Mohon tunggu...
Rika Indriani
Rika Indriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Negativitas dalam Dialektika Hegel: Apakah Konflik merupakan Sumber Kemajuan?

14 Januari 2025   00:56 Diperbarui: 14 Januari 2025   00:54 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Negativitas dalam Dialektika Hegel: Apakah Konflik merupakan Sumber Kemajuan?

 Dalam filsafat Georg Wilhelm Friedrich Hegel, konsep dialektika memainkan peran sentral dalam memahami perkembangan pemikiran, sejarah, dan realitas. Salah satu elemen kunci dialektika Hegel adalah negativitas, atau kontradiksi atau konflik, yang merupakan kekuatan pendorong utama di balik perubahan dan kemajuan. Gagasan ini menantang anggapan tradisional bahwa harmoni dan stabilitas merupakan tanda kemajuan yang paling penting.

 Dialektika sebagai Proses Perkembangan

 Hegel memahami realitas sebagai dinamis, bukan statis. Dia menjelaskan proses pengembangan menggunakan apa yang disebut dialektika "ternary" yaitu tesis, antitesis, dan sintesis.

  • Tesis mewakili keadaan awal atau ide tertentu.
  • Antitesis muncul sebagai kontradiksi atau pertentangan terhadap tesis.
  • Sintesis adalah penyelesaian kontradiksi antara tesis dan antitesis untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan lebih progresif.

 Namun, sintesis bukanlah akhir dari proses. Ia menjadi tesis baru, yang kemudian akan ditentang oleh antitesis baru. Dalam konteks ini, konflik dan kontradiksi (negativitas) menjadi elemen penting yang mendorong perkembangan pemikiran dan realitas.

 Negativitas sebagai Kekuatan Kemajuan

 Hegel berpendapat bahwa kemajuan tidak datang melalui harmoni murni, melainkan melalui ketegangan dan konflik. Negativitas menimbulkan perselisihan tetapi juga menciptakan ruang untuk perubahan. Contoh:

 Dalam sejarah:

 Revolusi sering kali merupakan momen krisis yang mendatangkan perubahan besar. Misalnya, Revolusi Perancis (1789) ditandai dengan konflik kekerasan antara monarki absolut dan cita-cita egaliter. Hasilnya adalah bentuk tatanan politik baru yang lebih demokratis.

 Dalam Pikiran:

 Dalam sejarah filsafat, ide-ide baru sering muncul sebagai respons terhadap kritik terhadap teori-teori yang ada. Misalnya, filsafat Kant, yang mencoba menjembatani kesenjangan antara rasionalisme dan empirisme, memicu respons dialektis yang berpuncak pada sistem filsafat Hegel sendiri.

 Dalam kehidupan sehari-hari:

 Konflik interpersonal dan internal sering kali memaksa individu untuk merenungkan posisi mereka, yang dapat mengarah pada pertumbuhan pribadi. Apakah konflik selalu merupakan hal yang baik?

 Negativitas merupakan elemen penting dari dialektika, tetapi tidak semua konflik mengarah pada kemajuan. Beberapa konflik dapat bersifat merusak atau menyebabkan stagnasi jika tidak mengarah pada integrasi yang konstruktif. Misalnya, polarisasi ekstrem dalam masyarakat dapat menghambat dialog yang konstruktif dan memperparah ketegangan tanpa menghasilkan solusi.Oleh karena itu penting untuk membedakan antara konflik "produktif" yang memungkinkan integrasi dan konflik yang destruktif. Hegel menyadari bahwa dialektika adalah proses yang rumit dan seringkali sulit.    

Relevansi Dialektika Hegel dalam Dunia Modern

Dalam dunia yang penuh ketegangan geopolitik, krisis iklim, dan perkembangan teknologi yang pesat, konsep negativitas Hegel tetap relevan. Konflik yang kita hadapi saat ini, baik itu pertentangan ideologis, tantangan global, atau dilema moral, dapat diselesaikan dengan lebih mudah jika disikapi dengan keterbukaan dan refleksi kritis. Ada kemungkinan untuk terhubung.

Misalnya:

  • Krisis iklim memaksa masyarakat global untuk meninggalkan paradigma ekonomi ekstraktif lama dan beralih menuju ekonomi berkelanjutan.
  • Perdebatan tentang etika teknologi memaksa orang untuk memikirkan kembali nilai-nilai fundamental mereka dalam menghadapi kemajuan kecerdasan buatan.

Kesimpulan

Bagi Hegel, konflik bukanlah sesuatu yang harus dihindari, melainkan elemen yang harus diterima sebagai bagian dari proses perkembangan. Negativitas dalam dialektika menunjukkan bahwa hanya dengan menghadapi kontradiksi, manusia dapat mengatasi batasan yang ada dan menciptakan sesuatu yang lebih baik.

Namun konflik tidak secara otomatis menghasilkan kemajuan. Mencapai integrasi yang bermakna memerlukan refleksi kritis, dialog, dan keterlibatan. Dalam hal ini, filsafat Hegel menawarkan pelajaran penting bagi dunia modern. Ini adalah pelajaran bahwa kemajuan sejati datang dari keberanian  menghadapi kesulitan dan menemukan harmoni di tengah ketegangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun