Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mau Pelayanan Lebih? Ngototlah!

27 Juni 2017   14:13 Diperbarui: 27 Juni 2017   14:21 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam keseharian di negeri ini pelanggan jamak diposisikan harus mengalah.Hanya pelanggan yang ngotot yang akan diperhatikan.

Selamat siang. Kami dari optik XXXXXX memberitahukan. Lensa yang dipesan sudah datang. Terima kasih. Setelah menerima sms itu kemarin,kami meluncur ke gerai optic yang menjadi tenant di sebuah mall di simpang lima Semarang siang ini. Kami pun disambut pramuniaga di gerai berukuran 4x8 yang sudah menjadi langganan sepuluh tahun terakhir.

Pramuniaga meminta saya untuk menunggu satu jam untuk proses ganti lensa.

Sepuluh menit kemudian pramuniaga berkata,"Bapak mohon maaf,untuk proses ganti lensa baru bisa dilakukan  nanti pukul 2 siang karena petugasnya baru masuk nanti jam 2 siang"

Waktu menunjukkan pukul 12.15 ketika pramuniaga putri itu memberitahukan dengann kuluman senyum menghias wajah bulatnya.

Kemudian pramuniaga itu menambahkan,"Mungkin kalau mau jalan jalan dulu,kacamatanya diambil dulu,nanti jam 2 siang kembali ke sini lagi"

Senyum simpul masih menyapu wajahnya,khas wajah penjual untuk membujuk pelanggan.

Saya pun menukas dengan senyum serupa masih dengan nada datar halus suara bas," Seharusnya mbak menginformasikan kepada saya jam pengambilannya. Di sms mu hanya memberitahu lensa sudah datang. Artinya kan sudah siap kapan pun kalau sewaktu waktu diambil"

Pramuniaga tersenyum tanpa menjawab.

Masih dengan senyuman saya bertanya,"Apakah harus menunggu optician yang nanti datang jam 2? Tidak adakah yang bisa menggantikan?"

Pramuniaga menukas,"Mohon maaf bapak karena harus memotong lensanya. Perli yang lebih ahli:

Inilah saatnya untuk mempraktekkan adagium dari teman saya indera nugroho widi bahwa hanya customer yang ngotot yang akan diperhatikan"

Saya tersenyum seperti iklan pasta gigi sambil berseru,"Saya ada pilihan lagi nggak mbak..selain harus balik ke sini. Kalau memang TERPAKSA harus balik lagi ya apa boleh buat. Coba dicekkan optician yang standbye bisa handle nggak?"

Pramuniaga putri itu menuju ke optician laki laki yang standbye. Sejenak kemudian pramuniaga putri itu berkata,"Ini akan dikerjakan bapak. Bisa ditunggu"

Saya lega menukas"Terima kasih mbak. Itu excellent customer service. Untuk pelanggan,balik itu bukan perkara mudah..rugi waktu belum lagi tempat parkir terbatas.Jadi kompleks,bukan hal yang mudah kalau harus bolak balik"

Dua puluh menit kemudian optician laki laki itu menghampiri saya,"Saya minta maaf bapak. Saya salah. Pesanan lensa bapak seharusnya lebih lebar 3 mm sesuai permintaan tetapi saya lupa telanjur saya potong. Bagaimana apa mau dicoba dulu. Ini sesuai dengan kondisi yang bapak pakai saat ini"

Saya menolak,"Saya maunya sesuai pesanan..lebih lebar 3mm sesuai dengan saran optician bapak pada saat itu untuk kenyamanan"

Optician itu menjawab,"Baiklah kalailu begitu. Saya sekali lagi minta maaf saya akan kabarkan di kemudian hari kalau sudah selesai"

Melihat wajah optician yang dengan tulus meminta maaf kekecewaan sedikit redup.

Mungkin optician itu belum benar ahli untuk menangani order saya. Sehingga dia belum percaya diri dan harus menunggu koleganya datang. Namun saya "memaksanya" dan enggan memberikan pemakluman. Yang terjadi selanjutnya dia salah melakukan eksekusi.

Hope they can take a lesson from this situation in the future.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun