Komunikasi dokter secara signifikan berkorelasi positif dengan ketaatan pasien.Terdapat risiko tidak patuh yang 19% lebih tinggi pada pasien yang dokternya berkomunikasi buruk dibandingkan dengan pasien yang dokternya berkomunikasi dengan baik (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2728700/)
MASALAH HUBUNGAN DOKTER-PASIEN
Sita Jayalakshmi , Sudhindra Vooturi menulis sebuah artikel yang menceritakan adanya masalah dalam hubungan dokter dan pasien. Walaupun kajian mereka  hanya memotret bidang neurosain klinis saja, namun setidaknya hal ini bisa menggambarkan bagaimana realitas hubungan dokter-pasien di negara mereka. Mari kita ikuti penuturan mereka berikut ini :
 'Hubungan pasien dengan dokter itu merupakan cerminan dari masyarakat.
Masyarakat yang berorientasi pada 'rating' (pen.- skala atau angka yang mencerminkan tingkat kepuasan atau kualitas dari produk atau layanan ) dan  'feedback' (umpan balik) telah menjadikan hubungan dokter pasien ini sekadar sebagai hubungan antara penyedia layanan dengan konsumen.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh komersialisasi di bidang kesehatan yang biasanya menyertai globalisasi. Selain itu,  derasnya arus informasi dari sumber yang  berpotensi salah  juga membuat pasien untuk segera mengambil langkah hukum dalam kasus pengalaman tak menyenangkan selama pengobatan atau juga hanya karena ketidakpuasan.
Undang Undang Perlindungan Konsumen dan komersialisasi layanan medis inilah yang boleh jadi berdampak buruk pada hubungan dokter dan pasien' (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27891018/)
Lalu, Y Y Shvets pada tahun 2022 ,menggambarkan bagaimana kenyataan hubungan antara dokter dan pasien di Rusia di dalam sebuah sebuah artikel yang berjudul The Concept of Patient And Doctor Dignity In The Russian Federation.
 Artikel ini mengupas persoalan martabat hubungan dokter dan pasien di Federasi Rusia dalam konteks realitas medis modern, sebagai berikut :Â
 ' Saat ini, ada masalah akut terkait penurunan kepercayaan pasien terhadap dokter. Meskipun perkembangan teknologi canggih dan munculnya metode pengobatan modern yang efektif meningkatkan efektivitas pemulihan namun interaksi manusia antara pasien dan dokter menjadi kurang diperhatikan.
Keadaan ini memunculkan masalah ketidakpercayaan terhadap metode pengobatan dan ketegangan psikologis, yang bisa menjadi faktor penghambat penyembuhan.
Hal ini juga mendorong pasien untuk terus menerus mengganti dokter guna membandingkan pendapat para spesialis, mencari informasi tentang penyakitnya di internet bahkan sampai melakukan diagnosa sendiri dan tindakan pengobatan mandiri.
Sementara itu, terjadi peningkatan yang signifikan dalam jumlah kasus kasus yang berkaitan dengan menurunnya martabat dokter. Hal ini mengancam berkurangnya rasa hormat masyarakat terhadap tenaga medis, rasa kecewa terhadap profesi mereka dan meningkatnya situasi konflik. Oleh karena itu, selain menggunakan semua teknologi medis yang tersedia saat ini, sangat penting bagi dokter untuk mematuhi prinsip martabatnya dan martabat pasien, serta tidak kehilangan hubungan kemanusiaan yang murni dengan pasien. (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/36385091/)