Mohon tunggu...
Riky Rinovsky
Riky Rinovsky Mohon Tunggu... Wiraswasta - Cinta Damai

Anak Negeri Ujung Utara Indonesia https://gurindam.id

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ide Koperasi ,Bung hatta Bermula Di Natuna

9 Januari 2011   00:08 Diperbarui: 14 Januari 2023   20:35 1761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 [Bangunan Ahmadi & Co Di Midai Natuna"][Bangunan tua] 

Sejarah Ahmadi & Co. Midai Menembus Pasar Internasional

 

 

Wanggi cengkeh, rempah yang dijuluki 'emas coklat' tercium begitu menginjakkan kaki di sebuah pulau lepas bernama Pulau Midai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

 

Disini pula Bung Hatta pernah berkunjung pada tahun 1949 melihat Ahmadi & CO, sebuah 'koperasi pertama' yang dibentuk pada tahun 1906. Kalaulah masih masa penjajahan Belanda, Pulau Midai tentu menjadi target dari penghasil rempah-rempah tanah Hindia Belanda nama Indonesia kala itu.

 

Akan menjadi 'berkah' tiada terkira bagi negeri yang menjuluki pribumi dengan sebutan inlander itu. Sebab rempah yang bernama cengkeh atau nama latin Eugenia Aromaticum tumbuh subur di pulau yang berada di laut Natuna dan dikelilingi pula oleh Laut Cina Selatan, sebuah jalur pelayaran dan perdagangan internasional dari dahulu kala hingga kini.

 

Bangunan Koperasi Ahmadi & CO masih tegak  Aktivitas keseharian masyarakat negeri ujung Utara terebut  masih tetap berkebun kopra. 

 

Tapi semarak perniagaan  sudah tak seperti dulu lagi, ketika kebesaran perusahaan Ahmadi & co midai bahkan sampai memiliki cabang di Singapura.

 

Pulau  Midai, kabupaten Natuna Provinsi Kepri sempat berjaya lambang niaga Ahmadi & Co pernah menembus pasar Asean.

Sekitar 1949 Bung Hatta datang ke Pulau Midai, satu dari sekian ratus pulau-pulau kecil di gugus perairan Natuna.

Kunjungan kerja Bung Hatta Wakil presiden indonesia, selain melihat kehidupan di pulau perbatasan yang berdekatan dengan negara Vietnam serta malaysia tersebut.

Bapak Koperasi Indonesia juga dibuat takjub dengan keberadaan serikat dagang orang Melayu Ahmadi & CO tersebut sanggat maju pesat. Para patani menjual Hasil bumi Natuna berupa Kopra, Cengkeh Hingga Di penjuru Malaysia, Singapura serta deretan Negara asia tenggara mengunakan Kapal Niaga menembus laut cina selatan.

Kini hanya tinggal sejarah sebuah prasasti bertanda tangan Muhammad Hatta, Wakil Presiden pertama RI masih tersimpan.

Diperkirakan, Ahmadi & CO adalah sebuah koperasi yang tumbuh pada deret paling awal di Republik yang sempat bercita-cita membangun ekonomi kerakyatan melalui koperasi ini.

H.Wan Adullrahim Bin H Wan Abdullah merupakan saksi sejarah berdirinya sebuah peradaban usaha Niaga menembus pasar Internasional.

Kenangan manis di sampaikan Wan Abdul rahim, pertama kali Wakil Presiden RI menginjakan kaki di Tanah melayu, mengunakan kapal.

 

Begitu sampai di pelabuhan Midai 500 meter dari dermaga Bung Hatta langsung decak kagum, Wan Abdurohim masih teringgat ucapan Bung Hatta. 

"Elok dan Rapih bangunan megah Ahmadi & Co  itu zamannya serta pohon Kelapa tertanam berjejer di bibir pantai pulau midai  berderet rapih membungkus pulau midai," tutur Bunghatta. 

Usai di sambut dengan tarian khas natuna Bapak koprasi Indonesia Bung Hatta langsung masuk ke dalam kantor  memeriksa buku-buku laporan keuangan perusahaan Ahmadi & Co karena Ahmadi sangat disiplin membayar pajak hasil penjualan Kelapa mereka.

 

Melihat lebih dekat ke pulau midai tetapnya kantor perniagaan Ahmadi, Bung Hatta dibuat terkagum-kagum. "Ini sebuah lembaga ekonomi pertama di Nusantara yang manajemennya sangat rapi dan penyumbang pajak terbesar," kata Bunghatta dingat, sebut Wan Abdurahim.

 

Sejarah kejayaan Ahmadi &Co diceritakan bapak Tiga Zaman ( 73), kini Wan Abdurohim menetap di Ranai  beserta istri tercinta Hj Wan Nursima (65),  keseharian nya kini hanya menjual Kue serta Roti baker di perampatan simpang batu Hitam Kota ranai kabupaten Natuna.

 

Wan Adullrahim menceritakan, sejarah kejayaan perniagaan Ahmadi And Co, tahun 1957 – 1967 Wan Adullrahim ketika itu usai mengenyam pendidikan SMEA Di Tanjung pinang, Angkatan pertama sekolah kejuruan.

Setelah tamap sekolah dirinya tergerak hati membangun kampong halaman lepas mengecap pendidikan, Wan Abdullah kembali Peneruskan usaha dimana Ayah kandung Wan Abdullah (alm) sebagai kerani atau sekarang disebut  Bendahara keuangan bersama mengembangkan Ahmadi &Co.

 

[Ahmadiah Press 101 di Singapura]

1294505997413367603
1294505997413367603
[caption] Sejarah Ekonomi Natuna mengelora Bermula dari Ahmadi & Co Wan Abdullah mengatakan, antara syarikat perusahaan niaga yang masih ada sampai sekarang hanyalah Ahmadi & Co. Midai. Ahmadi & Co

Midai dalam masa yang panjang sangat terkenal, kerana mempunyai cabang di Singapura selain perniagaan hasil bumi Ahmadi & Co juga  banyak menerbitkan jenis bahan cetakan buku sariat agama pelajaran serta beragam jenis lainnya.

Koperasi Ahmadi & Co berdiri pada tahun 1324 H (1906 M) dipelopori oleh Raja Haji Ahmad bin Raja Haji Umar, dimulai di Pulau Midai tahun 1324 H/ 1906 M.

Tahun 1330 H/1912 M Raja Ali/Tengku Selat menerima penyerahan pimpinan Syarikat Ahmadi & Co. Midai dari Raja Haji Ahmad, kerana Raja Haji Ahmad akan berangkat pindah ke Mekah.

Latar belakang berdirinya serkah (koperasi) bermula saat itu wilayah Pulau Tujuh (sekarang: Kabupaten Natuna ) merupakan gudang kelapa kering terbesar di Kerajaan Riau Lingga, sehingga bermunculan Sekah-serkah (koperasi) di wilayah Pulau Tujuh seperti koperasi yang pertama kali di dirikan adalah

Syarikat Natoena Co Sedanau” tahun 1318 H yang di pelopori oleh Amir Raja Idris, kemudian menyusul “Syarikat Ahmadi & Co” di Midai tahun 1324 H (1906) oleh Raja Haji Ahmad bin Raja Haji Umar dan Syarikat Terempa tahun 1332 H (1913) yang di beri nama.

"Syarikat Maatsc happailijk Kapital". Diantara ketiga syarikat tersebut di atas hanya syarikat Ahmadi & Co yang bisa bertahan hingga sekarang di era reformasi Indonesia.

Perlu juga disentuh bahawa di antara sekian ramai yang memasukkan modal dan saham dalam Ahmadi & Co. Midai ataupun cabang di Singapura, terdapat juga pelabur yang berasal dari Patani dan Kelantan.

 

Dengan berdirinya Ahmadi & Co. Midai di Singapura, atas kebijakan ketuanya Raja Ali bin Raja Muhammad Tengku Nong, berawal dari agen kelapa kering (kopra), hasil laut, dan usaha tenunan kain Terengganu, hingga terkenal sebagai mathba'ah/ press dan penerbit buku panduan pendidikan.

 

Secara tidak langsung, Ahmadi & Co mewakili keintelektualan masyarakat Pulau Tujuh atau sekarang disebut Natuna, di gelanggang dunia niaga serantau.

 

Selain itu seorang ulama besar Sarawak yang terkenal di Mekah, iaitu Sheikh Utsman bin Abdul Wahhab Sarawak pernah memiliki sebidang kebun di Pulau Midai yang diurus oleh Ahmadi & Co Midai.

 

Jika kita menoleh kebelakang, pelayaran pada zaman silam yang menggunakan tongkong atau wangkang dari negeri China, perahu ukuran besar yang berasal dari Terengganu, negeri Bugis dan penduduk Natuna sendiri yang melalui Laut China Selatan.

sudah pasti akan melalui ataupun singgah di Natuna. Pada zaman penggunaan tongkong/wangkang atau perahu, peranan kepulauan di Laut China Selatan itu adalah sangat penting terutama untuk mendapatkan bekalan air.

 

Lama kelamaan wujudlah perdagangan antara pelbagai daerah. Bahkan ramai orang-orang Terengganu datang di daerah tersebut untuk berniaga mengedar berbagai jenis kain, dan berjalan hingga tahun 1950 an.

 

Syarikah Ahmadi & Co. Midai termasuk perintis awal memiliki sebuah kapaldaerah Natuna yang dinamakan Kapal Karang, Wan Abdullah masih menyimpat sebagai koleksi  Benda sejarah Berupa Teropong Antik tersimpan rapih di kediaman nya.

 

Dia menceritakan, sepanjang sejarah pelayaran, penggunaan kapal untuk daerah Natuna mengalami dua kali tergendala, yang pertama ialah menjelang perang dunia yang kedua dan beberapa tahun sesudahnya.

 

Keduanya pula ialah ketika terjadi Konfrontasi Indonesia-Malaysia (1963) berjalan terus hingga beberapa tahun sesudahnya.

 

Pada masa perang dunia yang kedua, barang makanan banyak dibawa dengan perahu dari Kuala Terengganu dan Kuching, Sarawak. Perhubungan dengan Singapura yang menggunakan kapal boleh dikatakan terputus.

"Saya sanggat bersukur di posisi kompilk komprontasi saya berupaya membeli Kopara dari masarakat betapa tidak waktu itu semua kebutuhan Sembako putus yang biasanya di suplay dari Negara singapura serta Malaysia sehingga masarakat sulit mendapatkan kebutuhan bahan pokok maklum negeri kepulauan yang sanggat jauh dari Ibukota," timpal Wan Abdurohim.

 

Berselang 6 bulan masa transisi dirinya dan warga natuna bersukur bantuan ransom makanan yang sempat terputus diperoleh dari pemerintahan Ri mengunakan kapal perang bersandar hingga ke pelabuhan Midai.

 

Ketika itu  konfrontasi terdapat pertukaran makanan secara (illegal) dengan Singapura dan pelabuhan kecil Sematan di Sarawak, yang diangkut dengan motor-motor kecil ukuran mulai 4 ton dan yang paling besar hanya 40 ton. Dalam masa konfrontasi pula mulai banyak hubungan perniagaan dengan Kalimantan Barat melalui pelabuhan Singkawang dan Pemangkat ,Kabupaten Sambas kembali terjalin.

 

Walaupun selama ini pedih derita warga pulau terluar, namun akhir-akhir ini Natuna dipandang sangat berpotensi kerana terdapatnya sumber kehidupan dengan hasil  minyak dan gas cukup potensi.

terlebih juga Paling penting penopang perekonomian masyarakat dapat menghasil emas hitam /bunga cengkih, yang mengundang kedatangan pengusaha besar dari Jawa ke Natuna. Datang pula kapal-kapal dari Taiwan, Hong Kong, dan Thailand memburu ikan di laut Natuna.

Ada yang secara sah (legal) tetapi lebih banyak yang bercorak illegal. Ada perniagaan ikan hidup, ada ikan mati yang diawetkan.

Ada yang langsung ditangkap di laut, ada pula tempat-tempat pemeliharaan. Pendek kata dirumuskan bahawa semuanya serba lengkap dan moden.

[H Wan Adullrahim saksi sejarah Ahmadi & Co kini menetap Di Natuna]

1294506110245085083
1294506110245085083
[/caption]

cerita bermula masuknya Perniagaan Ahmadi terang Wan Abdurohim ,Tengku Ali lahir di Pulau Penyengat (Riau) tahun 1874 M. Wafat di Pulau Midai, Kepulauan Riau, 9 Rejab 1374 H/ 3 Mac 1955 M.

Perniagaan Kerabat Diraja Riau-Lingga dicetuskan oleh Raja Haji Ahmad bin Raja Haji Umar, dimulai di Pulau Midai tahun 1324 H/ 1906 M.

 

Tahun 1330 H/19l2 M Raja Ali/Tengku Selat menerima penyerahan pimpinan Syarikat Ahmadi & Co. Midai daripada Raja Haji Ahmad, kerana Raja Haji Ahmad akan berangkat pindah ke Mekah.

 

Tanggal 28 Rejab 1332 H/1913 M surat nombor 91 dan nombor 92 Raja Ali mengirim surat kepada Raja Haji Ahmad di Mekah, bahwa beliau akan mengembangkan perniagaan Syarikat Ahmadi & Co.

 

Midai di Singapura. Dengan Akta, Midai 1 Syaaban 1333 H/14 Jun 1915 M ditetapkanlah untuk membuka cawangan Ahmadiah Pulau Tu-juh di Singapura yang berpejabat di Palembang Road 18 B.

 

Aktiviti perniagaannya merupakan agensi pengumpulan hasil bumi dan laut, selanjutnya aktif dalam eksport dan import pelbagai jenis barangan.

 

Kemudian pindah ke Minto Road 50. Pada hari Jumaat, 22 Rabiulawal 1339 H/3 Disember 1920 M mufakat pula mendirikan percetakan.

 

Perusahaan di Minto Road 50 itu berkembang terus dan pada tahun 1926 M Ahmadiah membeli sebuah rumah nombor 82 Jalan Sultan Singapura, kemudian nomornya diganti menjadi nomor 101 Jalan Sultan.

semoga bisa memetik hikmah dari catatan ini salam dari Natuna Kepulauan Terdepan NKRI.M.Rikyrinovsky.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun