Etika yang membicarakan tingkah laku manusia sebagai makhluk sosial dan hubungan interaksinya dengan manusia lain. Baik dalam lingkup terkecil, keluarga, hingga yang terbesar bernegara.
Moral
Moral merupakan sebuah adab yang sering disamakan dengan etika, karena dalam artian memiliki suatu kesamaan, yakni pada sama-sama memiliki arti adat dan kebiasaan. Moral bisa kita katakana seperti peraturan, karena dalam moral dianjarkan Tindakan yang benar dan salah. Seperti halnya juga peraturan, seperti peraturan lalu lintas, bila berkendaraan motor hendaknya kita memakai helm selain karena peraturan dan juga untuk keselamatan, dan bila tidak kita lakukan kita akan ditilang. Nah perbuattan yang baiknya (benar) adalah memakai helm dan saat inilah etika melakukan tugasnya, yakni melakukan Tindakan yang benar.
Menurut Al-Ghazali, moral adalah perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya. Berikut adalah jenis-jenis dari moral.
- Moralitas objektif
Yakni perbuatansebagai suatu perbuatan yang telah dikerjakan, bebas dari pengaruh-pengaruh pihak pelaku.
- Moralitas subyektif
Yakni sebagai perbuatan yang dipengaruhi pengertian dan persetujuan si pelaku sebagai individu, dalam hal ini dipengaruhi latar belakang,kondisi pendidikan dan sifat pribadi.
- Moralitas intrinsik
Yakni memandang perbuatan menurut hakikatnya bebas dari setiap bentuk hukum positif.
- Moralitas ekstrinsik
Yakni memandang perbuatan sebagai sesuatu yang diperintahkan atau dilarang oleh seseorangyang berkuasa atau hukum positif, baik dari manusia atau dari Tuhan.
Akhlak
Akhlak, yang menjadi pembeda dari akklak dengan etika dan moral dari segi pengukurannya, bila etika dan moral diukur berdasarkan pikiran manusia, maka akhlak dari Al-Qur’an dan Al-Hadis. Secara etimologi “akhlak” berasal dari Bahasa Arab “khuluq” yang berarti budi pekerti dan dan watak. Akhlak merupakan perbuatan baik dan buruk yang terhubung dengan hati Nurani/batin.
Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya` Ulūm al-Dīn mengatakan bahwa