Sulit untuk membayangkan karakter dan cakrawala terbentuk di luar jalinan unsur visual. Anda bisa mengisahkan bagaimana jerit pilu bunga mendapat serangan dadakan dimusim hujan secara jelas dan nyata dalam sebuah pertunjukan.Â
Hal ini saya pelajari dari pertunjukan teater yang saya perankan sendiri. Setangkai bunga yang indah tidak serta merta tumbuh lalu mekar dengan begitu saja, ada proses yang mengikuti perjalanan setangkai bunga berduri menjadi bunga berduri namun cantik nan harum.
Sumber tidak hanya berdiam dalam perpustakaan, ia hidup dalam ekosistem bernama kehidupan. Sumber pertunjukan adalah manusia itu sendiri. Untuk mengambil sumber dari manusia, cara paling mudah untuk ditempuh adalah lewat percakapan. Barulah terungkap bahwa pertunjukan merupakan jelmaan dari percakapan-percakapan yang ada disekitar manusia.Â
Dari sekian banyak pertunjukan yang ada dimuka bumi, tidak sedikit dari mereka yang menggunakan percakapan sebagai media penghantar makna dalam pertunjukan, makna yang menjadi tujuan digelarnya pertunjukan tersebut.
Sekarang jelas, mengapa seni pertunjukan dapat dan akan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman, hal tersebut didorong oleh subjek pertunjukan yang menjadikan manusia sebagai sumber utama dalam mempertahankan keberadaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H