Sementara filosof muslim, seperti Ibnu Sina menamakannya akal mustafad, sedangkan para sufi ( penempuh jalan spiritual ) menyebutnya qalb,dzawq,dhamir atau sirr.
Pengetahuan jenis ini disebut Prof. Ahmad sebagai pengetahuan mistik (Â Mystical Knowledge ). Namun, kami lebih senang menyebutnya dengan Pengetahuan Supranatural atau Pengetahuan Adikodrati.
'Pengetahuan  jenis ini memang aneh', kata beliau, ' paradigmanya saya sebut paradigma mistik ( paradigma Supranatural atau Adikodrati ) dan metodenya saya sebut metode latihan ( riyadhah ) dan metode yakin/percaya atau iman.
Adapun pengertian Supranatural (Adikodrati) bila dikaitkan dengan agama ialah pengetahuan (ajaran atau keyakinan) tentang Tuhan yang diperoleh melalui meditasi atau latihan spiritual, bebas dari ketergantungan pada indera dan rasio (A.S. Hornby, A Leaner's Dictionary of Current English, 1957 : 828).
Menurut Kant, akal teoritis ( akal rasional ) tidak melarang kita mempercayai Tuhan, namun akal praktis ( kesadaran moral atau suara hati ) memerintahkan kita untuk mempercayainya. Rousseau mengatakan bahwa di atas akal rasional di kepala, ada perasaan hati. Sementara, Pascal menyebut bahwa hati mempunyai akal miliknya sendiri yang tidak pernah dapat dipahami oleh akal rasional.
Kant berpendirian bahwa argumentasi tentang adanya Tuhan dan juga tentang objek objek yang gaib (non-empiris) lainnya yang disebut sebagai objek objek metarasional, tidak dapat dibuktikan kebenarannya bila akal rasional masuk ke daerah ini. Ia akan tersesat ke dalam paralogisme (kesalahan berfikir). Bukti yang kuat adalah suara hati. Suara hati itu memerintah, bahkan rasiopun tidak mampu melawannya ( Filsafat Ilmu halaman 95 ).
Pandangan ini sejalan dengan pemikiran filsafati TKB. Prof. Teguh menulis : ' Berfikir secara radikal atau mendasar yang merupakan ciri kefilsafatan TKB, memiliki batas. Yang dimaksud TKB dengan batas disini ialah pertanggungjawaban hati nurani ' (halaman 20).
Jadi, pengetahuan Adikodrati tidak dapat  dipahami rasio, maksudnya hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami rasio. Pengetahuan jenis ini kadang kadang memiliki bukti empiris tetapi kebanyakan tidak dapat dibuktikan secara empiris.
Menurut pandangan kami, praktik pengobatan alternatif yang dijalankan oleh pengobat alternatif  ( paranormal ) dengan menggunakan sentuhan fisik, meditasi, mantera dan do'a do'a  - mengacu kepada pemikiran filsafati TKB-- berbasis kepada pengetahuan supranatural atau pengetahuan adikodrati.Â
Disini, hubungan sebab akibat ( kausalitas ) di dalam proses pengobatan tidak dapat dipahami secara rasional seperti halnya pengobatan medis. Namun, terkadang pengetahuan ini dapat dibuktikan secara empiris yakni dengan bukti adanya kesembuhan pasien yang diobati.