Apa yang membedakan indra pengecap orang dewasa dan anak-anak?
Ketahanannya terhadap rasa pedas.
Kebanyakan orang dewasa menyukai rasa pedas, sedangkan anak-anak sedang mempelajari untuk menyukai rasa itu. Saya bilang kebanyakan karena saya kenal beberapa orang dewasa yang langsung bersin, batuk, dan ingusan jika mencium aroma cabe. Kasihan sekali.
Anak-anak bisa menyukai rasa pedas karena diajari, atau karena tertarik sendiri. Ada anak yang mulai suka karena mengecap rasa sambal botolan atau sambal yang biasanya diberikan di makanan siap saji. Ada anak yang langsung suka sambal yang terdiri dari cabe rawit, bawang merah, bawang putih, kemiri, tomat, dan lain-lain.
Saya sendiri penyuka rasa pedas. Selama tiga kali mengandung, dua kali saya menghabiskan 1 botol sambal merk Bu Rudi dari Surabaya setiap dua hari sekali selama 4 bulan pertama. Rasa mual memang membuat saya tidak berselera makan, dan sambal membantu saya menelan makanan barang sedikit saja.
Di tengah masa #DiRumahAja seperti sekarang, kebutuhan yang terasa sekali melonjak drastis adalah kebutuhan akan makanan. Anggota keluarga yang terpaksa berdiam di rumah dan minim beraktivitas fisik lebih mudah lapar. Kulkas selalu terisi penuh, namun hasil belanja untuk kebutuhan satu minggu bisa raib dalam empat hari saja!
Sebagai ibu, dalam sehari saya berkali-kali ke dapur untuk menyiapkan makanan dan kadang memasak dua macam masakan, yang sesuai dengan lidah orang dewasa dan anak-anak. Masakan yang cocok untuk orang dewasa biasanya melibatkan sambal dengan tingkat kepedasan bervariasi.
Di tengah pandemi seperti ini saya ingin membuat masakan yang bisa bertahan lama di kulkas dan dipanaskan jika akan disantap saja, supaya mengurangi tugas memasak tiga kali sehari.Â
Makanan pedas adalah "comfort food" buat saya, makanan yang memberikan kenyamanan buat perut, dan menenangkan hati dan otak setelah membaca berita seputar Covid-19.
Salah satunya adalah masakan berikut ini.
Saya tidak tahu nama masakannya, tapi kita sebut saja tumis cakalang daun singkong. Kata orang ini masakan Manado, tapi saya tidak pernah memakannya sebelum tahun 2018.Â
Waktu itu saya baru mengandung yang ke-3 kali dan teman saya memberikan masakan ini dengan harapan rasa pedas dan pahitnya bisa membangkitkan selera makan saya.
Harapannya terkabul dan saya jatuh cinta pada masakan ini. Selama kehamilan sudah tak terhitung berapa kali saya menerima dan membuatnya sendiri. Sampai sekarang, hampir dua tahun kemudian.
Masakan aslinya menggunakan daun pepaya, bukan daun singkong. Untuk kali ini saya memakai daun singkong karena daun pepaya yang ditanam di pekarangan rontok terkena hujan angin.
Bahan:
1. Satu kilogram ikan cakalang. Bersihkan isi perut dan buang kepala. Satu kilogram biasanya berisi 2 potong ikan.
2. Delapan siung bawang putih, 8 siung bawang merah, segenggam daun jeruk, 4 batang serai, segenggam cabai rawit (tergantung selera), 2 batang cabai merah besar, 2 batang cabai hijau besar, garam dan merica secukupnya, 5 sendok minyak goreng.
3. Daun singkong sebanyak kurang lebih 1/4 kilogram.
Cara memasak:
1. Kukus ikan cakalang selama 30 menit.
2. Setelah matang, buka tutup kukusan. Biarkan ikan mendingin selama 20 menit lagi.
3. Rajang semua bumbu dapur, kecuali serai dan daun jeruk. Potong dua setiap batang serai supaya aromanya keluar. Panaskan minyak goreng dan tumis semua bumbu sampai wangi. Matikan kompor.
4. Ambil ikan cakalang dan suwir kecil-kecil. Ikan ini mempunyai banyak duri berukuran besar dan kecil. Pisahkan duri yang besar sebisa mungkin. Duri yang kecil lebih sulit dipisahkan, namun sudah lunak karena ikan dikukus.
5. Nyalakan kompor kembali. Waktu bumbu sudah mulai panas, masukkan suwiran ikan cakalang dan tambahkan garam dan merica sesuai selera. Bolak-balik dengan spatula. Tambahkan minyak goreng secara bertahap jika ikan terasa lengket di dasar wajan.
6. Tumis selama kurang lebih 5 menit. Pindahkan ke piring untuk disajikan.
7. Rebus daun singkong selama kurang lebih 15 menit. Tambahkan sedikit garam ke dalam air rebusan untuk memberikan rasa sedap. Tiriskan, pindahkan ke piring.
Masakan ini bisa disantap oleh 2 orang dewasa sebanyak 3 kali makan. Penyajian dengan nasi hangat sungguh menggugah selera.
Selamat memasak dan selamat menikmati!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI