Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hasil Tidak Pernah Mengkhianati Usaha

12 Februari 2020   10:00 Diperbarui: 12 Februari 2020   10:17 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah dengan kualitas pekerjaan seperti itu, apa saya waras kalau merekomendasikan si ibu ke orang lain?

Selama saya hidup saya sering sekali mendapati orang yang minta rekomendasi saya untuk bekerja di suatu tempat, dan ada dua kasus yang paling saya ingat.

Yang pertama di tahun 2010 waktu pegawai toko saya tidak masuk kerja demi wawancara di sebuah pabrik. Sebelum wawancara dia minta saya menulis surat referensi kalau dia orang yang baik, rajin, dll. Saya akan kehilangan seorang pegawai dan sekarang saya disuruh menulis surat supaya pegawai saya itu bisa keluar lebih cepat. Hello? Ga salah nih?

Kasus yang kedua adalah soal pembantu yang bekerja pada guru bahasa Perancis saya. Waktu itu rumah tetangga saya disewa oleh sebuah keluarga dari Perancis dengan 3 orang anak. Istri dalam keluarga ini kemudian menjadi guru saya dan keluarga kami pun berteman. Mereka mempekerjakan seorang pembantu yang mempunyai 2 orang anak laki-laki remaja yang setiap hari datang.

Oleh karena keterbatasan bahasa, saya berulang kali diminta untuk menerjemahkan kemauan keluarga ini yang harus dituruti oleh pembantu mereka. Salah satunya adalah mereka keberatan kalau anak-anak si ibu pembantu ikut tinggal dan makan di rumah mereka, karena mereka hanya mempekerjakan si ibu tanpa anak-anaknya. 

Mereka juga khawatir karena rumah mereka jadi terlalu mudah diakses oleh orang asing, sedangkan anak-anak mereka masih kecil dan tidak bisa berbahasa Indonesia.

Si ibu pembantu cuma iya-iya saja, tapi anak-anaknya masih saja datang. Hingga suatu hari tetangga saya pergi berlibur selama seminggu dan karena satu dan lain hal mereka pulang lebih cepat pada malam hari. 

Alangkah kagetnya mereka ketika pintu depan rumah tidak bisa dibuka karena ditahan dari sisi dalam. Guru saya mendengar pembantunya berteriak-teriak dan dia pergi ke pintu samping yang langsung menuju ke dapur dan kamar pembantu, tapi pintu itu juga terkunci.

Waktu suaminya berhasil mendobrak pintu depan dia melihat anak si pembantu memakai kaos miliknya keluar dari kamar tidur. Dia marah besar. Kamar tidur di dekat pintu depan ternyata dipakai tidur oleh anak-anak si ibu pembantu, berantakan dan bau tak karuan. Tempat tidur kusut dan ada banyak sampah bungkus makanan dan puntung rokok di lantai.

Suami guru saya ingin langsung memecat pembantunya karena mereka sudah keterlaluan, tapi tidak bisa karena guru saya baru patah tangan dan masih perlu bantuan untuk mengurus rumah. Keesokan harinya guru saya datang menceritakan hal itu, dan selang beberapa jam setelah itu si ibu pembantu datang juga dong. 

Dia menceritakan versi dia panjang lebar dan minta saya membujuk majikannya supaya dia tidak dipecat, tapi saya tidak mau ikut campur. Dari awal saya hanya dimintai bantuan sebagai penerjemah, dan cukup sampai di situ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun