by Riki Tsan
Pada hari ini, tanggal 28 Juli 2023 Masehi, bertepatan dengan tanggal 10 Muharram 1445 Hijriyah, yang lazim disebut dengan Hari Asyura.
Pada hari ini, lebih dari 1300 tahun yang silam, terjadi sebuah peristiwa yang amat tragis dan memilukan hati yakni terbunuhnya Sayyidina Husein bin Ali  yang biasa digelari dengan Imam Husein beserta keluarga beliau di sebuah tempat yang bernama Karbala di Irak.
Imam Husein adalah salah seorang cucu dari Nabi Muhammad saw dari pernikahan puteri beliau sayyidatuna Fatimah Az Zahrah dengan sayyidina Ali bin Abi Thalib. Peristiwa itu terjadi pada tahun 61 Hijriyah atau 680 Masehi dimana pada saat itu Imam Husein berusia 58 tahun.
Peristiwa itu benar benar amat tragis, memilukan hati dan benar benar diluar batas batas perikemanusiaan. Bayangkan, para pengeroyok dan pembunuh Imam Husein menghujani tubuhnya dengan tusukan pedang dan anak panah serta meremukkannya dengan injakan kaki kaki kuda yang mereka tunggangi. Kepalanya dipenggal, kemudian ditancapkan di ujung tombak dan diarak beratus ratus berkilo kilometer. Lalu, dihidangkan di atas nampan ke hadapan raja yang mengaku 'penguasa muslim' pada waktu itu.
Kenapa Imam Husein dibantai di Karbala ?. Imam Husein, beserta keluarga dan para sahabatnya diperangi dan dibunuh di padang Karbala karena mereka menolak berbai'at (menyatakan sumpah setia) kepada 'penguasa muslim' pada waktu itu yakni Yazid bin Mu'awiyah.Yazid adalah anak Muawiyah, salah seorang Sahabat Nabi Muhammad SAW.
Keterlibatan Yazid dalam pembunuhan Imam Husein tidak bisa disangkal sama sekali.
Ulama besar Ahlu Sunnah wal Jama'ah (Sunni) Â bernama Jalaluddin As Suyuti di dalam kitab yang ditulisnya mencatat bahwa pembunuhan terhadap Husein merupakan instruksi dari Yazid bin Mu'awiyah.
'Yazid menulis kepada Ibn Ziyad wakilnya di Iraq utk membunuh Husein (kitab Tarikh Khulafa hal.182)
Ibnu Ziyad (Abdullah ibn Ziyad) sendiripun mengakui bahwa ia membunuh Husein atas perintah dari Yazid.
Ibnu Ziyad berkata : 'Aku membunuh Husein atas perintah Yazid untuk membunuhnya. Jika tidak, ia akan membunuhku karena itu aku memilih untuk membunuh Husein' (kitab Tarikh Kamil, 4/ 55, Mesir)
Mari kita ikuti lebih lanjut penuturan dari Jalaluddin As Suyuti berikut ini :
"......Maka dikirimlah 4 ribu pasukan di bawah pimpinan Umar bin Sa'd bin Abi Waqqash. Husein dibunuh dan kepalanya diletakkan di bejana dan dibawa ke hadapan Ibnu Ziyad. Semoga Allah melaknat mereka yang membunuhnya, begitu juga dengan Ibnu Ziyad dan Yazid. Husein telah dibunuh di Karbala. Dalam peristiwa pembunuhan ini terdapat kisah yang begitu memilukan hati yang kita tidak sanggup untuk menanggungnya. Inna lilahi wa inna ilaihi raji'un. Terbunuh bersama Husein 16 orang lainnya dari anggota keluarganya...."
Kenapa Jalaluddin As Suyuti menyebut peristiwa terbunuhnya Imam Husein adalah kisah yang begitu memilukan hati yang kita tidak sanggup untuk menanggungnya ?.
Mari kita 'dengarkan' penuturan dari ulama lainnya, yang bernama Al Hafizh Ibnu Katsir atau  Imam Ibnu Katsir. Imam Ibnu Katsir, adalah seorang ulama besar dari kalangan Ahlus Sunnah Wal Jama'ah (Sunni) yang menjadi panutan dari sebagian ulama dan umat Islam di Indonesia.
Kitabnya yang terkenal adalah Tafsir Ibnu Katsir yang terdiri dari 10 jilid tebal, merupakan kitab tafsir yang  kerap dikaji sampai hari ini serta menjadi rujukan utama di berbagai pengajian muslim dan pesantren pesantren di negeri ini. Ibnu Katsir sendiri adalah seorang ulama yang anti  terhadap paham dan keyakinan orang orang Syi'ah.
Beliau menceritakan peristiwa pembantaian Imam Husein dan peristiwa peristiwa sebelum dan sesudahnya ini secara jelas dan terperinci di dalam kitabnya yang juga amat terkenal, bernama Al Bidayah Wa An Nihayah. Kitab ini terdiri atas 22 jilid yang berisi ribuan halaman.
Mari kita ikuti cerita beliau seperti termaktub di dalam kitabnya Al Bidayah Wa An Nihayah, jilid 12 yang sudah diterbitkan dengan terjemahan bahasa Indonesia oleh penerbit Pustaka Azzam, cetakan kedua, Desember tahun 2015.
PEMBANTAIAN DAN PELECEHAN JENAZAH
'......Orang orang itupun segera menyerang Husein dari semua arah. Zur'ah bin Syarik At Tamimi menebas telapak tangan kirinya dan pundaknya Husain juga terkena tebasan.
Kemudian mereka menyingkir lagi dari Husein yang dalam keadaan tertelungkup. Kemudian datanglah Sinan bin Anas bin 'Amr An Nakha'i dan menusuknya dengan tombak hingga roboh.
Kemudian ia turun, menggorok lehernya dan mencabut kepalanya. Kemudian, ia menyerahkan kepala Husein kepada Khawali bin Yazid (hal.366-367)
Umar bin Sa'ad memanggil sepuluh prajurit berkuda untuk menginjak injak jasad Husein dengan kuda mereka hingga amblas ke dalam tanah.
Setelah itu kepalanya dibawa menuju Ibnu Ziyad oleh Khawali bin Yazid (hal.371)
Para kerabat perempuan yang menyaksikan peristiwa pembantaian Husain dan para sahabatnya itu menangis dan berteriak.
Zainab ikut meratapi saudaranya itu. Ia berkata sambil menangis, 'Muhammadku !. Muhammadku !. Semoga malaikat langit bershalawat padamu. Ini dia Husein di padang pasir bersimbah darah, terpotong potong tubuhnya.
Wahai Muhammad !. Puteri puterinya ditawan dan keturunanmu dibantai !'. Demi Allah, ratapannya itu membuat menangis setiap kawan dan lawan (hal.379).
Kepala Husein tergeletak di depan Ibnu Ziyad. Ia menyodok nyodok kepalanya dengan tongkat di bagian giginya. Maka, Zaid bin Arqam berkata kepada Ibnu Ziyad, 'Singkirkan tongkatmu itu dari kedua giginya itu. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, aku pernah melihat kedua bibir Rasulullah mencium kedua gigi itu. Kemudian orang tua itu menangis (hal. 373-374)
Kemudian ia (Ibnu Ziyad) memerintahkan agar kepala Husein dipajang di Kufah dan diarak ke berbagai sudut kota Kufah. Kemudian, ia mengirimkan kepala Husein dan para sahabatnya melalui Zahr bin Qais kepada Yazid bin Mu'awiyah di Syam (hal 375)
Ketika kepala Husein diletakkan di hadapan Yazid dan disampingnya ada Abu Barzah, Yazid menusuk nusuknya dengan tongkat.....dan menyentuh nyentuhkan tongkatnya pada bibir Husain sambil berkata. 'Kepala kepala ini telah terpenggal'. Abu Barzah berkata, 'Singkirkan tongkatmu karena aku pernah melihat Rasulullah menciumnya' (hal.378)
Yazid memajang kepala Husein di Damaskus selama tiga hari. Setelah itu kepala Husain diletakkan di gudang senjata hingga masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul Malik. Saat diambil, kepalanya telah menjadi tulang yang berwarna putih. Iapun mengkafaninya, memberinya wewangian, menshalatinya dan memakamkannya di kuburan kaum muslimin (hal. 404-405)
RASULULLAH DAN SAHABAT MENANGISI HUSEIN
Sebelum meninggal dunia, Nabi Muhammad saw telah memperoleh berita dari 'langit' akan terjadinya peristiwa ini. Malaikat Jibril menyampaikan kejadian ini kepada beliau yang kemudian mengabarkannya kepada para sahabatnya.
Di dalam berbagai riwayat diceritakan, setiap mengenang peristiwa itu, Nabi saw selalu bersedih, berduka dan bahkan menangis bersama para sahabatnya
Sebagian dari riwayat riwayat tersebut saya sajikan di bawah ini. Masih dari kitab Al Bidayah wa An Nihayah, Ibn Katsir :
1. 'Pada suatu hari aku ( Ali bin Abi Thalib) menemui Rasulullah SAW dalam keadaan menangis. Lalu, aku bertanya , 'Wahai Nabi Allah, apakah ada seseorang yang membuatmu marah ?. Mengapa engkau menangis ?. Beliau menjawab, 'Tidak ada, tetapi baru saja Jibril pergi dari hadapanku. Dia menceritakan kepadaku bahwa Husain akan terbunuh di seberang sungai Efrat, ( di sebuah tempat bernama Karbala).'
Setelah itu beliau bersabda, 'Apakah kamu mau mencium bau tanahnya ?'. Aku menjawab, 'Ya'. Lalu, beliau mengambil segenggam tanah dan memberikannya kepadaku dan akupun tidak sanggup menahan keluar airmataku' (hal.392-393)
2.At Tirmidzi meriwayatkan, dari Salma, katanya, 'Aku menemui Ummu Salamah (istri Nabi) dan saat itu ia sedang menangis. Aku bertanya, 'Apa yang membuatmu menangis ?'. Ia menjawab, 'Aku bermimpi melihat Rasulullah dalam keadaan rambut dan jenggotnya berdebu. Lalu, aku bertanya, 'Ada apa denganmu, ya Rasulullah ?'. Beliau menjawab, 'Aku baru saja menyaksikan pembunuhan Husein' (hal.396).
3.Ibnu Abbas berkata, 'Aku bermimpi melihat Rasulullah membawa botol berisi darah lalu beliau bersabda, 'Tahukah kamu apa yang dilakukan umatku sepeninggalku ?'. 'Mereka membunuh anakku Husein dan ini adalah darahnya dan darah para sahabatnya. Aku akan membawanya ke hadapan Allah....' (hal.396)
Sebagai tambahan.
Al Hakim meriwayatkan dalam Al Mustadrak 3/176, dengan sanad bersambung kepada Ummul Fadhl binti Al Harits :
'Bahwa ia masuk menemui Rasulullah saw lalu berkata, 'Wahai Rasulullah aku bermimpi buruk malam ini'.
Nabi saw bertanya, 'Apa itu ?'
Ia menjawab, 'Sangat mengerikan'.
Nabi saw, 'Apa itu ?'
Ummul Fadhl berkata, 'Aku melihat dalam mimpiku seakan sepenggal dari jasad anda terpotong dan diletakkan di pangkuanku'
Nabi saw bersabda, 'Mimpi indah yang engkau lihat. Insya Allah Fatimah akan melahirkan seorang bocah dan ia akan berada di pangkuanmu'
Lalu, Fatimah melahirkan Husein dan ia berada di pangkuanku seperti yang disabdakan Rasulullah saw.
Kemudian pada suatu hari aku masuk menemui Rasulullah saw dan akupun menyerahkan Husein dan aku letakkan ke pangkuan beliau.
Lalu, ketika aku menoleh, maka tiba tiba aku saksikan kedua mata Rasulullah saw mencucurkan air mata.
Ia berkata, 'Wahai Nabi Allah, semoga ayah dan ibuku sebagai tebusan bagi anda, apa yang anda alami ?'
Nabi saw bersabda, 'Jibril datang menjumpaiku dan mengabarkan kepadaku bahwa kelak umatku akan membunuh putraku ini'
Aku bertanya, 'Putra Anda ini ?'
Nabi saw bersabda, 'Ya. Dan jibrilpun membawakan untukku segenggam tanah dari tanah (tempat terbunuhnya) Husein berwarna merah'
Al Hakim berkata, 'Ini adalah hadist sahih berdasarkan syarat syaikhain (Bukhari dan Muslim), hanya saja mereka berdua tidakmeriwayatkannya.
Â
PENDAPAT PARA TOKOHÂ
Terkait dengan Asyura, Ernest Hemingway seorang sastrawan Kristen berkebangsaan Amerika pernah menulis :
'Sesungguhnya kesedihan yang disebabkan oleh tragedi Husein masih menyala di setiap dada manusia tercerahkan dikarenakan tragedi itu begitu memilukan yang telah dilakukan oleh kelompok manusia yang haus akan darah orang orang yang tak berdosa'
Tidak hanya Ernest Hemingway saja yang bertutur tentang martir/syahid nya Husein dan Asyura, juga para tokoh dan sastrawan dunia lainnya seperti Guevara, Dalai Lama, Franklin D Rosevelt, George Zaidan, Gothe, Ho Chi Minh, Jawaharlal Nehru, Jenderal De Gaulle, Kurt Waldheim, Mahatma Gandhi, Tollstoy, Soekarno dan masih banyak lagi.
Namun anehnya, mayoritas kaum muslimin hampir hampir tidak mengenal peristiwa Asyura ini atau bahkan boleh jadi 'sengaja' melupakannya.
Amarhum Motinggo Busye, penulis novel Indonesia terkenal, pernah mengatakan :
'Peristiwa syahidnya Imam Husein bukan saja tragis, tetapi juga sangat ironis karena terjadi hanya beberapa tahun dari wafatnya kakek beliau, Muhammad saw.
'Belum pernah terjadi di masa jahiliyah, adanya pembunuhan yang lebih keji dan lebih sadis daripada peristiwa pembantaian Imam Husein dan keluarganya di Karbala'......
'Dan, lebih dari itu adalah, kemana para sahabat Nabi yang masih hidup, kemana para tabi'in yang hidup pada masa itu ?'.
Bukankah mereka diminta Nabi saw untuk mengikuti, menjaga dan menghormati Ahlulbait (Keluarga) beliau ?.
Nabi SAW bersabda , 'Aku tinggalkan dua pusaka yang jika kalian berpegang dengan keduanya, kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitab Suci Al Qur'an dan 'Itrahku (Keturunanku), Ahlulbaitku'
Imam Husein adalah salah seorang Ahlulbait (Keluarga Suci) Nabi Muhammad saw.
'Aku ingatkan kalian kepada Allah akan Ahlulbaitku....aku ingatkan kalian kepada Allah akan Ahlulbaitku.... aku ingatkan kalian kepada Allah akan Ahlulbaitku', demikian pesan Nabi sebelum beliau wafat.
Kalau sebagian besar umat Islam bergembira ria memasuki Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 H, serta mensunnahkan puasa di hari Asyura (10 Muharram) ini, sudahkah mereka juga mengikuti dan mencontoh Nabi saw dengan mengenang dan turut berduka atas syahidnya Husein di padang Karbala ?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H