Tercatat banyak siswa yang belum memiliki fasilitas belajar daring. Baik itu telepon pintar atau pun komputer jinjing. Begitu juga gurunya yang kesulitan memanfaatkan telepon pintar maupun komputer jinjing, termasuk pula membuat materi pembelajaran yang sesuai dengan teknologi digital. Kondisi tersebut 'memaksa' siapapun membuka ruang toleransi atas keterhambatan masing-masing.
Ketiga, fase kebiasaan. Dengan proses adaptasi yang tertatih-tatih serta penerimaan atas berbagai keterhambatan masing-masing, ternyata membentuk kebiasaan yang lebih banyak buruknya. Karena proses reward-punisment sebagai instrument menjaga ketertiban, keteraturan dan kesepakatan bersama perlahan pun pudar.
Dampaknya pun terlihat jelas dan terang benderang. Tidak sedikit guru yang datang telat untuk mengajar dan malas memberikan materi-materi terbaiknya. Bahkan guru pun tidak sedikit yang sengaja tidak tertib berpakaian. Hanya karena tidak terlihat secara nyata.
Hal demikian pula terjadi pada peserta didiknya. Sengaja berleha-leha untuk masuk pembelajaran daring. Tidak ada persiapan materi bahkan memilih acuh dengan proses belajar. Teguran-teguran melalui pesan langsung terkesan dingin dan tanpa power. Dimana semua itu kian buruk dengan reward dan punishment yang tidak berjalan. Singkat cerita ini kebobrokan sistimatis dan massif.
Hentikan Kebobrokan Sistmatis dan Masif
Dari semua itu rasanya tidak ada pilihan kecuali menghentikan semua yang terjadi. Dengan menghentikan proses belajar daring. Atau memang perbaiki saja system belaja daring yang sudah berjalan selama ini.
Tak pantas pula diabaikan belajar daring memiliki manfaat yang luas, antara lain mampu wujudkan pemerataan pendidikan yang menjadi amanat UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sekaligus mampu wujudkan biaya murah untuk mendapatkan pendidikan.
Dengan demikian tidak pula sepatutnya mencemooh pendidikan daring. Asalkan pemeritnah mampu membuat instrument yang ketat dalam prosesnya. Agar tujuan pendidikan yang diharapkan bisa tercapai. Setidaknya mampu menjaga kedisplinan, ketertiban bagi murid dan guru. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H