Oleh karena takut tertular virus (atau bakteri), orang-orang jadi enggan makan di luar. Mereka akan memilih masak sendiri dan karena itu butuh minyak goreng karena makanan khas Indonesia banyak yang diproses dengan cara digoreng.
Oleh karena enggan makan di luar, tentu saja akan ada banyak orang yang terpaksa belajar masak dan membutuhkan bumbu instan, daripada mulai belajar dari nol di saat perut sudah keroncongan.Â
Bumbu instan sangat laku, mulai dari penyedap rasa, tepung bumbu, bumbu marinasi daging/ayam/ikan, sampai bumbu yang tinggal ditambahkan ke masakan matang.
Diberkatilah mereka yang menciptakan bumbu instan. Saya adalah pelanggan setianya sewaktu pertama kali belajar masak setelah menikah.
Selain itu, pencari nafkah yang WFH dan anak-anak yang homelearning sangat rentan terhadap godaan cemilan.
Di keluarga saya sendiri godaan ini bisa terdeteksi minimal dua kali sehari, sebelum makan siang dan pada sore hari. Kebutuhan mengunyah dikali jumlah anggota keluarga membuat saya wajib menyediakan cemilan supaya tidak bolak-balik memasak di dapur.
Cemilan berupa roti, biskuit, jelly, dan susu dalam kemasan menjadi barang yang rutin disediakan di rumah saya. Saya tahu teman-teman saya juga menyediakan ini pada masa-masa #DiRumahAja sekarang.
Pembelian dari rumah tangga saya digabung pembelian dari ribuan, atau jutaan, rumah tangga lain tentu saja meningkatkan permintaan akan produk dan meningkatkan penjualan kemasan produk tersebut dari kantor suami saya.
Produksi perusahaan tempat tetangga saya bekerja sangat terpengaruh oleh rumor yang beredar di masyarakat. Kalau nanti ada himbauan bahwa makan yang dingin seperti es krim bisa meningkatkan imunitas tubuh, bukan tidak mungkin pabriknya akan kewalahan memenuhi permintaan pasar.
Rumor dan kesadaran tiba-tiba masyarakat akan higienitas juga mempengaruhi penjualan kemasan dari kantor suami saya. Kalau pandemi ini sudah berlalu, bukan tidak mungkin penjualan kemasan produk pembersih, minyak goreng, bumbu masak instan, dan cemilan kembali normal seperti tren biasanya.
Manusia memang makhluk yang resilien dan mudah beradaptasi. Dalam kondisi bencana non-alam akan ada yang meraup untung lebih dari biasanya karena rumor. Ini sah-sah saja asal produknya memang bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat.