Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mari Mulai Mengasihi dan Bukan Mengasihani Diri

30 September 2023   02:13 Diperbarui: 30 September 2023   02:21 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Isu kesehatan mental semakin mengemuka karena orang-orang mulai memperhatikan ada aspek kesehatan di luar kesehatan secara fisik (jasmani) dan secara batin (rohani). Keadaan sehat secara fisik dapat diamati dengan mudah. 

Anggota tubuh lengkap, tidak ada tanda-tanda infeksi organ dalam, pernapasan dan detak jantung normal adalah beberapa contoh indikator untuk kondisi fisik yang baik dan sehat. Keadaan sehat secara batin agak sulit bermanifestasi karena sifatnya sangat pribadi, antara manusia sebagai ciptaan dan penciptanya, antara yang menyembah dan yang disembah.

Kesehatan rohani adalah perkara bagaimana manusia mengetahui dari mana dia berasal, untuk apa dia hidup di dunia ini, dan ke mana dia akan pergi setelah kematian. Semua itu dapat diketahui jika manusia mengetahui siapa penciptanya dan menjalin relasi dengan deity tersebut, sebuah kekuatan yang manusia akui memang berada di atas dan jauh lebih berkuasa dari dirinya. Caranya ada beragam, bisa melalui memeluk agama, menganut kepercayaan beriman saja pada deity tersebut, atau mengimplementasikan sebuah kehidupan yang secara spiritual menyatu dengan alam.

Ketika kesehatan fisik dan batin dapat diamati dan diukur, bagaimana mengamati dan mengukur kesehatan mental seseorang?

Menurut saya, kesehatan mental adalah pembakuan cara dan sikap kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini dengan semua kesusahan, penderitaan, dan pergumulannya. Seperti kita semua ketahui bersama, hidup ini sulit. Menjadi bayi dan anak-anak adalah 'bulan madu', semua berjalan lancar dan kita merasa aman di bawah perlindungan ayah dan ibu. Pergumulan mulai terasa ketika kita memasuki usia remaja, ketika kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan sesungguhnya sebagai manusia-manusia yang mandiri.

Berikut ini beberapa pergumulan yang dihadapi oleh seorang manusia yang beranjak dewasa.

1. Bagaimana menempatkan diri di tengah masyarakat?
2. Bagaimana menemukan orang-orang yang pantas kita anggap dan jadikan teman?
3. Bagaimana menemukan keberhargaan kita di mata orang lain?
4. Bagaimana menghadapi kompetisi, kekalahan, dan kemenangan?
5. Bagaimana mengatasi perasaan rendah diri dan iri hati?
6. Bagaimana menemukan motivasi untuk hidup dan berpegang teguh pada motivasi itu meskipun hidup sedang tidak baik-baik saja?
7. Bagaimana menghadapi keputusasaan?
8. Bagaimana tetap memiliki harapan bahwa hari esok akan lebih baik ketika hari ini kita hancur-lebur oleh berbagai persoalan?
Dan semua pertanyaan itu bisa dirangkum dalam sebuah pertanyaan berisi keingintahuan: bagaimana kita tahu apakah mental kita masih sehat atau sudah mulai bermasalah?

Salah satu fenomena yang saya amati berkaitan dengan kesehatan mental ini adalah bagaimana orang bisa dengan mudah mendiagnosis dirinya sendiri (self-diagnose) dengan berbagai nama penyakit dan berakhir pada tindakan mengasihani diri sendiri (self-pity). Istilah depresi, kecenderungan bunuh diri, bipolar, dan sebagainya adalah istilah-istilah yang sering kita dengar sehari-hari karena sering dipercakapkan di berbagai platform. Tanpa melalui diagnosis klinis oleh para pakar/ahli kesehatan yang memang berkompetensi untuk membuat sebuah diagnosis, banyak orang menyebut diri mereka begini dan begitu karena melihat tanda-tanda gangguan pada kesehatan mental mereka berdasarkan informasi yang beredar secara umum.

Kesehatan mental bukan tentang mengambil bagian dalam sesuatu yang populis berdasarkan perasaan pribadi semata; kesehatan mental adalah tentang mengupayakan kondisi terbaik bagi mental seseorang supaya dia dapat berfungsi secara maksimal dalam menjalani kehidupan. Kesehatan mental bukan sesuatu yang perlu digembar-gemborkan untuk mendapat perhatian; kesehatan mental adalah sebuah perjuangan yang sangat personal bagi setiap orang setiap harinya hanya karena setiap orang berharga. Kesehatan seorang manusia secara mental, fisik, dan batin adalah tiga hal yang sama pentingnya dan sama-sama harus diupayakan untuk mencapai sebuah kondisi sehat yang menyeluruh.

Untuk mendapatkan kondisi mental yang sehat, sekarang adalah waktu yang tepat untuk:

1. Menemui pakar/ahli kesehatan untuk mendapatkan diagnosa yang sesuai.
Percayakan diagnosis kesehatan mental Anda pada mereka yang memang berkompetensi untuk melakukan diagnosis. Keputusan mereka adalah hasil dari proses belajar yang tidak sebentar, proses pengamatan yang tidak sedikit, dan kembali lagi ke proses belajar yang terus menerus terhadap berbagai pasien yang mereka hadapi.

Jika Anda merasa diagnosis yang Anda terima tidak sesuai dengan apa yang Anda rasakan atau apa yang Anda diagnosis sendiri berdasarkan pengumpulan informasi secara mandiri, telaah kembali hal-hal yang Anda bagikan kepada para pakar/ahli tersebut. Kebutuhan untuk pencitraan diri atau ketakutan akan penilaian dan penghakiman orang lain adalah hal-hal yang menghambat pengambilan sebuah diagnosis.

Bersikap jujurlah pada diri sendiri dan pada mereka yang akan mendiagnosis Anda. Sebuah diagnosis dapat ditegakkan jika Anda menyatakan kondisi sebenarnya untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai.

2. Ubah sikap dari mengasihani diri menjadi mengasihi diri.

Ketika kondisi dan kesehatan mental kita terganggu, sangat mudah bagi kita untuk jatuh kepada sikap mengasihani diri sendiri.

'Saya sangat kesepian.'

'Tidak ada orang dapat yang mengerti saya.'

'Tidak ada orang yang mau menerima saya.'

'Saya tidak punya motivasi untuk bersemangat bangun pada pagi hari dan menjalani hidup.'

'Saya rendah diri dan tidak bisa apa-apa.'

Semua perasaan dan monolog internal itu nyata dan valid adanya. Ada pemikiran dan perasaan internal yang terkadang tidak bisa atau tidak perlu dikonfirmasi secara eksternal dengan orang lain.

Semua manusia tanpa terkecuali mengalami pergumulan yang sama. Sepanjang hidup, bagaimana pun kondisi kesehatan fisik dan batin kita, kita dirongrong oleh pertanyaan-pertanyaan esensial yang menguji kesehatan mental kita dari waktu ke waktu. 

Perbedaan antarorang dalam menghadapi pergumulan ini adalah dari cara menyikapinya. Ada orang yang dengan aktif mencari jawaban dari luar dirinya ketika dirinya sudah kepayahan dengan suara-suara internal yang tak henti-henti mendesak dan mendakwa. Ada juga orang yang menyimpan semua pergulatan internal itu bagi dirinya dan berakhir dengan sikap kalah, menarik diri dari orang lain, dan kehilangan motivasi hidup.

Sekarang, hari ini, adalah waktunya mengubah sikap dari mengasihani diri menjadi mengasihi diri, demi mencapai kualitas hidup pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain. Menurut saya, cara pertama dan utama untuk mengasihi diri adalah dengan mengasihi fisik kita.

Kita hanya memiliki satu fisik, satu tubuh untuk satu kali hidup di dalam dunia ini. Tubuh ini adalah vessel, wadah di mana jiwa dan roh kita, mental dan batin kita berdiam. Menjaga dan memelihara tubuh, dengan makan makanan bergizi, istirahat cukup, berolahraga teratur, dan sebagainya, adalah cara kita menjaga dan memelihara keberlangsungan jiwa dan roh yang sehat juga.

Orang yang mengalami sakit tubuh cenderung lemah secara mental dan batin. Mereka cenderung hidup dengan sikap menyesali keadaan, berandai-andai, dan murung karena keterbatasan tubuhnya dalam melakukan ini dan itu. Orang yang bertubuh sehat akan beribadah lebih khusyuk, berpikir lebih jernih, lebih tangkas dalam memetakan kelebihan dan kekurangan diri, dan mampu mengkoordinasikan tubuh, jiwa, dan rohnya untuk menghadapi berbagai tantangan di dunia ini.

Mari kita mulai memperhatikan tidak hanya kesehatan mental, tetapi juga kesehatan fisik dan batin, dengan cara berhenti mengasihani diri dan mulai bertindak aktif mengasihi diri sendiri, sebab hidup ini hanya kita jalani sekali saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun