Hidung saya tergelitik oleh rambut lurus si bungsu yang berbaring melingkar di pelukan saya. Aroma sampo Johnson & Johnson belum pudar dari sore tadi. Aroma yang sama yang melekat di kepala saya sedari bayi sampai menjelang remaja. Saya memilih merk ini hanya karena saran dari mama saya, dan saya ingin memiliki sebuah kenangan spesifik yang bisa diwariskan antar generasi.
Sudah 139 kata dan saya bahkan belum menuliskan apa yang ditangkap oleh indra pendengaran dan indra pengecap saya. Terlihat bukan betapa kayanya tulisan yang kita bisa hasilkan hanya dari memanfaatkan semua indra yang kita miliki?
Menulis itu seperti berolah raga.
Saat memulai berolah raga, kebanyakan dari kita akan merasa malas dan kurang termotivasi. Kita akan mencari sejuta alasan untuk menunda melakukannya. Namun begitu kita sudah rutin berolah raga, saat kram otot dan rasa lelah sudah terlewati, kita akan merasa ada yang kurang kalau badan kita tidak bergerak.
Menulis pun demikian. Perlu waktu dan latihan. Ketika rasa malas sudah terlampaui, panca indra sudah lebih terlatih untuk menangkap ide tulisan (baik implisit maupun eksplisit), hati kita tidak akan tenang kalau melewatkan satu hari tanpa menghasilkan satu tulisan.
Saya akan mengakhiri tulisan ini dengan sebuah pantun. Mohon maaf kalau agak garing.
Dari mana datangnya cinta?
Dari mata turun ke hati.
Dari mana datangnya ide tulisan?
Dari panca indra turun ke jari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H