Sebelum pandemi Covid-19, cara karantina sudah dipakai untuk menahan laju penyebaran penyakit menular lain, seperti campak dan cacar air. Sewaktu saya duduk di bangku kelas 2 SMP saya ingat ada wabah cacar air di sekolah saya. Awalnya bermula dari 3 orang siswa di kelas saya. Di hari ke-3 setelah bintik-bintik berisi air itu muncul, mereka sudah masuk sekolah karena waktu itu sedang ada pekan ulangan.
Tidak diberlakukannya karantina (mandiri) waktu itu membuat penyakit cacar air menjangkiti banyak siswa, termasuk saya. Padahal saya sudah kena cacar air ketika bayi, tapi ketika itu imunitas tubuh saya sedang lemah karena saya belajar sampai larut malam. Akibatnya saya menderita cacar air lagi.
Dalam kasus penyakit menular yang mematikan seperti Covid-19 ini, karantina bisa menyelamatkan nyawa Anda dan orang lain. Jangan menggerutu jika Anda harus menjalani karantina dan kehidupan Anda terganggu.
Berpikirlah bahwa apa yang Anda lakukan adalah untuk kebaikan banyak orang. Anda, dan orang lain, pasti tidak ingin terjangkit penyakit, namun Anda bisa memilih berusaha supaya segera sembuh dan tidak menulari orang lain.
2. ISOLASI
Isolasi sendiri adalah pemisahan seseorang yang sudah positif terinfeksi penyakit yang menular dari lingkungan sekitarnya.
Orang yang diisolasi sudah menunjukkan beberapa atau semua gejala dari penyakit yang diduga ia derita, atau bahkan gejala penyakit penyerta lainnya. Pemisahan antara orang yang sakit dan yang sehat bisa dilakukan di rumah sendiri (dengan menggunakan kamar tidur, kamar mandi, peralatan makan, peralatan mandi terpisah), atau di fasilitas kesehatan yang memadai jika ada komplikasi lain (seperti kesulitan bernafas atau ruam/gatal di seluruh tubuh).
Dalam kasus pandemi Covid-19, isolasi diterapkan di rumah sakit rujukan pemerintah dan ini merupakan sebuah keharusan. Isolasi mustahil dilakukan di rumah penderita, mengingat kecepatan penularannya di masyarakat dan fatalitasnya jika menyerang orang dengan imunitas lemah.
Selama saya sakit cacar air yang kedua, saya diisolasi dari adik-adik saya supaya tidak menulari mereka. Mengurus satu anak yang sakit sudah cukup merepotkan kedua orang tua saya yang bekerja, apalagi jika harus mengurus tiga anak yang sakit bersamaan.
Biasanya saya berbagi kamar dengan seorang adik, namun waktu itu saya tidur sendirian. Selama satu minggu saya terus berada di dalam kamar seharian, bahkan untuk makan, supaya saya cepat sembuh.
Bosan? Sedikit. Untungnya saya gemar membaca, jadi keadaan sakit malah menjadi kesempatan buat saya menyelesaikan banyak buku cerita dan komik. Serasa liburan deh, hehehe.