Mohon tunggu...
Riki Dwi Saputra
Riki Dwi Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa - Pendatang Baru

Pencari ilmu

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Seni Pertunjukan dan Manifestasi Kehidupan

4 Juli 2023   21:26 Diperbarui: 5 Juli 2023   00:16 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai manifesti dari aktivitas naluriah yang mencerminkan kehidupan manusia, seni pertunjukan kerap kali dijadikan bahan penghibur untuk mengusir kerasahan dan kesepian dalam jiwa manusia. Ketika masa kebangkitan (1924) dimana muncul perkumpulan Dardanella yang didirikan oleh A. Pierdro yang sekaligus sebagai pelopor seni pertunjukan berbahasa Melayu di Indonesia, yang kemudian terus berkembang hingga masa kontemporer didukung oleh Dewan Kesenian Jakarta yang terus mencetak generasi teater baru yang tidak diragukan lagi kualitasnya.

Pertanyaannya, apakah saat ini seni pertunjukan masih terus berkembang? Lupakan saja.

Yang jelas, tanpa perlu dipertanyakan lebih mendalam, seni pertunjukan saat ini dapat dikatakan sudah mencapai puncak perkembangannya. Ada banyak sekali pertunjukan yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas dewasa ini.

Mengapa saya dengan mudah mengatakan hal tersebut?

Hari itu, Minggu 13 November 2022, saya baru saja menyaksikan pertunjukan wayang tradisional yang digelar di Museum Wayang, Kota Tua, Jakarta. Kami ber dua lima, ya 25. 

Kami sekelas lebih tepatnya, bersama -- sama menghadap para pemeran wayang menyaksikan pertunjukan mereka yang mengangkat cerita bertema keserakahan dan kemunafikan. Kala itu, pementasan didalangi oleh Ki Dalang Sukarlana Nemit Putra yang datang jauh dari Bekasi ke jakarta. Beliau, sebagai dalang yang mencintai dan melestarikan budaya, tidak segan untuk menceritakan kisah tentang perkembangan pewayangan dari sanggar tempatnya bernaung.

Tak lama setelah itu, saya menonton pertunjukan film modern di bioskop. Tentu kedua hal tersebut tidak dapat dibandingkan, antara pertunjukan wayang dan film bioskop memang memiliki target serta zaman yang berbeda. Namun, keduanya merupakan bentuk dari perkembangan seni pertunjukan yang sempat saya singgung di awal. 

Perhatian terhadap dunia pertunjukan memang tidak ada matinya, para produser berlomba-lomba untuk menyajikan tontonan yang menyenangkan serta menarik untuk para target sasarannya.

Lantas, bagaimana seni pertunjukan akan terus hidup?

Bisakah tanaman dan hewan menjadi sumur sumber dalam pertunjukan? Bisa saja, tergantung topik yang dipilih. Flora dan Fauna adalah ekosistem dari mana kita memperoleh suasana. Sebuah pertunjukan bukan merupakan sebuah cerpen atau novel tulisan, tapi ia adalah cerita. 

Sulit untuk membayangkan karakter dan cakrawala terbentuk di luar jalinan unsur visual. Anda bisa mengisahkan bagaimana jerit pilu bunga mendapat serangan dadakan dimusim hujan secara jelas dan nyata dalam sebuah pertunjukan. 

Hal ini saya pelajari dari pertunjukan teater yang saya perankan sendiri. Setangkai bunga yang indah tidak serta merta tumbuh lalu mekar dengan begitu saja, ada proses yang mengikuti perjalanan setangkai bunga berduri menjadi bunga berduri namun cantik nan harum.

Sumber tidak hanya berdiam dalam perpustakaan, ia hidup dalam ekosistem bernama kehidupan. Sumber pertunjukan adalah manusia itu sendiri. Untuk mengambil sumber dari manusia, cara paling mudah untuk ditempuh adalah lewat percakapan. Barulah terungkap bahwa pertunjukan merupakan jelmaan dari percakapan-percakapan yang ada disekitar manusia. 

Dari sekian banyak pertunjukan yang ada dimuka bumi, tidak sedikit dari mereka yang menggunakan percakapan sebagai media penghantar makna dalam pertunjukan, makna yang menjadi tujuan digelarnya pertunjukan tersebut.

Gambar Pribadi
Gambar Pribadi

Sekarang jelas, mengapa seni pertunjukan dapat dan akan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman, hal tersebut didorong oleh subjek pertunjukan yang menjadikan manusia sebagai sumber utama dalam mempertahankan keberadaannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun