Hamparan rumput kulihat mengitari kawasan bandara. Tanpa pagar pembatas. Tak kulihat papan nama Bandara. 200 meter kami berjalan di jalan setapak menuju tempat parkir penjemputan.Â
Kulihat 3 orang polisi dan tentara berbaret jingga berjaga melempar senyum kepada kami. Kulihat sebuah truk Mercy pemadadam kebakaran warna merah terparkir di bangunan kecil dari papan kayu.
Jangan bayangkan koper koper barang bawaan penumpang akan diambil di converyor belt.5 menit kemudian sebuah mobil menarik dua kereta barang, membawa tumpukan koper koper penumpang.Â
Kami mengambil sendiri sendiri koper koper itu. Tanpa pengecekan siapa mengambil koper apa. Jemputan dari perusahaan sudah datang. Dua mobil Toyota Hiace warna putih sudah menunggu kami di tempat parkir.
Kulihat sebuah warung makan kecil. Ruangan berukuran 3x4 meter dengan kursi plastik dan meja plastik. Kontruksinya berpenyangga kayu, beratap seng. Â Dindingnya dibentuk dari terpal warna warni. Masih lebih bagus warung bakso di Indonesia.
Setelah memasukkan koper koper ke mobil, aku pergi ke toilet. Kubuka toiletnya cukup bersih namun tak ada air. Kubuka kran air tidak keluar. Aku keluar dari toilet,seorang Wanita cleaning service memberiku air di ember.
Aku Kembali ke rombongan. 1 mobil jemputan mengangkut semua rombongan kecuali aku. Aku naik di mobil ke 2 yang dipenuhi 18 koper besar. Perjalanan dari bandara ke kota Hawassa sangat nyaman. Jalannya halus,sehalus jalan tol di Indonesia.
 Pemandangan danau Hawassa berpadu dengan hamparan pegunungan. Kanan kiri jalan terhampar padang rumput dengan ternak sapi,kuda, kambing yang bebas berkeliaranan. Kulihat ladang ditanami jagung dan sayur sawi. Jalan nampak sangat sepi, hanya dua mobil kami yang lewat.Â
Lainnya hanya kereta yang ditarik keledai mengangkut sayur. Dua sepeda motor menyalip kami. Kulihat rumah tradisional yang berbentuk kubah, berdinding tanah liat, dengan atap terbuat dari dedaunan.