Lari adalah olahraga yang gak keren sama sekali. Jangan Tanya kenapa? Semua orang sudah tau apa yang di lakukan para pelari ketika berlari. Ya…. Mereka hanya berlari. Muter-muter lapangan, keliling komplek, atau lari-lari di pinggir jalan raya. So! What is special? Bangun pagi-pagi, cuci muka, pakai sepatu dan kostum lari, lalu berlari. Ah so bored! Gitu doang? Coba deh bandingkan dengan sepak bola, badminton, atau basket. Bandingkan peminat olahraga lari dengan olahraga yang super top popular seperti sepak bola. Dari jumlah peminat olahraga bisa ketahuan kan olahraga mana yang lebih keren?
Kembali penulis mengajak teman-teman untuk mengetahui betapa tidak kerennya olahraga lari.
Pertama, pertandingan lari hampir tidak pernah di tayangkan di televis. Haloo. . Di chanel mana teman-teman mendapati pertandingan lari? Paling-paling dichanel youtube kan?
Kedua, lari adalah olahraga yang monoton. Lagian kalau di puter di chanel televisi apa sih yang mau di tonton? Orang lari muter-muter track doang kan? Gak seru! Bandingkan dengan pertandingan bola, basket, atau badminton. See!?Penulis rasa 99% teman-teman berkata ketiga olahraga super top popular diatas lebih menarik untuk di tonton ketimbang olahraga lari.
Ketiga, Lari tidak ada permainan tim. Ada mungkin, namanya lari estafet. Tapi tidak seperti sepak bola yang mengandalkan strategi, kekompakan, dan teknik bermain yang ekstra kompleks. Lari lebih berkesan individual tanpa memerlukan strategi apapun.
Namun.. Ops! Penulis lupa menjelaskan lebih detil. Ketidak-kerenan olahraga lari yang Penulis tulis diatas ternyata BARU SEBATAS sudut pandang penonton atau audiens. Heii.. tidak tertarik kah teman terjun langsung mencicipi olahraga ini ketimbang menjadi penonton atau komentator pedas namun tidak mengerti seperti apa “feels”nya olahraga lari?
Ketika membaca paragraph diatas kemungkinan besar ingatan teman-teman terbawa ke masa lalu saat pelajaran olahraga, praktik lari di sekolah. Teman-teman merasakan susahnya berlari, nafas terengah-engah seperti mau mati saja. Ada trauma masa lalu sehingga teman-teman berusaha menjauhkan“feels” tersebut dari kehidupan teman-teman saat ini. Iya apa iya? Ah ndak juga sepertinya. Hohoho.
“Feels” yang Penulis maksud bukan perasaan saat kita merasa mau mati kehabisan nafas ketika berlari, namun “feels” dalam hati berkata “ternyata aku sanggup melakukannya”. Tahukah teman-teman kalau “feels” tersebut di dapat saat kita menyelesaikan race 5K pertama kita, atau moment-moment dimana teman-teman mencapai personal best atau rekor lari mengalahkan rekor sebelumnya. Itu kali pertamanya orang yang tidak ada keren-kerenya seperti saya berkata dalam hati “Ternyata aku keren juga ya” ☺.
Setelah menggenggam perasaan keren itu, Penulis mulai rutin berlari. Eh ternyata berlari membuat kita merasa PD lo menghadapi hari-hari kedepan. Keren gak sih? Nggak ya? Kan sudah di tulis diatas, judulnya: Lari Olahraga Yang Tidak Keren.
Lalu Penulis mulai bertemu dengan teman-teman pelari lain. Kita memiliki kesamaan di sini, bukan karena kita sesama pelari, namun kita sama-sama menggenggam “feels”- keren itu di dalam hati masing-masing. Hanya dengan bertatap muka dengan mereka, kami saling memahami satu sama lain. Keren ndak sih?? Eh. . Penulis lupa judul lagi. Maap. ☺
Kesamaan-kesaaman itu tanpa kami sadari bagi sesama pelari merupakan sesuatu yang berharga, dan tidak semua orang memiliki itu. “feels” – Keren itu hanya dapat dirasakan oleh pelari yang sudah menggenggam itu di hati mereka. Jadi kesimpulannya lari itu pakai hati? Ya pakai kaki lah sob! LoL.
Akhir kata, ternyata keren itu tidak melulu sesuatu yang terlihat di mata, di dengar di telinga, atau hanya sebatas perasaan saja. Tapi keren itu ketika kita bisa memaknainya dari dalam, dan saling memahami satu sama lain melalui“feels” tersebut.
Kami para pelari, berlari bersama-sama mengalahkan diri sendiri, berlari bersama-sama membawa “Feels” itu. Di bawah cahaya bintang yang samar oleh kemilaunya lampu kota, menapaki kaki diantara ubin-ubin perkotaan, melintasi flyover, memasuki garis finish bersama-sama dengan senyuman penuh kebahagiaan. Para Pejalan kaki dan tetesan keringat yang terjatuh biarlah menjadi saksi atas ketidak-kerenan olahraga ini.
Note Penulis: Menjelaskan & mengungkapkan perasaan ternyata tidak gampang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H