Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cukup Satu Pelanggaran

6 September 2020   10:09 Diperbarui: 6 September 2020   10:07 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
medium.com/Dave Rothschild

Parkiran mobil penuhhh. Parkiran motor apalagi. Di belakang parkiran mobil, motor-motor pada berbaris bikin layer baru. Saya kasihan sama mobil-mobil yang pasti bingung gimana caranya keluar. Di belakang lapisan baru motor-motor ada lapisan lain lagi: pedagang angkringan pakai motor yang menggelar tikar yang bisa disewa.

Kamu bisa duduk di aspal beralaskan tikar sambil makan indomie atau nyeduh kopi. Asyik-masyuk bergerombol, lupakan masker, lupakan jaga jarak, dan lupakan kebersihan. Duduk bersila sambil makan dan minum dan menghirup asap knalpot kan jauh banget dari kata bersih.

Kami berhasil mendapatkan satu spot parkir yang persis memandang ke danau. Danaunya lumayan besar sih, lebih besar dari danau buatan yang dulu ada di dekat rumah kami. Sekarang danau itu sudah ditimbun dengan tanah dan dipasangi tiang-tiang pancang. Kabarnya akan dibangun apartemen khusus untuk orang Jepang di situ. Kami punya kenangan khusus di danau itu; di sana anak kami yang sulung belajar berjalan pada usia 11 bulan.

Di sekitar danau ada tanah berumput hijau yang cukup miring. Orang-orang mengambil spot masing-masing dengan jarak yang cukup dekat satu sama lain. Di kejauhan tampak bangunan beberapa tower apartemen menjulang tinggi. Ada jembatan kecil tempat orang menyeberang dari satu sisi ke sisi yang lain. Mobil golf yang membawa calon pembeli apartemen ikut bersliweran di situ.

Dari tempat kami parkir kami bisa melihat sebuah tenda yang didirikan yang berfungsi seperti pintu masuk ke area danau. Orang-orang antri masuk ke sana dengan berdekatan dan berdesakan tentu saja, dan ada satpam yang dengan sekenanya mengukur suhu tubuh para pengunjung. Di dekat tenda itu ada jalan air seperti perpanjangan area danau, orang-orang banyak yang duduk di tepinya dan mencelupkan kaki ke dalam.

Katanya Covid-19 paling mudah menular lewat droplet ya? Apa jadinya jika ada OTG yang berkeringat dan mencelupkan kaki di air itu bersama puluhan atau ratusan orang lain. Entahlah, saya ga berani membayangkan konsekuensinya.

Danau itu dihiasi lampu-lampu dan ada air mancur kecil di tengah, tapi airnya sendiri tidak bergerak. Di sekitar area pintu masuk ada semak-semak pendek yang mudah diterobos. Dari tempat kami parkir kami melihat orang-orang sibuk melompati semak-semak itu. Apakah mereka enggan antri buat masuk atau enggan diukur suhu tubuhnya, saya tidak tahu.

Masyarakat perlu ruang publik.

Itu sebuah keniscayaan. Orang-orang perlu tempat yang aman dan nyaman untuk menghirup udara segar dan berjalan kaki. Apalagi gara-gara pandemi banyak dari kita dikurung di rumah selama berbulan-bulan. Rasanya pasti sumpek banget. Jalan dan piknik tipis-tipis beratapkan langit dan ditemani suara air adalah hiburan sederhana yang menyenangkan jiwa.

Tapiii ..., masalah klasik di negeri ini adalah tidak dirawatnya ruang publik yang ada. Coba deh, sebelum ada banyak pemimpin daerah yang fenomenal dengan terobosan mereka masing-masing, apakah ada pemimpin dan rakyat yang peduli dengan taman di kota masing-masing?

Di Surabaya, Bu Risma yang pernah memimpin Dinas Pertamanan dan kemudian menjadi walikota melanjutkan gebrakannya soal kerapian dan keindahan ruang publik. Di Bandung, Ridwan Kamil juga pernah mencoba hal ini. Berbagai taman dengan nama aneh bin unik didirikan, walaupun kontinuitasnya dipertanyakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun