Mohon tunggu...
Rikho Kusworo
Rikho Kusworo Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis Memaknai Hari

Karyawan swasta, beranak satu, pecinta musik classic rock, penikmat bahasa dan sejarah, book-lover.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

(Parenting) Bus Rapid Transit dan Pendidikan Karakter

6 September 2015   04:20 Diperbarui: 6 September 2015   04:26 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam transportasi umum kami berusaha mengajarkan bahwa dalam kehidupan itu selalu ada struktur dan disiplin. Selain itu dalam sebuah interaksi sosial diperlukan pula rasa empati untuk berbagi.

Struktur

Dalam transportasi umum terdapat sebuah rangkaian aktivitas yang tersusun dengan pola tertentu. Inilah yang dinamakan struktur. Penumpang yang tidak mendapatkan tempat duduk maka mereka harus berdiri. Penumpang yang berdiri harus menunggu penumpang lain turun. Setelah tempat duduk ditinggalkan penumpang yang turun, maka penumpang yang tadinya berdiri baru bisa duduk. Dalam bus, orang yang ditempatkan dalam struktur tertinggi adalah pengemudi. Tidak akan ada penumpang yang menggunggat tempat duduk pengemudi ketika kendaraan penuh sesak. Dalam tataran yang lebih luas, di dalam transportasi umum anak bisa melihat sebuah struktur sosial. Seorang ibu yang turun di pasar sambil membawa bakul bamboo besar yang berisi ayam adalah pedagang. Seorang anak muda yang turun di kampus sambil menenteng tas punggung adalah mahasiswa. Seorang perempuan berpakaian formal adalah pekerja kantoran. Dan seterusnya.

Disiplin

Dalam bus BRT sudah tertulis jelas area yang tempat duduk laki laki dan perempuan. Kedisiplinan penumpang diperlukan dalam menempati area tersebut. Dalam keadaan kosong penumpang laki laki boleh menempati tempat duduk penumpang perempuan. Namun manakala bus penuh sesak, sedangkan penumpang perempuan memerlukan tempat duduk, penumpang laki laki itu harus disiplin memberikan tempat duduknya.

Penumpang harus berdisiplin menunggu bus di halte. Ketika penumpang turun pun harus di halte. Sebuah kedisiplinan yang tidak bisa ditawar. Dalam konteks yang lebih luas transportasi umum mengajarkan disiplin waktu. Bilamana penumpang terlambat, maka dia akan tertinggal.

Empati Untuk Berbagi

Memberikan tempat duduk kepada orang yang lebih tua, senior citizen, perempuan hamil menularkan sebuah sikap yang mengedepankan empati untuk berbagi. Hal ini akan bermuara kepada kerelaan berkorban demi orang lain yang lebih membutuhkan. Uluran tangan seorang penumpang dari dalam bus untuk merengkuh naik tangan seorang wanita lanjut usia masuk ke dalam bus adalah sebuah sinyal kepedulian. Kerelaan seorang mahasiswi untuk memangku tas pinggang istri saya ( agar tidak menganggu penumpang lain yang berdiri) juga mencerminkan sebuah kebersamaan untuk meringankan beban sesama. Pun saya yakin anak saya menangkap pancaran semangat berbagi ini ketika seorang anak perempuan mengulurkan sebungkus makanan ringan.

 

Rikho Kusworo 06 Sept 2015 selesai jam 4 Pagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun