Sekali lagi, hal tersebut bukan sebuah masalah besar dan saya mengapresiasi Lam Horas Film sebagai pencetus kesadaran bagi para perempuan Indonesia terkhususnya para pemangku jabatan untuk melindungi hak-hak warganya.Â
Sebagaimana "ciri khas" produksi para sineas tiap negara yang berhasil bertahan selayaknya Iran yang syarat kritik rezim, Indonesia membutuhkan karya film yang dapat membawa ciri khas tersendiri, tidak ngalor-ngidul.Â
Invisible Hopes bisa menjadi sebuah contoh kredibel. Lalu, konsep kritik pelaksanaan hukum masih kurang 'pedas', saya pun dapat membandingkan alur dokumenter Invisible Hopes dengan film A Copy of My Mind yang dibintangi Tara Basro sebagai terapis salon koruptor di lapas perempuan.Â
Bagi saya kurang 'eksplisit' karena kebenaran sesungguhnya akan lebih "sexy" jika ditambahkan hal tersebut. Tapi namanya juga dokumenter, saya tentu lebih memilih Invisible Hopes dan melihatnya sebagai sebuah terobosan gemilang yang jujur bahwa isu perempuan, anak dan hukum negeri ini gampang terlupakan dan hanya menjadi janji manis belaka tanpa ada kejelasan.Â
Harapan yang besar bagi Festival Film Indonesia untuk mengangkat isu dan mengapresiasi film sejenisnya daripada bualan film-film remaja yang tak 'berbudaya Indonesia banget'
Sesuai judulnya Invisible Hopes, bukan sekadar menyajikan harapan para perempuan dan anak dari balik jeruji dengan tuntutan pemenuhan hak yang tak kunjung terlaksana. Tapi juga, menyelipkan harapan bahwa seutuhnya negara dan kewajibannya harus 'disentuh', film dokumenter Invisible Hopes adalah jawabanya. Posternya sempurna, menjawab ketika sudah menonton filmnya, pesawat kertas dari sang anak yang dibawa terbang oleh fim Invisible Hopes. Saya harap semua orang dapat menonton filmnya, bagi Lam Horas film dapat dengan segera mempublikasikan kembali. Harapan besar dari seorang penonton dan pecinta film karya bangsa Indonesia, semoga film Invisible Hopes dapat menjadi pemenang dalam FFI 2021 dan menerima apresiasi luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H