Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Lima Tips Menulis Cerpen yang Berkesan

20 Maret 2021   14:17 Diperbarui: 20 Maret 2021   14:24 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai penulis, saya terlambat memulai berkarya. Ketika penulis lain mulai berkarya di usia dua puluhan, saya baru melahirkan karya pertama pada usia 34 tahun, setelah berkeluarga dengan dua anak. 

Apa yang menjadi motivasi saya ketika itu? Keinginan untuk meninggalkan warisan yang tidak akan lekang dimakan waktu. Harta akan habis dimakan rayap dan ngengat. Warisan dalam bentuk karya tulis akan ada untuk anak-anak saya dan keturunan mereka jauh sesudah saya tidak ada lagi di bumi ini. 

Saya memegang betul kata-kata almarhum Pramoedya Ananta Toer bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian. Dan itu cukup. 

Sebagai penulis, saya memulai dengan tulisan fiksi yaitu cerpen. Tulisan nonfiksi yang bersifat opini, reviu, dan sejenisnya sudah biasa saya kerjakan sejak di bangku kuliah sampai di dunia kerja, karena menyangkut fakta, data, dan opini. Menulis fiksi memerlukan lebih banyak energi karena ada unsur imajinasi, selain fakta dan opini, tentu saja.

Menulis cerpen itu ibaratnya berlari sprint yang berjarak pendek. Saya dipaksa "memasak" karakter, setting, alur, dan tujuan penceritaan dalam waktu singkat dan ruang terbatas, yang membuat pembaca betah membaca sampai akhir. Menulis cerpen adalah latihan yang tepat untuk menulis novel. Jika menulis cerpen adalah lari sprint, maka menulis novel adalah lari maraton.

Sejak tahun 2016 sampai sekarang saya sudah menulis beberapa buku, yaitu:

  1. Randomness Inside My Head. Kumpulan cerpen, bahasa Inggris, 2016.
  2. Bond. Novel, bahasa Inggris, 2018.
  3. The Cringe Stories. Kumpulan cerpen, bahasa Indonesia, 2020.
  4. Crazy Sick 2020. Kumpulan esai, bahasa Indonesia, 2020.
  5. December. Novel, bahasa Inggris, segera terbit April 2021.

Dalam sebuah wawancara yang saya lakukan beberapa waktu lalu untuk promosi acara peluncuran buku "The Cringe Stories", saya ditanya tips yang manjur untuk menulis cerpen. Jujur saja, pertanyaan ini membuat saya berpikir cukup keras. Untuk saya yang memang biasa menulis fiksi, ditanya tentang mengapa begini, mengapa begitu dalam menulis, membuat saya mengambil langkah mundur untuk menganalisa apakah cara kerja saya sudah benar. 

Lagi-lagi, di dalam dunia kreatif tidak ada proses yang benar atau salah. Yang ada hanya proses yang menghasilkan output yang paling tepat dengan input  yang ada, dan pada konteks yang diminta. 

Saya akan menjawab dengan menarik mundur sejak kapan saya mulai suka menulis.

Jawabannya adalah sejak saya berusia 6 tahun sewaktu saya masih duduk kelas 1 SD. Ketika itu saya sengaja berbohong kepada wali kelas tentang tanda tangan ibu saya di buku agenda sekolah, hanya untuk melihat reaksinya. Saya penasaran ibu guru akan semarah apa. Ternyata besoknya ayah saya dipanggil dan saya diperkenalkan ke perpustakaan sekolah. Wali kelas dan ayah saya mendorong saya untuk meminjam banyak buku setiap minggunya, banyak membaca, dan mencoba membuat cerita fiksi versi saya sendiri. 

Sudah tak terhitung berapa cerpen yang saya sudah tulis sejak usia 6 tahun sampai saya memberanikan diri menulis novel pada tahun 2018 lalu. Dari pengalaman saya menulis cerpen, berikut ini beberapa hal yang saya pelajari dan mungkin bisa menjadi tips yang bermanfaat bagi Anda. 

1. Mengandaikan diri sebagai orang lain. 

Bercerita dengan sudut pandang penceritaan (PoV) 1 yang seakan-akan mengalami sendiri cerita itu akan lebih berdampak bagi pembaca dibandingkan PoV 3 yang mengambil posisi sebagai pengamat. 

2. Buat beberapa pintu kemungkinan plot yang akan bercabang di beberapa tahap. 

Misal: cerita tentang Si Gendut yang suka mencuri batagor dari tukang batagor di kantin sekolah. Cerita selengkapnya bisa Anda baca di sini.

Buat beberapa percabangan: 1) Si Gendut ketahuan mencuri dan dilaporkan ke wali kelasnya, 2) Si Gendut tidak pernah ketahuan mencuri tapi dia selalu diare setiap kali habis makan batagor. 

Dari poin 1 cabangkan lagi menjadi poin: 1.1) Si Gendut menyangkal dan bersumpah dia telah membayar, hanya si tukang batagor tidak menyadari, 1.2) Si Gendut mengakui dan memohon untuk tidak dilaporkan ke orang tuanya, 1.3) Si Gendut mengakui dan bersedia membayar batagor yang dia sudah curi. Lakukan hal yang sama untuk poin 2, dan seterusnya. 

Lakukan hal ini secukupnya. Jangan sampai terjebak dengan permainan kemungkinan sampai lupa menyelesaikan menulis cerita, hehehe. 

3. Membuat plot twist.

Resep sederhana untuk plot twist adalah pengkhianatan. 

Dikira cinta, ternyata berselingkuh. Dikira teman, ternyata berniat membunuh (cerita "Gendut"). Dikira seorang kakek yang lugu, ternyata merancang sebuah permainan yang menggemparkan warga perumahannya yang sempit (cerita "Mobil di Pengkolan", bisa Anda baca di sini). Dikira lucu ternyata membuat ngeri. 

Bereksperimenlah dengan semua kemungkinan pemikiran yang bisa muncul di benak manusia. Semakin tersamar dan semakin jarang pemikiran itu, semakin membekas cerita kita di benak pembaca. 

4. Menciptakan karakter berdasarkan orang yang kita tidak sukai. 

Ini akan membuat kita lebih detail dalam menjabarkan kekuatan dan kelemahan kepribadiannya karena kita emotionally invested pada karakter itu. 

5. Tidak usah buru-buru menyelesaikan cerita. 

Walaupun cerpen memiliki keterbatasan ruang, penulis punya kebebasan untuk menjelaskan latar belakang masalah dan/atau masa lalu si karakter, selama itu relevan dengan tujuan penceritaan. 

Bagaimana cara membuat kejutan menarik dalam sebuah cerpen? Pakai tips nomor 3 di atas. Khianatilah ekspektasi pembaca terhadap karakter utama, dan khianatilah ekspektasi karakter utama terhadap karakter-karakter pendukung (cerita "Gendut"). Setelah membacanya Anda mungkin berpikir bahwa alurnya tidak seperti yang Anda bayangkan, kepribadian tokohnya tidak seperti yang Anda harapkan.

Buku kumpulan cerpen "The Cringe Stories" adalah kumpulan kritik saya terhadap konstruksi sosial yang ada di masyarakat kita. Latar belakang yang saya angkat adalah kehidupan di sekitar, tokoh-tokohnya pun orang-orang yang tak asing, orang-orang dengan siapa kita sering berinteraksi. Ada tukang galon, pemilik salon, teller di bank, ibu rumah tangga, dan siapa lagi, ya? 

Mari bergabung dengan acara peluncuran buku saya besok. Keterangan lengkap ada pada foto di awal artikel ini.

Semoga tips di atas bermanfaat bagi Anda semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun