Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berdebat dengan Orang Asing di Instagram

27 Februari 2020   23:38 Diperbarui: 27 Februari 2020   23:37 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lho, kita kan tidak saling kenal ya? Kita adalah follower dari yang punya akun, sesama tamu di rumah orang lain. Kita bisa terkoneksi hanya karena ada peran dan campur-tangan si tuan rumah.

Saat saya menyukai komentar akun lain terhadap suatu posting saya tidak ragu memberikan tanda like, tapi saya akan menahan diri untuk menimpali. Saya tidak kenal yang bersangkutan dan saya rasa tidak sopan kalau 'ujug-ujug nimbrung'.

Misalnya pun saya yang posting sesuatu di akun IG saya dan ada komentar yang saling menimpali, sampai akhirnya bertengkar, saya akan sangat keberatan. Kalau ini dunia nyata, saya sudah suruh keluar mereka semua karena membuat gaduh di rumah saya. Karena ini dunia maya, saya hapus saja posting saya. Beres. Untungnya hal ini hanya 1-2 kali terjadi.

Sejak saya mempunyai akun di media sosial saya punya aturan untuk diri sendiri: tidak mengkritik atau mendebat komentar orang lain di suatu posting dari orang yang kami sama-sama kenal/akun yang kami sama-sama ikuti. Kalau ada yang melakukan hal tersebut pada komentar saya, saya akan meninggalkan posting itu, setelah memberikan respon seperti berikut ini:

dokpri
dokpri
Buat saya berdebat di media sosial, apalagi dengan orang asing/orang yang saya tidak kenal, adalah kegiatan yang menghabiskan waktu hidup saya. Tidak ada manfaatnya sama sekali.

Satu kisah lama teringat kembali malam ini. Beberapa tahun lalu sempat muncul perdebatan soal pengertian 3 x 1 dan 1 x 3. Pemicunya adalah seorang kakak yang tidak terima ketika guru adiknya menyalahkan jawaban PR yang dibantu oleh si kakak.

Dia kemudian memfoto PR adiknya dan membagikannya di media sosial, meminta pendapat dari para warga net, dan memicu perdebatan kusir yang begitu panjang, melelahkan, dan tak berujung.

Seorang teman saya membuat posting untuk menanggapi hal tersebut. Dia bilang begini, "Arti tiga kali satu berbeda dengan arti satu kali tiga dan perbedaannya bisa kita lihat di resep obat. Minum 1 obat 3 kali sehari tentu berbeda dengan minum 3 obat 1 kali sehari. Bagaimana menurut teman-teman?"

Saya kenal baik dengan pemilik akun; kami dulu teman SMA dan masih berinteraksi sampai sekarang. Saya tak segan menyampaikan pendapat: saya setuju dengan pemakaian resep obat untuk membedakan 3 x 1 dan 1 x 3. Tak lama kemudian, tak ada angin tak ada hujan, datang sebuah akun yang menimpali komentar saya.

"Hah. Apa bukti kalau definisi Anda itu sahih? Anda tidak tahu ya kalau 3 x 1 di Indonesia beda dengan di Korea?"

Ya, mana saya tahu, Tante. Saya lahir dan besar di Indonesia, belajar dengan sistem Indonesia. Walaupun saya suka drama Korea, saya tidak pernah terpikir untuk mencek apakah mereka dan saya punya pemahaman yang sama tentang perkalian terbolak-balik ini. Memangnya penting?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun