Teori Vygotsky telah dianut oleh banyak guru dan telah berhasil diterapkan untuk pendidikan. Berikut adalah strategi mengajar menurut teori Vygotsky :
1. Nilai ZPD anak.Â
ZPD adalah konsep scaffolding. Scaffolding berarti mengubah tingkat dukungan. Vygotsky tidak berpendapat bahwa tes formal yang terstandardisasi adalah cara terbaik untuk menilai pembelajaran anak-anak. Sebaliknya, Vygotsky berpendapat bahwa penilaian harus berfokus pada penentuan zona perkembangan proksimal anak. Penolong yang terampil memberikan tugas-tugas dengan berbagai kesulitan kepada anak-anak untuk menentukan tingkat yang terbaik untuk memulai mengajar.
2 Gunakan ZPD anak dalam mengajar.
Pengajaran harus dimulai ke arah batas atas dari zona tersebut, sehingga anak-anak dapat mencapai tujuan dengan bantuan dan pindah ke tingkat ketrampilan dan pengetahuan yang lebih tinggi. Tawarkan bantuan secukupnya. Anda mungkin bertanya "Apa yang dapat saya lakukan untuk membantu Anda?" Atau sekedar mengamati niat dan upaya, serta menyediakan dukungan bila diperlukan. Ketika anak ragu-ragu, berikan dukungan. Dan dorong anak-anak untuk mempraktikan ketrampilan-ketrampilan tersebut. Anda dapat melihat dan menghargai usaha anak atau memberikan dukungan ketika anak lupa apa yang harus dilakukan.
3. Gunakan teman sebaya yang lebih terampil sebagai guru.
Ingatlah bahwa tidak hanya orang dewasa yang merupakan faktor penting dalam membantu anak belajar. Anak-anak juga mendapat manfaat dari dukungan dan bimbingan dari anak-anak yang lebih terampil.
4. Pantau dan dorong anak-anak untuk menggunakan private speech.
Sadari perubahan perkembangan dari berbicara kepada diri sendiri secara eksternal ketika memecahkan masalah selama tahun-tahun pra sekolah menjadi berbicara kepada diri sendiri secara pribadi pada tahun-tahun awal sekolah dasar. Pada tahun sekolah dasar, dorong anak-anak untuk menginternalisasi dan mengatur ucapan mereka kepada diri sendiri.
5. Tempatkan pengajaran dalam konteks yang bermakna.
Saat ini, para pendidik bergerak menjauh presentasi abstrak materi, dan sebaliknya memberikan kepada murid peluang untuk mengalami pembelajaran di dunia nyata. Misalnya, alih-alih hanya menghafalkan rumus matematika, murid mengerjakan soal-soal matematika dengan implikasi dunia nyata.