Kolaborasi Mesra Antara WAG, Video Pembelajaran, dan Google Classroom Untuk Mencipatakan Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan Di Masa Pandemi
Oleh: Rika Andriani (andrianirika82@gmail.com)
Guru Matematika SMAN 15 Bandung
Awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan virus baru bernama corona sars virus atau covid-19. Wabah ini benar-benar merubah tatanan dunia. Tidak hanya Indonesia, tapi seluruh dunia. Semua sektor terkena dampak atas merebaknya covid-19, termasuk dunia pendidikan. Sejak pertengahan Maret 2020, sekolah diliburkan, dengan istilah Belajar Di Rumah (BDR). Dan beberapa perkantoran juga di ubah menjadi Work From Home (WFH). Hal ini dilakukan untuk menghindari penyebaran covid-19 yang sangat ganas dan belum ada vaksinnya.
Hal ini menyebabkan sebagian besar dari kita bekerja dan belajar di rumah. Banyak penyesuaian yang harus dilakukan, termasuk mengubah metode belajar, yang semula tatap muka, menjadi dalam jaringan (daring). Semua orang dipaksa untuk mampu melek teknologi. Katerbatasan untuk tatap muka membuat segalanya berubah menjadi online (daring). Guru yang semula hanya berteman dengan buku, LKS dan spidol, sekarang harus mampu menggunakan teknologi yang ada untuk menciptakan pembelajaran daring.
Matematika sebagai mata pelajaran dengan karakteristik khusus, sering sekali mendapat cibiran, “ Belajar diterangin langsung sama guru aja susah ngerti, apalagi belajar daring.”. Untuk saya sebagai guru matematika, kalimat ini tidak mensurutkan saya dalam mengajar matematrika, namun menjadi tantangan tersendiri, bahwa saya harus melakukan suatu pembuktian bahwa pembelajaran matematika tetap akan menyenangkan dan berjalan dengan baik dengan pembelajaran daring.
Dengan adanya pandemi, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi hal yang mutlak harus dilakukan. Karena dengan PJJ maka siswa akan tetap bisa belajar walaupun di rumah. Pada kondisi ideal, kita bisa gunakan video conference (Vicon) untuk menggantikan tatap muka, namun Vicon dalam jangka waktu yang panjang akan memberatkan dari segi kuota bagi siswa. Maka dari itu, perlu dicari pembelajaran yang mampu mengantikan pembealajarn tatap muka, namun juga hemat kuota. Dipilihkan pembelajaran daring yang melakukan kolaborasi media social WhatssApps Grup dan Google Classroom.
Untuk pembelajarannya sendiri, diharapkan tetap ada ruh guru mengajar dan siswa menyimak, maka dibuatkanlah video pembelajaran. Saat ini bertebaran di Youtube berbagai macam pembahasan materi. Jika kita mau bisa saja kita menshare link youtube dan meminta siswa untuk mempelajarinya. Namun saya tidak lakukan itu, karena jika begitu sama saja bukan kita yang belajar, tapi kita hanay perantara saja. Saya ingin menciptakan iklim, bahwa saya adalah gurunya, maka saya yang harus menyampaikan materi pada siswa.
Membuat video langsung ternyata membutuhkan ukuran file yang besar, sehingga memberatkan memory siswa. Jadi saya mencari cara lain, mensiasati dengan membuat terlebih dahulu materi di PowerPoint, lalu saya isi suara untuk memperjelas materi yang disampaikan. Dalam narasi Power Point tidak hanya tentang pembahasan matri, namu juga dimunculkan pembicaraan atau sapaan pada siswa sebagaimana yang biasa dilakukan di kelas. Diharapkan dengan menyimak video pembelajaran yang saya buat, siswa juga merasakan keberadaan saya dan aura mengajar selayaknya di kelas.
Durasi video dibuat tidak lebih dari 15 menit, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kejenuhan pada siswa. Karena menyimak video, apalagi pembahasan materi terlalu lama akan membuat jenuh atau ngantuk untuk sebagian orang. Dalam satu pertemuan, video sebisa mungkin di bagi menjadi 2 bagian jika durasinya panjang. Dari pemutasaran video pertama ke video kedua, dilakukan dulu komunikasi, apakah mengerti atau tidak, apakah bisa dilanjutkan pembahasannya.
Komunikasi langsung dengan siswa dilakukan melalui WAG. Pembelajaran matematika yang pada kondisi normal 4 jam pelajaran atau setara dengan 4 x 45 menit = 180 menit per minggu, di masa pandemi ini menjadi 60 menit per minggu. Pengurangan durasi yang sangat signifikan, dengan Kompetensi Dasar yang sama. Ini artinya, guru harus mampu mengkondisikan siswa untuk memahami Kompetensi dasar yang diharapkan melalui PJJ 60 menit ini setiap minggunya.
Setiap awal pembelajaran, saya mulai dengan menyapa siswa, layaknya pembelajaran tatap muka. Lakukan pembukaan dengan menyapa dan menanyakan kabar. Untuk mengetahui apakah siswa benar-benar menyimak pembelajaran, di awal dilakuka absen manual, dengan instruksi berbeda-beda setiap pertemuannya. Pertemuan pertama siswa diminta mengklik gambar telunjuk untuk menyatakan bahwa dia hadir di kelas. Pada pertemuan kedua, siswa diminta mengklik emot sesuai suasana hati. Dengan demikian kita bisa melakukan komunikasi private kepada siswa jika emot nya sedih, atau galau. Sapa secara personal, kenapa suasana hatinya kurang baik. Dengan demikian, siswa juga merasa bahwa gurunya memperhatikan kondisi siswa.
Percakapan di WAG dimulai dengan prakata tentang materi, menginformasikan tujuan pembelajaran hari ini. Apa saja yang harus dipahami dalam pembelajaran satu jam ke depan, Kemudian dilanjutkan dengan memberikan video pembahasan. Beri siswa waktu untuk menyimak dengan seksama. Ingatkan pada siswa, bahwa menyimak video harus pertahap tidak boleh diloncat-loncat. Selama durasi menyimak, jangan ada percapakan di WAG agar siswa fokus menyimak video pembahasan.
Dalam satu pertemuan saya menampilkan dua buah video dengan durasi tidak lebih dari 15 menit. Setelah menyimak video, siswa dipersilahkan untuk bertanya dan berdiskusi. Jika tidak ada yang ditanyakan, dilanjutkan dengan video yanng kedua, lalu berdiskusi kembali. Kemudian ditutup dengan menyimpulkan materi hari ini. Setelah pembelajaran selesai, siswa diberi link presensi. Sebanyak pendalaman materi dan feed back, siswa diberi tugas melalui Google Classroom. Tugas dikumpulkan di Google Classroom dengan waktu yang ditentukan.
Selain di bagikan di WAG, video pembelajaran juga di posting di Google Classroom. Ada pula Modul di Google Classroom untuk menambah referensi siswa belajar. Jadi WAG, Video pembelajaran, dan google Classroom sudah menjadi kesatuan yang tak terpisahkan untuk Pembelajaran matematika yang menyenangkan dan ramah kuota. Pada link presensi juga siswa diberikan pertanyaan tentang tingkat pemahaman materi setelah menyimak video, dan sampai pertemuan ketiga rata-rata daya serap pemahaman materi menurut versi siswa adalah 3, 82 dari skala 1-4. Hal ini menunjukkan kolaborasi WAG, video pembelajaran dan GCR sebagai pembelajaran versi ramah kuota dapat menciptakan pembelajaran yang optimal untuk siswa di masa pandemi. Semoga pengalaman ini bisa menginspirasi teman-teman semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H