Tidak ada analogi lebih tepat di dunia ini untuk menggambarkan penyaringan dan pemurnian sifat-sifat manusia selain analogi proses kerja mesin cuci.
Beberapa waktu  lalu saya bicara tentang kulkas, pengaturan dan pembersihannya, yang menimbulkan bibit-bibit kontemplasi di dalam diri saya dan menelurkan satu buah tulisan tentang:
1. kapasitas,
2. menunda-nunda urusan, dan
3. belajar melepaskan.
Kemarin malam, setelah memperbaiki mesin cuci yang lagi-lagi ngadat, saya terduduk di depannya, memandangi mesin yang mulai bekerja semenjak semua baju kotor dimasukkan dan tombol 'Play' ditekan.
Begitu banyak pakaian yang harus dicuci.
Begitu banyak kotoran dan beban yang harus ditanggalkan.
Begitu banyak sabun dan air yang dibutuhkan.
Begitu lama waktu dan begitu besar energi yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan pakaian yang bersih dan layak dikenakan.
Melihat pakaian-pakaian itu direndam dengan air sabun, diputar dan saling dibenturkan, diperas dengan kekuatan mesin, berulang kali sampai tidak ada lagi residu deterjen yang tertinggal di dalam serat kain, saya mau tak mau teringat sebuah pepatah ini:
Besi menajamkan besi.
Manusia menajamkan manusia.
Tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya manusia yang meniti jalan menuju kesempurnaan menurut ideologi dan paham yang dia anut.