Dalam novel Sekuntum Rindu Untuk Ibu mengisahkan seorang ibu yang begitu sangat mulia sekali sebuah pengorbanannya, sehingga dengan perjuangan seorang wanita untuk mengandung dan melahirkan seorang anak tanpa memikirkan dirinya sendiri, bahkan ibu merupakan sebuah peran sosial yang sangat kita kenal dan begitu dekat dengan kehidupan kita.Â
Maka dari itu ibu adalah seseorang yang telah bersusah payah mengandung, melahirkan, membesarkan kita sampai ketika melahirkan kita bertaruhan dengan nyawanya demi buah hatinya, sehingga kelak nanti seorang ibu ingin menuntun atau mendidik anaknya kejalan yang benar dan mendekatkan dengan agama supaya anaknya menjadi anak yang sholeh dan sholehah.
 Tentu saja seorang ibu patut untuk dihormati karena surga ada ditelapak kaki ibu, bila kita sedikit melukai hati ibu dan ibu meneteskan air matanya sungguh dosa yang akan menghampiri kita.Â
Ketika hati seorang ibu terlukai terkadang ibu tetap memberikan kasih sayang yang begitu sangat tulus kepada anaknya sendiri. Dengan perjuangan seorang ibu kita sendiri harus bangga mempunyai ibu yang kuat dan sabar untuk menghadapi sikap anaknya ketika anaknya ada kesalahan pada dirinya.Â
Karena keberhasilan seorang ibu adalah keberhasilan anaknya, serta kesedihan anaknya adalah kesedihan ibunya. Tentu saja sangat tercerminkan dalam novel Sekuntum Rindu Untuk Ibu ini mengajak kepada pembaca semua untuk merenung kembali serta mengingati kembali atau mengenang selalu tentang jasa-jasa ibu kita sendiri.Â
Dikarenakan itulah seorang muslimah yang shaleh adalah sebuah perisai yang sungguh menawan, sebab wanita itu dalam masyarakat islam memiliki peranan yang sangat penting dan mendasar. Bukan semata sebagai penghias dunia saja, melainkan peran-peran tersebut diberikan dengan tujuan untuk semakin memperteguh pondasi islam disegala zaman. Sedangkan anak adalah buah cinta dari dua hati, dua raga, namun ia tidak dititipkan dalam dua Rahim.
 Ia dititipkan dalam Rahim sang ibu, selama Sembilan bulan atau lebih. Dengan seringnya membaca novel Sekuntum Rindu Untuk Ibu itulah semakin kita berfikir keras untuk tidak melukai hati seorang ibu sendiri. Seringkali kita sebagai anak lalai untuk mengabaikan segala perjuangan serta pengorbanan yang telah ibu berikan kepada kita.Â
Bahkan tidak jarang, baik disengaja atau tidak, kita kerapkali menyakiti hati ibu dengan memberikan perkataan-perkataan kasar maupun memperlakukannya secara tidak baik. Maka dari itu ibu seperti seorang guru sejatinya juga adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka dengan tulus dan ikhlas telah memberikan melebihi dari yang seharusnya diberikan.Â
Walau terkadang seorang ibu tidak bisa memberikan apa yang anaknya minta, namun seorang ibu akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Sebagaimana kodratnya, seorang ibu adalah wanita, dan wanita adalah sarangnya kelembutan. Sedangkan kelembutan adalah segala sikap yang didasari dengan kasih saying dan cintanya.Â
Coba kita renungkan sedalam mungkin sangat berartinya seorang ibu dikehidupan kita, dirahimnya ibu itu ada kasih yang tak padam. Bayangkan saja bagaimana usaha ibu kita ketika mengandung kita, beliau harus rela membagi makanannya dengan nyawa lain di tubuhnya, harus memilih makanan yang tepat, harus berusaha menjaga kesehatan agar anaknya juga sehat, harus rela kepayahan membawa beban berat diperutnya, harus hati-hati dalam bergerak agar sang anak tidak terganggu.Â
Pernahkan kalian melihat seorang ibu yang sedang duduk sendirian; mengelus perutnya sendirian, mendekatkan kepalanya kearah perutnya tersebut, kemudian mereka berbicara dengan bayinya didalam Rahim. Sehingga melukiskan keindahan seorang ibu. Novel Sekuntum Rindu Untuk Ibu selalu menyadarkan kita arti dari kehadiran serta jasa-jasa yang telah beliau lakukan untuk diri kita.Â
Banyaknya khilaf yang telah berlalu serta begitu banyak langkah hidup ini yang mengalir begitu saja sejauh pula terkadang tanpa kita sadari, sudah banyak hal indah yang telah terlewati bersamanya, dan kitapun  melupakan dengan mudahnya.Â
Sebagaimana dalam pembahasan, Kisah seorang Ibu yang terdapat didalam Novel "Sekuntum Rindu Untuk Ibu", yaitu mengenai Bagai rusuk yang bengkok, tapi ia adalah sutra lembut. Ketika kita membahas sosok wanita, maka sudah pasti pikiran kita segera tertuju pada ke-khasan fisiknya maupun kelembutan perasaannya.Â
Selama ini sosok wanita memang selalu identik sebagai sosok yang lemah lembut dan cengeng, dan terkadang dianggap sebagai manusia nomor dua.Â
Pendapat tersebut didasari oleh pengamatan yang sesuai akan realita, bahwa wanita cenderung menggunakan kelembutan perasaannya dalam bersikap maupun dalam menilai sesuatu. Dengan seorang wanita itu perasaannya yang gampang tergores luka, tetapi dengan memiliki kedudukan khusus dalam tatanan masyarakat islam sehingga seorang muslimah yang shalehah, adalah sebuah perisai yang sungguh menawan.Â
Seperti dalam bagian seorang ibu terkisahkan " pengorbanannya tiada tara, wangi hati yang akan terus semerbak sepanjang musim, sosok mulia yang tak lelah berpeluh, pontang panting dalam kejaran waktu. Tegar berdiri dalam keras perjuangan".Â
Intinya seorang ibu bersusah payah mengandung, melahirkan, membesarkan dan mendidik dengan nilai-nilai islam agar sang anak menjadi sosok yang shaleh-shalehah, memelihara kesehatan anaknya, memberi makan dan minum dengan makanan bergizi serta menjaganya disetiap waktu, dalam keadaan sehat maupun ketika beliau sedang sakit bahkan tak jarang seorang ibu harus mengesampingkan kebutuhannya demi untuk memenuhi kebutuhan sang anak.Â
Bahkan melukiskan keindahan seorang ibu, butuh kekuatan ekstra untuk menyadarkan kembali arti kehadiran serta jasa-jasa yang telah beliau lakukan untuk diri kita. Mengungkapkan kebaikan-kebaikannya, sama saja kita berusaha menghitung jumlah air sungai yang terus mengalir. Andai kata  saya pribadi ditanya; 'setelah Allah Swt dan Rasulullah Saw, siapa lagi orang yang paling berjasa dalam hidup anda?' Maka saya akan menjawabnya; 'Tentu saja Ibu saya'.Â
Seperti seorang guru , kaum ibu sejatinya adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Sebagai kodratnya, seorang ibu adalah wanita, dan wanita adalah sarangnya kelembutan. Sedangkan kelembutan adalah segala sikap yang didasari dengan kasih saying dan cinta. Ya, tanpa mengurangi peran seorang ayah, namun biasanya ibulah yang menjadi pusat kasih saying serta curahan cinta bagi sang anak, tetapi adapula sebagian yang lebih dekat dengan ayah, di karenakan oleh faktor-faktor tertentu.Â
Ibu merupakan sebuah peran sosial yang sangat kita kenal dan begitu dekat dengan kehidupan kita. Tak ada budi yang bisa mengimbangi ataupun membalas kasih sayang maupun cinta dari seorang ibu. Ia akan terus mengalir seperti sebuah mata air yang tak pernah surut, mengalir dalam darah dan ruh kita. Perhiasan itu adalah wanita, Sekuntu, bunga yang mekar di segala musim semerbak di taman dunia aroma wangi dari illahi indahmu. Perasaanmu dan hatimu adalah hiasan pelangi Nampak indah mempesonakan semesta.
 Anak bagaikan malaikat dunia, ketika si anak masih dalam kandungan, ibu harus telah mempersiapkan diri, menyusun rencana-rencana jika sang anak lahir nanti. Ketika hari-hari terus berjalan, maka ibu semakin tak sabar untuk melihat buah hatinya lahir ke dunia ini. Berbagai harapan dan doa-doa terlantun, agar sang anak bisa lahir dengan selamat dan sehat, agar ketika sudah besar nanti akan menjadi anak yang shaleh dan shalehah.Â
Tak lelah saya mengulang-ulang kalimat bahwa ibu adalah sosok yang dekat dengan makna kasih saying, kedamaian, pengorbanan dan pengabdian yang tulus. Bahkan tak terlalu muluk-muluk jika kita memberikan julukan "malaikatnya dunia" kepada sosok ibu. Faktanya, peran ibu memang tak dapat digantikan oleh yang lain, sekalipun oleh para pendidik profesional maupun para psikologi-psikologi yang sudah ternama sekalipun.
 Ibu bagai cahaya karena setiap geriknya benderang cinta, senyum ibu adalah bunga selalu berseri, berwarna dan mempesona. Ibu adalah surga memeluk dengan cinta dan doa, sehingga ibulah yang mengantar anak menuju kesuksesan dunia akhirat, Karena Allah Swt telah mentakdirkan bahwa ibulah yang mempunyai tugas berat ketika akan lahir seorang anak manusia ke dunia.Â
Adapun beberapa perbuatan-perbuatan yang termasuk menyakti ibu dan ayah antara lain membuat orangtua susah, mendurhakainya, menanggapi nasehat orangtua sevara berlebihan dan kasar, atau mencaci maki ibu dan ayah, hingga hari mereka tersakiti.Â
Karena berbakti terhadap kedua orangtua merupakan suatu ketetapan, yang harus dilakukan selagi tidak menyangkut hal-hal yang mengharamkan barang yang halal atau menghalalkan barang yang haram maupun selagi orangtua tidak menyeru kepada anaknya untuk mendurhakainya Allah Swt, karena sesungguhnya ketaatan terhadap makhluk itu tidak diperbolehkan apabila menyangkut masalah durhaka terhadap sang Maha Pencipta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI