Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kau Harus Belajar Bersyukur

5 Agustus 2020   11:20 Diperbarui: 5 Agustus 2020   11:27 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Si Patrik pun menurut. Jadi suatu hari pada bulan Januari pergilah dia ke International Student Office, tempat Sensei pembimbing kami, berkantor. Sambil menunggunya Mamak menghabiskan waktu di laboratorium komputer. Waktu itu masih ada Friendster, jadi Mamak log in dan membaca-baca status kawan-kawan di tanah air. Ada kawan yang minta Mamak kasih testimony untuk membalas testimony dia. Bah, kok pamrih? Mamak tak kerjakan karena Mamak tak pernah minta testimony-nya.

Tak lama kemudian Patrik datang ke tempat Mamak menunggu. Mukanya yang biasanya pucat sekarang berwarna merah padam. Telinganya juga ikut berwarna merah jambu. Rambutnya yang pendek naik-naik seperti tersengat listrik. Mamak kaget, apa pula yang terjadi sampai dia kelihatan semarah itu?

Sambil menghempaskan badan ke kursi di sebelah Mamak, dia bercerita,

"Sensei only said this, 'Patrik, your scholarship is funded by the tax that the Japanese people collect. Mine is included. You should be grateful for all the things you receive here.' She only said that to me and told me to leave. Can you believe that?!"

Beberapa detik berlalu sebelum Mamak tertawa terbahak-bahak. Mamak mengakak keras sekali sampai air mata keluar. Sensei kami ini memang jagoan. Dia seorang wanita paruh baya yang terlihat tenang di permukaan, tapi dia selalu menangkap gosip, isu, concern apa pun yang menyangkut mahasiswa-mahasiswa di program. Dia pasti sudah sedikit-sedikit mendengar rentetan keluhan si Patrik dari mahasiswa lain.

"So, what do you think?" tanyanya pada Mamak.

"I think she's right," jawab Mamak.

Setelah itu Mamak merasa berada di atas angin untuk ikut menceramahi dia. Mamak ceritakanlah bagaimana kondisi ekonomi dan fasilitas di negara Mamak. Mamak ajak dia membandingkan kondisi itu dengan di Jepang dan di negaranya. Kalau kondisi di Denmark Mamak tidak tanya lagi; Mamak sudah khatam karena kawan Mamak ini gemar sekali menceritakan tentang dirinya dan latar belakangnya. Mamak tanya pendapatnya; Mamak minta dia bersyukur, sama seperti yang dibilang Sensei tadi.

Si Patrik yang keras kepala cuma bisa cemberut dan menggerutu.

"But I expect Tokyo and Japan to be better than this," omelnya.

"It's better than Denmark in some things and not better in others. Just try to accept it and curb your dissatisfaction. Sensei had a point about our scholarship and how we should be grateful," timpal Mamak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun