Sebagai penderita diabetes dari tahun 2014, saya ingin berbagi cerita
tentang awal terdiagnosa penyakit yang merupakan induk dari segala penyakit ini.
Dari kecil saya termasuk obesitas. Orangtua tidak mengawasi dan memberikan informasi tentang apa yang harus saya konsumsi dan yang tidak.
Berbagai macam makanan atau jajanan yang mengandung kadar gula tinggi seperti es krim, cokelat, kue dan lain sebagainya dikonsumsi tidak terkendali hingga dewasa pun terbawa kebiasaan tersebut. Ditambah tidak adanya larangan dari orang tua untuk membatasi. Aktifitas fisik pun sangat minim dilakukan.
Hingga pada saat usia 30 tahun saya menderita diabetes. Sebetulnya ciri-cirinya sudah ada ketika usia 16 tahun. Saya memiliki jerawat yang lukanya sulit sembuh dan meninggalkan bekas.
Sampai akhirnya pada saat bekerja sering terjadi gangguan di kepala sampai pernah mengalami gelap gulita dan hampir pingsan. Badan terasa ngilu, sering buang air kecil, gampang haus, mudah ngantuk dan mudah lelah serta meraa lemas ketika beraktifitas.
Kadar gula pada saat itu diketahui mencapai 600 yang artinya jauh melebihi angka normal. Dokter pun memutuskan untuk memberikan injeksi insulin beserta obat-obatan lainnya sampai dengan sekarang.
Secara psikologis saya belum bisa menerima hal itu dan menyebabkan saya terpuruk. Semakin membuat kesehatan saya memburuk. Gula darah semakin tidak terkendali karena selain menahan rasa sakit juga pengaruh dari emosional. Bawaannya sedih, marah dan kecewa sama diri sendiri.
Butuh satu tahun bahkan lebih bagi saya untuk menerima itu semua. Tahun yang berat untuk dilalui karena berbagai sakit akibat komplikasi mulai timbul. Mulai dari kebas, rasa sakit sekujur tubuh penglihatan kabur, kaki mudah terluka dan sulit sembuh serta terjadi pembengkakan jantung.Â
Setiap tahun, setiap bulan saya harus merasakan hal tersebut bergantian entah sampai kapan dan apalagi rasa sakit yang harus dihadapi.
Berpindah-pindah rumah sakit, berganti-ganti dokter. Sampai akhirnya saya mendapatkan dokter yang tepat. Selain itu butuh perjuangan dari diri sendiri untuk mengendalikan gula darah. 9 tahun yang berat saya lalui dan saya ga pernah tau apa yang akan terjadi dengan perkembangan penyakit ini.
Alhamdulillah kadar gula darah sepanjang tahun 2023 terkendali yaitu dibawah 200 walau hasil Hba1C masih cukup tinggi yakni 11.
Diabetes bisa terjadi karena dipengaruhi faktor keturunan, pola makan, gaya hidup serta minimnya aktifitas fisik yang dilakukan.
Dari peristiwa ini saya ingin berbagi tentang konsep R.A.R.E tentang bagaimana cara berdamai dan belajar hidup berdampingan dengan diabetes yaitu sebagai berikut :
1. Realize yaitu sikap harus menyadari gejala-gejala rasa sakit maupun perubahan yang timbul pada tubuh kita yang dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Seperti ada gangguan di kepala, kebas, dan lain sebagainya sebagai sinyal alami sedang ada
 gangguan kesehatan di dalam tubuh kita.
Jangan menyepelekan hal tersebut dan segera putuskan memeriksakan diri ke dokter. Bila perlu lakukan chek up seluruh tubuh, agar ketika muncul diagnosa penyakit dapat segera ditangani lebih lanjut.
Jangan malas atau takut memeriksakan diri ke rumah sakit. Lebih baik mengetahui sejak awal daripada terlambat.
2. Accepting yaitu sikap menerima bahwa Allah SWT memberikan ujian penyakit kepada kita.Â
Sikap menerima ini sangat mempengaruhi psikologis yang juga berhubungan langsung ke fisik kita. Sebagai penderita penyakit pasti ada rasa sakit yang harus ditanggung dan akan menjadi lebih emosional seperti marah dan sedih bercampur jadi satu. Hanl tersebut akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Tetap optimis akan ada solusi dan setiap penyakit ada obatnya.
Perlu peranan orang terdekat dan sekitarnya sebagai support system yang menguatkan dan mendukung kesembuhan si penderita.
3. Repetition yaitu pengulangan terhadap pola hidup sehat dimulai dari pola makan yang akan dijalani bisa dengan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter maupun ahli gizi.Â
Semisal dimulai dari pemilihan jenis makanan yang akan dikonsumsi, jumlah makanan yang dikonsumi dan jadwal makan yang dianjurkan bagi penderita diabetes.Â
Apabila sudah menemukan pola makan yang sehat maka pola tersebutlah yang harus dilakukan. Selain itu melakukan aktifitas olahraga yang sesuai dengan kondisi tubuh dan tidak memaksakan diri.
4. Evaluation yaitu melakukan evaluasi kondisi kesehatan dengan berkonsultasi ke dokter. Khususnya dengan berkonsultasi ke dokter penyakit dalam yang tepat dan menaruh perhatian kepada kemajuan kesehatan pasiennya.
Seperti yang ditempuh sekarang adalah membangun komunikasi dengan dokter yang menangani saya. Dengan cara melaporkan kadar gula darah setiap 3 hari sekali melalui whats app. Dokter akan mengawasi dan mengevaluasi apa yang saya makan dan juga mengingatkan agar mengontrol asupan makanan. Sehingga sebagai pasien akan terbentuk kesadaran dan kebiasaan baik yang bisa mendukung kemajuan kesehatan ke depannya.
Demikianlah konsep pemikiran yang saya buat dari pengalaman pribadi sebagai penderita diabetes di usia produktif. Butuh waktu, kesabaran dan dukungan dari orang-orang terdekat kita. Serta tidak lupa memohon kesembuhan dari Allah SWT. Waktu yang saya miliki kini dimanfaatkan sebaik-baiknya. Selalu berusaha membuat diri ini bahagia dan senang. Dengan membangun perasaan happy, harapan saya dapat menekan rasa sakit dan perlahan menuju kesembuhan.Â
Artikel ini semoga bermanfaat bagi pembaca khususnya yang mengalami penyakit yang sama. Mohon maaf apabila ada yang keliru karena ini semata-mata dari buah pemikiran pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H