Mohon tunggu...
Rika Verry Kurniawan
Rika Verry Kurniawan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Sukses adalah kemampuan untuk melangkah dari kegagalan tanpa hilang antusiasme | Content Creator | Digital Marketing Specialist | Community Leader

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cultural Trip Solo: Melestarikan Budaya Di Tengah Modernisasi

16 Juli 2015   18:25 Diperbarui: 16 Juli 2015   18:25 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di titik point ini kami berkumpul untuk bersama - sama menuju pemberangkatan ke beberapa lokasi yang menjadi tujuan kami. Selain, teman-teman blogger, disini juga berkumpul rekan-rekan media dari berbagai media Jakarta yang juga ikut dalam Cultural Trip Solo ini.

Lebih kurang pukul 11.30 kami sudah siap berangkat. Dan kami menuju ke lokasi pertama yaitu di Masjid Agung Surakarta

Perjalanan menuju Masjid Agung Surakarta dengan Armada Kijang Innova dari TRAC
Beduk Asyiiik 2015
Beduk Asyiiik 2015
Halaman parkir Masjid Agung Surakarta
Beduk Asyiiik 2015
Beduk Asyiiik 2015
Gapura Masuk Masjid Agung Surakarta
Beduk Asyiiik 2015
Beduk Asyiiik 2015
Pelataran Masjid Agung Surakarta

Keberadaan Masjid Agung Surakarta tidak bisa dilepaskan dari perjalanan panjang sejarah Keraton Kasunanan. Masjid Agung dan Keraton Kasunanan laksana pena dan tinta yang sukar dipisahkan. Bangunan satu lantai di sebelah barat alun-alun utara ini menjadi jujugan masyarakat yang beragama Islam untuk beribadah. Saban hari, tak kurang ribuan orang menyambangi masjid yang dibangun di masa Paku Buwana II (1745) itu. Masjid bercat biru tersebut sohor sebagai masjid terbesar di Surakarta.

Pada riwayatnya, Masjid Agung Surakarta seperti juga keraton memiliki tautan dengan dinasti Mataram Islam. Sebelum Keraton Surakarta muncul, dinasti Mataram Islam sudah diawali dari Kota Gedhe (sebelum 1625) yang dianggap sebagai cikal bakalnya. Corak Masjid Agung di Surakarta juga dipengaruhi oleh masjid lawas yang dijumpai pada trah Mataram Islam.

Bedug Masjid Agung Surakarta

Di Masjid Agung Surakarta ini terdapat bedug yang usianya sudah tua juga. Bedug yang ada di Masjid Agung Surakarta ini dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu salat atau sembahyang. Bedug yang ada disini terbuat dari sepotong batang kayu besar atau pohon enau sepanjang kira-kira satu meter atau lebih. Bagian tengah batang dilubangi sehingga berbentuk tabung besar. Ujung batang yang berukuran lebih besar ditutup dengan kulit binatang yang berfungsi sebagai membran atau selaput gendang.

Sejenak saya dan rekan melaksanakan sholat dzuhur di Masjid Agung Surakarta, dan pukul 13.00 kami melanjutkan tujuan kami berikutnya, yaitu menuju Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo.

Lokasi Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo

Saat ini saya sedang berada di Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo. Letak desa ini berada di pinggir jalan Solo - Bekonang. Dari kota solo, desa ini bisa ditempuh lebih kurang 20 menit. Tepat disini saya berada di rumah Bapak Panggiyo, salah satu perajin gamelan di desa ini.

Dalam kunjungan di rumah Bapak Panggiyo ini, saya ditunjukkan bagaimana seperangkat alat gamelan siap untuk dikirimkan ke Australia atas pesanan gamelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun