Dia menceritakan, sepanjang sejarah pelayaran, penggunaan kapal untuk daerah Natuna mengalami dua kali tergendala, yang pertama ialah menjelang perang dunia yang kedua dan beberapa tahun sesudahnya.
Â
Keduanya pula ialah ketika terjadi Konfrontasi Indonesia-Malaysia (1963) berjalan terus hingga beberapa tahun sesudahnya.
Â
Pada masa perang dunia yang kedua, barang makanan banyak dibawa dengan perahu dari Kuala Terengganu dan Kuching, Sarawak. Perhubungan dengan Singapura yang menggunakan kapal boleh dikatakan terputus.
"Saya sanggat bersukur di posisi kompilk komprontasi saya berupaya membeli Kopara dari masarakat betapa tidak waktu itu semua kebutuhan Sembako putus yang biasanya di suplay dari Negara singapura serta Malaysia sehingga masarakat sulit mendapatkan kebutuhan bahan pokok maklum negeri kepulauan yang sanggat jauh dari Ibukota," timpal Wan Abdurohim.
Â
Berselang 6 bulan masa transisi dirinya dan warga natuna bersukur bantuan ransom makanan yang sempat terputus diperoleh dari pemerintahan Ri mengunakan kapal perang bersandar hingga ke pelabuhan Midai.
Â
Ketika itu konfrontasi terdapat pertukaran makanan secara (illegal) dengan Singapura dan pelabuhan kecil Sematan di Sarawak, yang diangkut dengan motor-motor kecil ukuran mulai 4 ton dan yang paling besar hanya 40 ton. Dalam masa konfrontasi pula mulai banyak hubungan perniagaan dengan Kalimantan Barat melalui pelabuhan Singkawang dan Pemangkat ,Kabupaten Sambas kembali terjalin.
Â