Setelah menonton film ini saya tidak tahu harus memprotes Chris Hemsworth atau Netflix karena sudah membuat film yang begitu pas-pasan dan "B", alias Biasa.
Deretan aktor dan aktris papan atas Hollywood tidak membuat Netflix menghasilkan film-film yang membuat saya tercengang saat menikmati beragam tontonan di tengah pandemi Covid-19 ini. Chris Evans, Ben Affleck, Anne Hathaway, Adam Sandler hanya sedikit dari banyak aktor yang setelah filmnya usai hanya membuat saya  bergumam,
"Udah? Gitu aja?"
Setelah itu saya bersyukur menonton di rumah dengan cemilan Chiki dan tidak menonton di bioskop dengan cemilan popcorn yang harganya pasti berbeda jauh.
Film-film biasa di Netflix akan saya jabarkan kapan-kapan. Sekarang saya akan membahas film "B(iasa)" yang dibintangi oleh Chris Hemsworth, atau yang lebih dikenal publik sebagai Thor.
Setelah "Avengers: Endgame" saya melihat banyak aktornya berusaha keras keluar dari imej superhero yang disandangnya selama bertahun-tahun. Scarlett Johansson, alias Black Widow, sangat berhasil dengan filmnya "The Marriage Story" yang ditayangkan oleh Netflix. Bagaimana dengan "Avengers Trinity" yang terdiri dari Iron Man (Robert Downey Jr.), Thor (Chris Hemsworth), dan Captain America (Chris Evans)?
Film pertama RDJ di luar "Avengers" adalah "Dr. Dolittle". Anak saya berkomentar lucu setelah menontonnya: "I didn't know that Iron Man could talk to animals."
Saya pikir, benar juga, ya. Apalagi Tom Holland (Spiderman) adalah aktor suara dari karakter Jip, seekor anjing di film itu, dan anak-anak saya langsung mengenali suaranya. Mereka jadi berpikir bahwa para pemeran "Avengers" cuma pindah main di film lain.
Kesimpulannya, film RDJ selepas "Avengers" sama sekali tidak berkesan. Kami semua sepakat bahwa RDJ susah melepaskan diri dari bayang-bayang Tony Stark.
Setelah itu saya menonton film Chris Evans garapan Netflix yang berjudul "The Red Sea Diving Resort", tentang usaha agen rahasia Israel (Evans) membawa pulang orang Yahudi dari Etiopia ke Israel pada tahun 1980-an. Evans tetap setia pada karakternya sebagai seorang pemimpin yang bisa diandalkan. Tidak ada yang baru.
Katanya, Evans berakting sangat berbeda di film "Knives Out" bersama Daniel Craig. Sayangnya, film tersebut belum tersedia di layanan Netflix Indonesia padahal saya cukup penasaran.
Film terbaru Chris Hemsworth di Netflix adalah "Extraction". Film ini sudah nongkrong 2 minggu di daftar "Suggested for You" Netflix saya, tapi saya baru menontonnya kemarin malam karena membaca salah satu reviewnya: "This movie is nothing more than a bulk of muscle."Â Film ini tak lebih dari pertunjukan otot. Skor Imdb-nya pun hanya 6.8 dari 10. Saya jadi tambah bertanya-tanya, masak sih filmnya sejelek itu?
Ada 3 film yang dibintangi oleh Hemsworth setelah "Avengers" dan hanya satu yang saya tonton sampai habis yaitu "Men in Black: International". Itu pun karena saya ditraktir menonton di bioskop. Kalau tidak, mungkin saya sudah tinggalkan film ini setelah 30 menit pertama. Kehadiran Liam Neeson dan Rebecca Ferguson bahkan tidak bisa menyelamatkan cerita yang standar dan akting Thor yang hanya berganti senjata dari palu/kapak ke pistol laser canggih dan berganti baju dari jubah ke jas hitam necis.
Film "Extraction" berkisah tentang seorang tentara bayaran bernama Tyler (Hemsworth) yang mendapat tugas merebut kembali anak seorang raja obat bius di India (Mahajan) yang diculik oleh seorang raja obat bius di Bangladesh (Asif). Motif penculikannya tidak pernah terungkap, karena dendam kesumat kah, karena berebut wilayah kekuasaan perdagangan obat bius kah, ataukah karena yang lain? Tidak ada yang dijelaskan sampai akhir film.
Film ini sukses menampilkan kondisi India dan Bangladesh dengan segala kemiskinan, keruwetan, kekumuhan, dan aparatnya yang memihak penjahat. Setting-nya berpindah dari Mumbai, India ke Dhaka, Bangladesh.
Saju, tangan kanan Mahajan, menyewa Hemsworth dan timnya untuk merebut Ovi kembali. Kenapa Saju menyewa tentara bayaran? Karena ayah Ovi tidak memiliki cukup uang untuk dibarter dengan anaknya jadi mereka mau mengakali Asif. Ceritanya sih begitu ....
Sebagai tahanan penting, Ovi seharusnya disekap dekat dengan Asif. Ternyata tidak tuh. Ovi disekap oleh segerombolan preman kaki tangan Asif yang kebagian tugas bernegosiasi dengan Tyler. Tahanan penting yang diperlakukan tidak penting. Hmm ....
Sutradara film ini juga kentara sekali mau mengangkat isu preman anak-anak yang diajari mengangkat senjata dari usia muda. Fokus filmnya semakin meluber ke mana-mana.
Tyler berjanji akan membayar para penculik jika ada bukti Ovi masih hidup. Ini taktik saja sebenarnya. Tyler sudah siap dengan pasukannya sendiri untuk merebut Ovi dan membawanya keluar dari Dhaka. Akan tetapi, begitu Tyler dan Ovi hampir sampai di perahu yang akan mereka pakai untuk kabur, Saju muncul dan membunuh teman-teman Tyler!
Di sini humornya.
Jadi, Saju sebagai tangan kanan Mahajan sebenarnya sudah dipercayakan uang untuk membayar Asif. Eh dia malah menyewa Tyler dan kawan-kawannya. Begitu Tyler sudah berhasil melepaskan Ovi, Saju tidak jadi mentransfer uang dan mau merebut Ovi dari tangan Tyler. Uang Mahajan dia simpan sendiri.
Saju menelikung bosnya dan para tentara bayaran sekaligus. Benar-benar cerdik dan sebenarnya tertebak. Saya dan suami saya yang pernah bekerja dengan orang India cuma bisa tertawa melihat plot twist ini; kami sangat maklum dengan jalan pikiran Saju.
Tentu saja Tyler melawan. Dia dan Ovi kabur dari Saju dan dari polisi kota Dhaka yang tunduk pada Asif. Di sini film "Extraction" mulai terasa mirip seperti instalasi film "John Wick".
Perkelahian dengan tangan kosong, tangkapan kamera dari jarak dekat, dan gore yang berlimpah, semuanya sangat khas Keanu Reeves. Bedanya, Reeves bertarung dengan lincah, sedangkan Hemsworth dengan gumpalan ototnya mengingatkan saya pada buldoser yang sedang membajak sawah.
Yang mengesankan dari film ini adalah kekonyolan yang tidak pada tempatnya. Sewaktu sedang berkelahi dengan Saju, Tyler tiba-tiba tertabrak sedan. Oke lah, lalu lintas di Dhaka memang semrawut. Saju yang hendak membawa lari Ovi kemudian ditabrak oleh truk yang dikemudikan oleh Tyler. Sedan. Truk. Tabrakan. Huh?
Lalu ada tokoh seorang preman muda yang mencoba mengambil hati Asif. Dia sok-sokan memotong jarinya sendiri untuk menunjukkan kesetiaannya. Dia bersumpah akan menghabisi Tyler karena dia merasa dipermalukan di saat mereka berkelahi untuk memperebutkan Ovi. Di penghujung film, si preman muda menembak leher dan "sepertinya" berhasil membunuh Tyler. Setelah memelototi layar TV selama hampir 2 jam, adegan ini membuat kami mengernyit lelah.
"Apaan sih, ga penting banget ...."
Singkat cerita, Tyler yang tertembak menjatuhkan diri ke sungai di perbatasan kota Dhaka. Apakah ia mati? Sepertinya kok tidak. Tyler nampak sekilas di kolam renang yang disambangi oleh Ovi yang telah kembali ke kehidupannya yang normal 8 bulan kemudian.
Bagaimana dengan Saju? Ia tewas dan "sepertinya" uang Mahajan dibawa lari oleh istri dan anak Saju. Apakah ada tindakan lebih lanjut dari Mahajan? Embuh, tidak ada penjelasan yang memadai.
Nik, rekan Tyler di komplotan tentara bayaran, Â membalas dendam atas kematian Tyler dengan cara membunuh Asif di kamar mandi sebuah restoran. Bagaimana Nik bisa keluar hidup-hidup dari situ padahal pengawal Asif berjaga-jaga di luar, itu menjadi misteri buat saya.
Begitu juga dengan tiga kancing paling atas dari kemeja Nik yang tidak pernah terkait dan tali bra-nya yang terekspos jelas. Apakah sutradara mau menonjolkan seorang wanita yang badass melalui film ini? Misteri. Misteri. Misteri.
Begitulah resensi dari film terbaru si Thor, eh maksud saya Chris Hemsworth. Adegan emosional dimana dia mengenang mantan istri dan anaknya yang sudah meninggal pun tak sanggup membuat saya ingin berlama-lama menonton film ini.
Seperti di dalam film "Men in Black: International", Hemsworth sepertinya sulit lepas dari karakter seorang tampan yang jago berkelahi. Itu saja. Cakep, berotot, jago berantem, tapi aktingnya tidak menggugah emosi.
Saya langsung terhenyak waktu tahu film "Extraction" akan dibuat sekuelnya. Oh tidak ... tidak ... tidak .... Walaupun film ini diproduseri oleh Russo Bersaudara yang menggawangi film "Avengers" selama satu dekade, tapi film ini tidak semenjanjikan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H