan akasia berduri telah menginvasi 50% dari luas savana.
Kelestarian satwa herbivora terutama banteng, di Taman Nasional Baluran saat ini, tengah mengalami ancaman serius karena terjadinya perubahan habitat dengan masuknya jenis asing invasif akasia berduri yang mengganggu kestabilan ekosistem padang savana.