Mohon tunggu...
Rijo Tobing
Rijo Tobing Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis buku kumpulan cerpen "Randomness Inside My Head" (2016), novel "Bond" (2018), dan kumpulan cerpen "The Cringe Stories" (2020) dalam bahasa Inggris. rijotobing.wordpress.com. setengah dari @podcast.thechosisters on Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hasil Tidak Pernah Mengkhianati Usaha

12 Februari 2020   10:00 Diperbarui: 12 Februari 2020   10:17 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi ini waktu saya sedang mencuci mobil, supir tetangga sebelah tiba-tiba datang. Hampir saja saya semprot dia dengan air karena saya kaget dia sudah berdiri terlalu dekat dengan saya. Bapak ini sudah tua dan selama ini kalau melihat saya kadang tersenyum, lebih banyak tidak.

Tanpa basa-basi dia bertanya apa saya membutuhkan pembantu. Saya bilang, tidak. Lalu dia bercerita panjang lebar tentang istrinya yang baru dipecat oleh tetangga saya. Saya bahkan baru tahu kalau bapak supir itu ternyata suami dari ibu pembantu yang sepertinya mengepalai pembantu lain (rumahnya besar sekali dan pembantunya ada 3 orang selain supir).

Saya cuma ber-ooh dan ber-aah selama dia bercerita karena saya sedang diburu waktu dan harus cepat-cepat selesai mencuci mobil. Setelah dia berhenti berbicara, saya memberikan pertanyaan pamungkas.

"Kenapa istri Bapak dipecat?"

"Kata bos, kerjanya ga rajin."

Hening ....

Bapak itu berkata lagi, "Kalau Ibu punya teman yang perlu maid, bisa panggil saya saja. Sekarang istri saya nganggur di rumah."

Saya cuma mengangguk dan dia beranjak pergi.

Tetangga sebelah saya ini orang Inggris, anaknya 1 orang, dan dia membawa pindah kedua orang tuanya dari Inggris ke sini. Dia menyewa rumah itu selama 2 tahun dan ini baru memasuki tahun pertama. Rumahnya memang besar, tapi dengan 3 orang pembantu seharusnya rumahnya terlihat rapi dari luar, bukan? Kenyataannya tidak demikian.

Tanaman rambat yang ditaruh oleh pemilik rumah sebagai bagian dari fasad teras tidak pernah dirawat. Sekarang panel tanaman seluas 2x3 meter persegi itu hanya teronggok, seperti potongan rambut kusut. Tamannya yang sekecil taman saya (sekitar 3x5 meter persegi) juga tidak pernah disiram. Rumputnya mati semua dan rumpun pohon pisang hias ala-ala villa di Bali yang ditanam tetangga saya sudah tidak jelas bentuknya.

Tak cukup sampai di situ. Oven grill yang dulunya ada di sebelah kolam renang di dalam dikeluarkan oleh si ibu pembantu, ditaruh di teras yang tidak beratap, dan ditumpuki segala macam rongsokan, mulai dari keset, sapu, pengki, kursi plastik, obat nyamuk, dan lain sebagainya. Saya pernah melihat pembantu pemilik rumah mengomel saat mau mengambil oven grill itu.

Nah dengan kualitas pekerjaan seperti itu, apa saya waras kalau merekomendasikan si ibu ke orang lain?

Selama saya hidup saya sering sekali mendapati orang yang minta rekomendasi saya untuk bekerja di suatu tempat, dan ada dua kasus yang paling saya ingat.

Yang pertama di tahun 2010 waktu pegawai toko saya tidak masuk kerja demi wawancara di sebuah pabrik. Sebelum wawancara dia minta saya menulis surat referensi kalau dia orang yang baik, rajin, dll. Saya akan kehilangan seorang pegawai dan sekarang saya disuruh menulis surat supaya pegawai saya itu bisa keluar lebih cepat. Hello? Ga salah nih?

Kasus yang kedua adalah soal pembantu yang bekerja pada guru bahasa Perancis saya. Waktu itu rumah tetangga saya disewa oleh sebuah keluarga dari Perancis dengan 3 orang anak. Istri dalam keluarga ini kemudian menjadi guru saya dan keluarga kami pun berteman. Mereka mempekerjakan seorang pembantu yang mempunyai 2 orang anak laki-laki remaja yang setiap hari datang.

Oleh karena keterbatasan bahasa, saya berulang kali diminta untuk menerjemahkan kemauan keluarga ini yang harus dituruti oleh pembantu mereka. Salah satunya adalah mereka keberatan kalau anak-anak si ibu pembantu ikut tinggal dan makan di rumah mereka, karena mereka hanya mempekerjakan si ibu tanpa anak-anaknya. 

Mereka juga khawatir karena rumah mereka jadi terlalu mudah diakses oleh orang asing, sedangkan anak-anak mereka masih kecil dan tidak bisa berbahasa Indonesia.

Si ibu pembantu cuma iya-iya saja, tapi anak-anaknya masih saja datang. Hingga suatu hari tetangga saya pergi berlibur selama seminggu dan karena satu dan lain hal mereka pulang lebih cepat pada malam hari. 

Alangkah kagetnya mereka ketika pintu depan rumah tidak bisa dibuka karena ditahan dari sisi dalam. Guru saya mendengar pembantunya berteriak-teriak dan dia pergi ke pintu samping yang langsung menuju ke dapur dan kamar pembantu, tapi pintu itu juga terkunci.

Waktu suaminya berhasil mendobrak pintu depan dia melihat anak si pembantu memakai kaos miliknya keluar dari kamar tidur. Dia marah besar. Kamar tidur di dekat pintu depan ternyata dipakai tidur oleh anak-anak si ibu pembantu, berantakan dan bau tak karuan. Tempat tidur kusut dan ada banyak sampah bungkus makanan dan puntung rokok di lantai.

Suami guru saya ingin langsung memecat pembantunya karena mereka sudah keterlaluan, tapi tidak bisa karena guru saya baru patah tangan dan masih perlu bantuan untuk mengurus rumah. Keesokan harinya guru saya datang menceritakan hal itu, dan selang beberapa jam setelah itu si ibu pembantu datang juga dong. 

Dia menceritakan versi dia panjang lebar dan minta saya membujuk majikannya supaya dia tidak dipecat, tapi saya tidak mau ikut campur. Dari awal saya hanya dimintai bantuan sebagai penerjemah, dan cukup sampai di situ.

Saya ini sebenarnya sangat malu.

Tetangga saya orang asing yang baru pindah ke Indonesia dari Cina, dan mereka langsung melihat kualitas orang kita yang seperti itu. Sebelum Indonesia, mereka sudah tinggal di dan mengunjungi banyak negara dan mereka bilang kalau mau melihat kualitas penduduk lokal, lihatlah kualitas pekerjaan orang yang bergerak di bidang jasa. Benar sekali ya, dan saya prihatin karena mereka langsung mengalami peristiwa tidak enak padahal mereka belum lama tinggal di sini.

Waktu si ibu pembantu meninggalkan rumah itu, dia sempat datang ke rumah saya dan minta saya merekomendasikan dia kalau ada orang yang butuh maid. Saya tidak bisa berkata-kata, orang ini tidak punya rasa malu, atau bagaimana ya? 

Dengan riwayat kerja seperti itu, siapa yang mau mempekerjakan dia lagi atau merekomendasikan dia ke orang lain? Apalagi setelah saya tahu kalau saat keluar dia mencuri beberapa baju pria dan 1 kardus panci-panci dari IKEA.

Bekerja dengan baik itu memang tidak mudah, untuk jenis pekerjaan apa pun. Pekerjaan bisa jadi sangat membosankan, dibayar rendah, tidak dihargai, dan lain sebagainya. Namun seperti yang pernah dibilang mantan atasan saya, setia saja pada pekerjaan yang ada sekarang. 

Kalau ingin pindah pekerjaan demi mencapai hal yang lebih baik, lakukan saja, dan lakukan dengan percaya diri karena kita mampu. Tidak usah takut tidak bekerja selama kita terus mengasah diri dan memiliki karakter yang baik.

Berintegritas, bertanggung jawab, bisa dipercaya, rajin, mau menerima tugas-tugas baru adalah sebagian kompetensi dasar untuk kesiapan bekerja apa saja dan di mana saja. Kalau hal-hal ini kita miliki, pasti kita dicari oleh pemberi kerja. Pasti.

Karena hasil tidak pernah mengkhianati usaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun