Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan ke Ethiopia (Bagian 3 - Habis)

6 Februari 2022   20:48 Diperbarui: 6 Februari 2022   21:11 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pramugari Ethiopian Airline menarik barang bawaan. 25 Juli 2019. Dokpri

25 Juli 2019 Addis Ababa Ethiopia

Kami tiba di Addis Ababa, ibukota Ethiopia,Bole International Airport pukul 06.15 waktu Ethiopia ( 10.15 pagi WIB). Addis Ababa kota yang berelevasi 2300 mdpl. Udaranya dingin. Jaket winter yang kubawa menghangatkanku. 

Kami berjalan menyusuri lorong lorong menuju area keberangkatan domestik. Aku menatap hiruk pikuk suasana bandara. Aku selfie depan pesawat Ethiopian Airline. Mencermati senyum pramugari cantik khas Ethiopia. Pramugari dari Ethiopian Airline berbaju hijau yang menarik koper barang bawaan. Kulihat para petugas memasukkan kargo ke dalam badan pesawat. Kunikmati momen momen dan menyadari diriku telah menginjak bumi Afrika.

Pramugari Ethiopian Airline menarik barang bawaan. 25 Juli 2019. Dokpri
Pramugari Ethiopian Airline menarik barang bawaan. 25 Juli 2019. Dokpri

Kami terus berjalan dan tiba di satu tempat titik berkumpul. Sebuah bus mengantar kami menuju terminal keberangkatan domestik. Dari Addis Ababa kami harus menempuh perjalanan sejauh 215 km menuju kota Hawassa. Lima menit kemudian kami sampai di terminal keberangkatan domestik.

Kami harus melewati pengecekan imigrasi. Aku minta tim untuk mengeluarkan passport dan boarding pass tiket Addis Ababa-Hawassa. Hatiku berdebar. Ini pertama kali aku harus berhadapan dengan petugas imigrasi di negara orang. 

Di balik loket, petugas imigrasi hanya menanyakan beberapa pertanyaan, untuk tujuan apa dan dimana kami akan tinggal nantinya di Hawassa. Setelah itu petugas membubuhkan cap di passportku. Aku amati teman temanku lain tidak mengalami kendala berhadapan dengan imigrasi.

Setelah melewati clearance di imigrasi kami harus mengantri menuju terminal keberangkatan domestik. Petugas bandara mengecek boarding pass kami. Petugas mengatakan bahwa tiket boarding pass kami kadaluwarsa. Kami tidak boleh masuk antrian. 

Di tiket tertulis Addis Ababa -- Hawassa 24 Juli, padahal aktualnya kami tiba di Addis Ababa 25 Juli. Petugas bandara mengarahkan ke loket informasi. 

Suasana konter informasi mirip pasar kecil. Tidak ada antrian. Kerumunan orang mengepung meja konter. Siapa yang bersuara dan bertanya duluan dia yang akan dilayani. Petugas di konter informasi kemudian mengarahkan rombongan kami ke konter petugas Ethiopian Airline.

Kepada petugas Ethiopian Airline aku menjelaskan bahwa pesawat kami tertunda 18 jam di Bangkok Thailand. Petugas Ethiopian Airline meminta passport dan tiket kami yang lama. 

Kemudian petugas mempersiapkan tiket revisi tertanggal 25 Juli Addis Ababa -- Hawassa untuk seluruh rombongan 9 orang. Dari sini kami merasa lega.

Perut terasa lapar. Kami harus makan. Aku tukarkan uang di money changer sebesar 145 USD. Mata uang Ethiopia = Birr. Saat itu kurs 1 USD = 29 Birr. Setelah aku tukarkan uang, aku pegang uang 2405 Birr di tangan. Kami pesan omelet dan air mineral untuk 9 orang, total seharga 1764 Birr. 

Hanya omelet makanan yang kami rasa cocok untuk lidah. Omeletnya hanya terdiri dari gorengan telur dan 3 lembar roti tawar. Sebelumnya kami pesan teh manis. Namun sampai kami selesai makan, teh manis tak kunjung datang.

Omelet di Bole Int'l Airport Ethiopia, bentuknya hanya terlur dadar dan roti. 25 Juli 2019. Dokpri
Omelet di Bole Int'l Airport Ethiopia, bentuknya hanya terlur dadar dan roti. 25 Juli 2019. Dokpri

Setelah selesai makan kami menuju ruang tunggu. Pesawat Addis Ababa - Hawassa akan berangkat pukul 09.10 waktu Ethiopia ( 13.10 WIB). Ruang tunggu begitu sesak. Aku tak menemukan tempat duduk. Selain Habesha ( sebutan untuk orang Ethiopia), aku lihat wajah wajah China, India/Srilanka/Pakistan, dan Arab. 

Pengumuman dalam Bahasa Amharic, Bahasa nasional Ethiopia, diiikuti dengan Bahasa Inggris yang terdengar kurang jelas di kupingku. Aku aktif bertanya kepada petugas perempuan yang mengatur keberangkatan ke Hawassa. 

Setelah tiba kami mengantri untuk boarding pass ke Hawassa , aku pun masih ingin memastikan dan menyebut "Hawassa" dengan antrian penumpang di depanku, agar tidak salah.

Kami masuk pesawat kecil yang berkapasitas sekitar 50 orang. Jam 09.00 waktu Ethio kami sudah berada di dalam kabin. Kabin dan tempat menaruh bagasi, sebesar bus Patas di Indonesia. 

Aku duduk di samping Alfian. Kami hanya membawa tas ransel. Karena koper koper kami langsung diatur oleh Ethiopian Airline dari Jakarta -- Addis Ababa -- Hawassa. Jam 10.30 Waktu Ethiopia kami mendarat di Hawassa.

Bandara Hawassa ini kecil. Setelah turun dari pesawat, 50 meter kemudian kami menginjak jalan setapak yang berumput. Angin berhembus mengeluarkan suara mendesing. Hawassa juga dataran tinggi dengan elevasi 1700 mdpl. Udara dingin perlahan menembus jaket tebalku. 

Hamparan rumput kulihat mengitari kawasan bandara. Tanpa pagar pembatas. Tak kulihat papan nama Bandara. 200 meter kami berjalan di jalan setapak menuju tempat parkir penjemputan. 

Kulihat 3 orang polisi dan tentara berbaret jingga berjaga melempar senyum kepada kami. Kulihat sebuah truk Mercy pemadadam kebakaran warna merah terparkir di bangunan kecil dari papan kayu.

Jangan bayangkan koper koper barang bawaan penumpang akan diambil di converyor belt.5 menit kemudian sebuah mobil menarik dua kereta barang, membawa tumpukan koper koper penumpang. 

Kami mengambil sendiri sendiri koper koper itu. Tanpa pengecekan siapa mengambil koper apa. Jemputan dari perusahaan sudah datang. Dua mobil Toyota Hiace warna putih sudah menunggu kami di tempat parkir.

Kulihat sebuah warung makan kecil. Ruangan berukuran 3x4 meter dengan kursi plastik dan meja plastik. Kontruksinya berpenyangga kayu, beratap seng.  Dindingnya dibentuk dari terpal warna warni. Masih lebih bagus warung bakso di Indonesia.

"Restoran" di Bandara Hawassa,Ethiopia. 25 Juli 2019. Dok Pri.

Setelah memasukkan koper koper ke mobil, aku pergi ke toilet. Kubuka toiletnya cukup bersih namun tak ada air. Kubuka kran air tidak keluar. Aku keluar dari toilet,seorang Wanita cleaning service memberiku air di ember.

Aku Kembali ke rombongan. 1 mobil jemputan mengangkut semua rombongan kecuali aku. Aku naik di mobil ke 2 yang dipenuhi 18 koper besar. Perjalanan dari bandara ke kota Hawassa sangat nyaman. Jalannya halus,sehalus jalan tol di Indonesia.

Jalan Raya Bandara Hawassa menuju kota Hawassa. 25 Juli 2019. Dokpri
Jalan Raya Bandara Hawassa menuju kota Hawassa. 25 Juli 2019. Dokpri

 Pemandangan danau Hawassa berpadu dengan hamparan pegunungan. Kanan kiri jalan terhampar padang rumput dengan ternak sapi,kuda, kambing yang bebas berkeliaranan. Kulihat ladang ditanami jagung dan sayur sawi. Jalan nampak sangat sepi, hanya dua mobil kami yang lewat. 

Lainnya hanya kereta yang ditarik keledai mengangkut sayur. Dua sepeda motor menyalip kami. Kulihat rumah tradisional yang berbentuk kubah, berdinding tanah liat, dengan atap terbuat dari dedaunan.

Rumah Tradisional di Hawassa Ethiopia.
Rumah Tradisional di Hawassa Ethiopia.

Aku seperti berada di dunia lain. Inilah bumi Ethiopia yang akhirnya kuhirup udara segarnya. Aku mengucap Subhanallah, karena aku tak pernah bermimpi menginjakkan kaki di Afrika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun