Gegara banjir di Jakarta dan sekitarnya orang-orang jadi meributkan kualitas seorang pemimpin. Siapakah dia yang dimaksud? Eng ing eng, silakan Google sendiri.
Yang saya ingin bahas di sini adalah seorang pemimpin, alias manager, di sebuah drakor yang ciamik banget.
Tersebutlah sebuah  drama berjudul 'Misaeng' yang tayang di tvN pada tahun 2014. Drama ini mengisahkan keseharian di kantor sebuah perusahaan trading dari kacamata seorang intern, seorang mantan pemain Baduk (catur Korea), yang kemudian menjadi pegawai kontrak di perusahaan itu.Â
Aktor/aktris dalam drama ini boleh muda, cakep dan cantik banget, tapi yang paling bersinar di antara mereka semua justru seorang aktor tua bernama Lee Sung Min.
Lee Sung Min berperan sebagai manager Oh Sang Sik (OSS), atasan dari Geu Rae (GR), si intern yang saya singgung tadi. OSS tidak suka cara GR bisa masuk ke kantor itu, yaitu lewat rekomendasi dari seorang petinggi perusahaan.
Intern yang lain lulusan perguruan tinggi terkemuka, bisa bicara berbagai bahasa asing, harus ikut ujian masuk, lah ini si GR enak saja join setelah intern-intern lain sudah mulai bekerja.
Jadi misi OSS setelah menerima GR di timnya adalah membuktikan bahwa GR memang tidak pantas bekerja di situ. Dia memberikan banyak sekali tantangan pada GR: menghafal 1 kamus istilah trading (!) mencari proyek potensial, dan lain sebagainya, dengan harapan GR akan patah semangat dan tidak lulus ujian menjadi pegawai tetap.
Bahkan sewaktu final presentation dimana GR membuat juri lain terkagum-kagum, OSS tetap bersikeras kalau GR tidak layak.
Awalnya saya kesal sekali melihat karakter OSS. Apa dia tidak melihat betapa GR sudah bekerja sangat keras? Untuk seorang tamatan SMA yang bahkan tidak bisa berbahasa Inggris, GR sudah berusaha mati-matian, keluar dari comfort zone-nya, untuk mengejar ketertinggalan dia dari intern lain.
Selama menonton drama ini sungguh saya bisa berempati terhadap karakter GR karena saya pernah punya atasan yang 11-12 dengan karakter OSS.
Perlahan-lahan GR mulai membuktikan dirinya. Ia bisa percaya, bisa diberi tanggung jawab, dan saat ia berbuat salah karena kurang pengalaman, tebak siapa yang pasang badan membelanya di depan tim lain? OSS! Dia berani bertanggung jawab dan berkata anak buahnya berbuat salah karena dia kurang mengajari.
Asoy banget, kan?
Nah, lompat ke beberapa episode penghabisan saat ada turning point untuk karir OSS dan GR.
Saat intern lain diangkat menjadi pegawai tetap, GR hanya diberi status pegawai kontrak untuk masa 2 tahun. OSS berusaha 'menjual' kualitas GR dengan cara menugaskan dia ke berbagai macam proyek, supaya dia dilirik oleh tim lain yang sedang membutuhkan karyawan baru.
Namun apa daya, status kontraknya membuat GR tidak bisa memimpin proyek apa pun karena perusahaan tidak mau berinvestasi pada seseorang yang akhirnya akan pergi.
Sampai suatu saat tim OSS ketiban proyek dari bos besar yang merupakan musuh dalam selimut bagi OSS. Kalau proyek ini berhasil, Â GR akan diangkat jadi opegawai tetap, demikian janji si bos besar. OSS yang bertekad menjadikan GR anggota tetap timnya akhirnya melupakan sejenak dendam kesumatnya dan bersedia mengerjakan proyek itu.
Proyek yang dimaksud dijalankan di Cina dan melipatkan suap kepada pihak-pihak terkait. Praktek demikian katanya wajar di sana, karena uang yang diberi bukanlah sekedar suap.
Namun, seperti investasi untuk menjamin kerja sama di masa mendatang. OSS mulai curiga karena tiba-tiba ada agen lokal menyelinap sebagai perantara antara perusahaan si OSS dan kliennya di Cina. Gara-gara si agen, margin perusahaan turun menjadi 0.5% dan ibaratnya mereka diminta untuk bekerja gratis.
OSS yang mencurigai bos besar menerima komisi dari si agen tanpa sengaja melibatkan kantor pusat dalam proyek tersebut. Akhirnya bos besar diaudit dan dimutasi karena terbukti mendukung adanya praktek suap.
Apakah setelah itu OSS dianggap sebagai pahlawan yang sudah berani mengungkapkan kebenaran? Tidak sama sekali. Dia dan timnya malah dianggap sebagai whistle blower dan tidak ada lagi tim yang mau bekerja sama dengan mereka.
Tim lain yang sedang mengerjakan ongoing proyek di Cina mengalami pemutusan sepihak karena ada sentimen negatif dari klien-klien di sana terhadap perusahaan si OSS.
Karis OSS diceritakan mandek karena semua orang membenci dia, dan kesempatan untuk menjadikan GR pegawai tetap pupus sudah.
Dalam kondisi terpuruk seperti itu, apakah OSS membela diri habis-habisan? Dia bisa berkoar-koar bahwa dia mengedepankan etika dan praktek bisnis yang sehat, tapi apakah itu yang dia lakukan?
Tidak. Pada akhirnya dia resign, Saudara-saudara.
Kalimat-kalimat penyesalannya saya rangkum sebagai berikut:
- It is all my fault.
- I could have done better, but I didn't.
- I should do better.
- People are suffering because of me.
- There is nothing else I can do for my team.
- Leaving is the best thing I can do for everyone.
Cara OSS tidak sepenuhnya benar, tapi juga tidak sepenuhnya salah. Yang jelas dia berbesar hati mengakui kalau dia sudah gagal dan mengecewakan orang lain.Â
Sebelum resign pun OSS tidak ndablek, tetap ngotot kalau dia paling benar. Tidak. Dia mendengar pendapat dan saran dari koleganya, dia mencari tahu apa yang terjadi di luar timnya, sampai akhirnya dia sampai pada keputusan pahit: harus mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya mengabdi selama lebih dari 15 tahun.Â
Dia melakukan itu demi kebaikan semua orang, demi kebaikan GR dan anak buahnya yang lain.
Bukan cuma karakter OSS dalam drama Misaeng, dalam banyak drama lain banyak terlihat kualitas seorang pemimpin yang menurut saya ideal:
- Bertanggung jawab, bukan hanya soal mencapai target tim tapi juga soal mengajari anak buah.
- Bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya sendiri dan hasil pekerjaan anak buahnya.
- Mau mengakui kesalahan dan kekurangan.
- Mau berjanji untuk memperbaiki diri dan mencoba lebih baik lagi jika diberi kesempatan.
- Mendengarkan pendapat dan saran dari luar timnya.
- Tidak gampang menyalahkan orang lain.
Apa khayalan saya benar kalau pemimpin di negeri asal drakor memang dituntut untuk memiliki kualitas seperti itu? Bagaimana dengan di negara +62?
Eng ing eng, silakan Google sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H