Banyaknya khilaf yang telah berlalu serta begitu banyak langkah hidup ini yang mengalir begitu saja sejauh pula terkadang tanpa kita sadari, sudah banyak hal indah yang telah terlewati bersamanya, dan kitapun  melupakan dengan mudahnya.Â
Sebagaimana dalam pembahasan, Kisah seorang Ibu yang terdapat didalam Novel "Sekuntum Rindu Untuk Ibu", yaitu mengenai Bagai rusuk yang bengkok, tapi ia adalah sutra lembut. Ketika kita membahas sosok wanita, maka sudah pasti pikiran kita segera tertuju pada ke-khasan fisiknya maupun kelembutan perasaannya.Â
Selama ini sosok wanita memang selalu identik sebagai sosok yang lemah lembut dan cengeng, dan terkadang dianggap sebagai manusia nomor dua.Â
Pendapat tersebut didasari oleh pengamatan yang sesuai akan realita, bahwa wanita cenderung menggunakan kelembutan perasaannya dalam bersikap maupun dalam menilai sesuatu. Dengan seorang wanita itu perasaannya yang gampang tergores luka, tetapi dengan memiliki kedudukan khusus dalam tatanan masyarakat islam sehingga seorang muslimah yang shalehah, adalah sebuah perisai yang sungguh menawan.Â
Seperti dalam bagian seorang ibu terkisahkan " pengorbanannya tiada tara, wangi hati yang akan terus semerbak sepanjang musim, sosok mulia yang tak lelah berpeluh, pontang panting dalam kejaran waktu. Tegar berdiri dalam keras perjuangan".Â
Intinya seorang ibu bersusah payah mengandung, melahirkan, membesarkan dan mendidik dengan nilai-nilai islam agar sang anak menjadi sosok yang shaleh-shalehah, memelihara kesehatan anaknya, memberi makan dan minum dengan makanan bergizi serta menjaganya disetiap waktu, dalam keadaan sehat maupun ketika beliau sedang sakit bahkan tak jarang seorang ibu harus mengesampingkan kebutuhannya demi untuk memenuhi kebutuhan sang anak.Â
Bahkan melukiskan keindahan seorang ibu, butuh kekuatan ekstra untuk menyadarkan kembali arti kehadiran serta jasa-jasa yang telah beliau lakukan untuk diri kita. Mengungkapkan kebaikan-kebaikannya, sama saja kita berusaha menghitung jumlah air sungai yang terus mengalir. Andai kata  saya pribadi ditanya; 'setelah Allah Swt dan Rasulullah Saw, siapa lagi orang yang paling berjasa dalam hidup anda?' Maka saya akan menjawabnya; 'Tentu saja Ibu saya'.Â
Seperti seorang guru , kaum ibu sejatinya adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Sebagai kodratnya, seorang ibu adalah wanita, dan wanita adalah sarangnya kelembutan. Sedangkan kelembutan adalah segala sikap yang didasari dengan kasih saying dan cinta. Ya, tanpa mengurangi peran seorang ayah, namun biasanya ibulah yang menjadi pusat kasih saying serta curahan cinta bagi sang anak, tetapi adapula sebagian yang lebih dekat dengan ayah, di karenakan oleh faktor-faktor tertentu.Â
Ibu merupakan sebuah peran sosial yang sangat kita kenal dan begitu dekat dengan kehidupan kita. Tak ada budi yang bisa mengimbangi ataupun membalas kasih sayang maupun cinta dari seorang ibu. Ia akan terus mengalir seperti sebuah mata air yang tak pernah surut, mengalir dalam darah dan ruh kita. Perhiasan itu adalah wanita, Sekuntu, bunga yang mekar di segala musim semerbak di taman dunia aroma wangi dari illahi indahmu. Perasaanmu dan hatimu adalah hiasan pelangi Nampak indah mempesonakan semesta.
 Anak bagaikan malaikat dunia, ketika si anak masih dalam kandungan, ibu harus telah mempersiapkan diri, menyusun rencana-rencana jika sang anak lahir nanti. Ketika hari-hari terus berjalan, maka ibu semakin tak sabar untuk melihat buah hatinya lahir ke dunia ini. Berbagai harapan dan doa-doa terlantun, agar sang anak bisa lahir dengan selamat dan sehat, agar ketika sudah besar nanti akan menjadi anak yang shaleh dan shalehah.Â
Tak lelah saya mengulang-ulang kalimat bahwa ibu adalah sosok yang dekat dengan makna kasih saying, kedamaian, pengorbanan dan pengabdian yang tulus. Bahkan tak terlalu muluk-muluk jika kita memberikan julukan "malaikatnya dunia" kepada sosok ibu. Faktanya, peran ibu memang tak dapat digantikan oleh yang lain, sekalipun oleh para pendidik profesional maupun para psikologi-psikologi yang sudah ternama sekalipun.