Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Infodemik dan Kemanusiaan Kita

20 Maret 2020   23:35 Diperbarui: 22 Maret 2020   13:58 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: euronews.com

Apa yang dapat saya lakukan untuk meratakan kurva eksponensial penyebaran virus ini?

Apa yang dapat saya lakukan untuk mereka yang terdampak secara langsung maupun tidak langsung, untuk mereka yang lemah secara fisik, mental, ataupun ekonomi?

Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus kita cari jawabannya sekarang, alih-alih membiarkan diri kita ditenggelamkan oleh arus deras informasi.

Informasi itu baik. Ia dapat menyelamatkan nyawa. Ia dapat menghubungkan berbagai pemangku kepentingan. Namun informasi juga bisa berbahaya. Ia dapat membuat kita panik dan paranoid. Ia dapat membuat kita menghabiskan waktu dan sumber daya lain untuk memperdebatkan kebenaran informasi itu dengan orang asing yang menantang kita di internet.

Kemanusiaan kita sekarang melampaui dunia yang fisiknya kita lihat; manifestasinya bahkan lebih jelas di dunia internet. Orang-orang saling mendukung, saling menyemangati dengan kalimat-kalimat motivasi di berbagai media sosial. Kita terus mendoktrin diri kita bahwa badai pasti berlalu.

Kemanusiaan kita menghadapi tantangan ketika pandemi ini memaksa kita menerapkan social distancing, memaksa kita berinteraksi dengan sesama kita lewat sebuah cara yang belum begitu familiar.

Pelukan, tepukan di bahu, kecupan di pipi yang biasanya kita lakukan langsung kini beralih ke isyarat-isyarat yang kita berikan lewat video call. Tidak ada lagi kumpul dengan keluarga atau reuni dengan teman; semua orang menjaga jarak supaya mereka yang sakit tidak menulari mereka yang sehat.

Bagaimana kita melihat kemanusiaan kita di saat kita tidak boleh bersentuhan dengan sesama kita?

Bagaimana kita melihat kemanusiaan kita ketika dalam suatu kurun waktu kita dipaksa untuk tinggal di rumah, kita dilarang untuk melihat secara langsung bagaimana dunia di luar sana berputar?

Bagaimana kita tetap merasa sebagai manusia ketika kita khawatir kalau-kalau kita terjangkit dan mengkhawatirkan keluarga/pekerjaan/pendidikan/hal lain di saat bersamaan?

Saya jadi berpikir; mungkin dengan menghentikan infodemik kita akan mendefinisikan ulang kemanusiaan kita. Bagaimana caranya ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun