Mohon tunggu...
Riki Tsan
Riki Tsan Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Spesialis Mata

Eye is not everything. But, everything is nothing without eye

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Doakan Kami,Sahabat!

31 Agustus 2019   11:38 Diperbarui: 15 September 2019   06:01 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'Mohon do'a do'a nya ya dok.....'

Ucapan yang amat mengharukan dari istri sahabatku masih terngiang ngiang di telingaku saat aku meninggalkan rumah sakit tempat sahabatku itu dirawat.

Dia kembali didera penyakit yang membuatnya harus masuk ke rumah sakit. Dokter yang merawat memintanya untuk beristirahat total selama beberapa bulan dan melarangnya untuk melakukan aktivitas apapun.

Tentu saja, keadaan seperti ini terasa sangat pedih dan menyakitkan.  Aku dapat merasakan penderitaan yang akan dihadapinya, yang aku tidak mungkin sanggup memikulnya, bahkan sekalipun hanya sekedar membayangkannya.

Bukan saja penderitaan fisik, namun lebih dari itu.

Sebagai hamba Tuhan yang telah beriktikad untuk menjalani profesi dokter sebagai jalan hidup kami, melayani orang orang yang membutuhkan pertolongan kami telah menjadi 'ruh dan semangat' yang membuat hidup kami terasa lebih bermakna.

Namun, kini rekan sejawatku itu hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur. Siapapun pasti akan iba melihatnya. Dia tidak lagi bisa memeriksa dan mengobati pasien pasiennya yang datang berobat ke tempat prakteknya ataupun tidak lagi bisa melakukan operasi di kamar operasi.

Kuambil telepon genggamku dan kuketikkan sesuatu yang membesarkan hatiku. 'Hatiku.......!, bukan hatinya !.

'Saudaraku, seandainya kamu tahu bahwa kamu sedang dalam proses dimuliakan karena sakitmu. Tidak semua manusia paham bagaimana kasihnya Tuhan berlaku. Betapa Tuhan sayang padamu dengan memberikan penderitaan untuk membersihkan dosa-dosamu'

Rasanya tak mampu aku meneruskan kata kataku untuk menyempurnakan tulisanku........tetapi, aku harus menyampaikannya.

Imam Ali as mengajarkan bahwa kefakiran, penyakit badan dan penyakit hati merupakan cobaan yang sesungguhnya bagian dari proses pembersihan (tamhis) dari dosa dosa yang telah kita buat di dunia ini. Karena itu, semestinya kita menyambut gembira proses itu, bukan malah bersedih apalagi meratap.

Karena, kebahagiaan apalagi yang lebih indah ketimbang mendapatkan kesempatan untuk mengikis dosa dosa yang sudah berkarat ini ?. Apa yang kita dapatkan sekarang akan meringankan semua siksa kita di alam kubur nanti.

Sampai pada satu waktu, di mana kita berada dalam persidangan Tuhan, maka kita yang pernah mengalami proses pencucian dosa yang panjang akan menghadapNya dalam kondisi yang bersih dan suci.

Lalu, siapakah yang pantas untuk didoakan ?.

Aku yang kotor dan belum mendapatkan kesempatan untuk membersihkan dosa dosaku ataukah kamu, sahabatku yang saat ini sedang disucikan dari semua dosamu ?

Kukirim pesan itu dan kulihat tanda, ia menerimanya.

Aku tahu ia pasti mengira aku sedang menghiburnya.

Aku tidak sedang mengiburnya, aku sedang meratapi nasibku sendiri. Semoga Tuhan melimpahkan kemuliaan atasnya dan atas kita semua.

Sejenak aku terdiam, tidak lama kemudian sebuah pesan menghampiri ponselku. Dari dia.....dari sahabatku yang sedang dimuliakan Tuhan.

'Terima kasih. Baru kali ini aku memperoleh pandangan berbeda tentang sakitku. Kamu membuat aku menikmati apa yang kualami sekarang. Terimakasih. Mudah-mudahan aku bisa membalas semuanya'.

Kali ini, airmataku yang menggenang awalnya dan kutahan dalam dada, deras mengalir dan jatuh dalam bentuk tetesan kebahagiaan. Aku ,dengan perasaan bahagia, juga membalas pesannya.

'Doakan kami, sahabatku yang sedang dimuliakan. Doamu adalah doa yang paling mujarab saat ini'

Kubayangkan wajahnya yang tampak berseri seri saat aku datang menjenguknya.

Seakan akan disana ia menjawab, 'Aku mendo'akan kalian, kawan........"

(diinspirasi dari sebagian tulisan Denny Srg)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun