Banyak pihak yang terprovokasi oleh pembangunan benteng di Bogazkesen ini, dalam persepektif neo-realisme ada yang namanya Security Dillema yang mana mengakibatkan pihak pihak lain merasa terancam oleh power yang dimiliki pihak lain, sehingga mereka perlu untuk memperkuat kekuaatan mereka pula.Â
Seperti pihak Konstantinopel, mereka tidak siap dengan pembangunan yang dilakukan Sultan Mehmed dan merasa terancam dengan ada benteng tersebut, sehingga sang kaisar mengabarkan penyerangan kepada sekutunya Mora. Selain itu sang kaisar juga ingin menyewa salah seorang tentara bayaran yang terkena dari Genova, yaitu Giovanni Giustiniani dengan memberikan Pulau Limnos jika dia memimpin pasukan Konstantinopel. Selain itu pihak Paus yang ada di Vatikan juga terprovokasi mendengar pembangunan tersebut dan mereka ingin menghimpun tentara salib untuk menghancurkan Turki Ustmani dan Sultan Mehmed.Â
Dan juga Paus memastikan bantuannya kepada Konstantopel asalkan mereka mengakui Kristen Katolik dan melakukan penyatuan gereja-gereja. Jika dilanalisa kebijakan yang diambil oleh Konstantinopel dan Vatikan adalah upaya balance of power sehingga mereka harus memperkuat militer dan ekonominya untuk dapat survive dari lawan mereka.
Kelima, Perjanjian damai dengan 4 Kerajaan Eropa, Sultan Mehmed menyampaikan perjanjian damai kepada Kerajaan Eropa seperti Hungaria, Serbia, Polandia, dan Georgia. Perjanjian ini direspon positif oleh kerajaan-kerajaan tersebut dan juga Sultan mengirimkan hadiah kepada mereka untuk memenangkan hati mereka. Kebijakan ini ditujukan oleh Sultan Mehmed untuk meminimalisir faktor-faktor yang dapat menghambat pengepungan Konstantinopel, selain itu beliau juga menyeleksi musuh yang berpotensi untuk mengganggu rencananya, , sehingga tidak perlu menambah korban akibat perang lain.
Keenam, serangan yang dimulai pada 6 April 1453. Sultan Mehmed sempat bernegoisasi dengan Kaisar Konstantinopel untuk menyerah sebelum penaklukan benar benar dimulai, namun sang Kaisar menolak dan menyatakan perang kepada Turki Ustmani. Serangan pertama diluncurkan dengan sebuah meriam raksasa yang diciptakan oleh seorang mekanik asal Hungaria yaitu Urban. Meriam raksasa tersebut memiliki berat 15 ton dengan amunisi seberat 250 kg menjadi kunci serangan yang dapat meruntuhkan tembok suci dari Konstantinopel. Meriam tersebut menjadi salah satu teknologi yang dapat meruntuhkan pertahanan tembok raksasa pada masa itu. Tembakan meriam pertama sangat mengguncang Konstantinopel, tembakan tersebut menyebabkan kerusakan yang cukup serius pada tembok Konstantinopel. Namun tentara Konstantinopel yang saat itu dipimpin oleh Giovanni dapat mengatasi masalah dengan cepat dan berhasil menahan serangan dari Turki Ustmani. Tembakan demi tembakan terus menghujani tembok yang mengakibatkan kerusakan secara konstan pada tembok raksasa Konstantinopel.
Ketujuh, Operasi penggalian bawah tanah untuk meruntuhkan tembok dari bawah. Tidak hanya mengandalkan serangan meriam, Sultan Mehmed juga melancarkan serangan bawah tanah untuk melakukan peledakan tembok dari bawah tanah. Namun, prajurit Konstatinopel berhasil menemukan penggalian gelombang pertama dan membakar lubangnya. Tidak menyerah dengan hal itu, pasukan penggali melakukan penggalian kedua dan berhasil meledekan bawah tanah yang menyebabkan kerusakan pada tembok raksasa. Tetapi, itu semua belum cukup untuk meruntuhkan Kekaisaran Romawi Timur tersebut dengan tembok kokohnya nya yang tidak terkalahkan di masanya.
Kedelapan, penyerangan teluk Gold Horn. Upaya penaklukan Konstantinopel ini tidak mudah. Sebab, setelah dua pekan serangan dilancarkan, kota itu masih mampu bertahan.Â
Salah satu faktor kegagalan itu karena keterbatasan serangan yang dilancarkan dari darat. Oleh karena itu Sultan Mehmed menemukan strategi lain yaitu, melaksanakan penyerangan di tembok terlemah (Wilayah teluk Gold Horn). Namun, teluk Gold Horn di halangi oleh rantai raksasa yang menutup akses masuk ke teluk tersebut.Â
Sulthan Mehmed melakukan sebuah strategi luar biasa yaitu mengangkut kapal kapal melalui darat yaitu melalui bukit Galta yang kemudian langsung diarahkan kedalam teluk Gold Horn.Â
Akan tetapi daerah Galta tersebut dipimpin oleh seorang gubernur yang pandai berbisnis, gubernur tersebut sering menyokong informasi untuk Konstantinopel maupun Turki Ustmani. Untuk mengatasi hal tersebut, Sultan Mehmed melakukan negoisasi dengan Gubernur Galta. Beliau meyakinkan bahwa penaklukan Konstantinopel, Turki Ustmani dan Galta akan menjadi saudara, dan wilayah tersebut akan semakin strategis untuk perdagangan dunia.Â
Mendengar hal ini Gubernur Galta setuju untuk merahasiakan operasi pemindahan kapal-kapal Turki yang melewati wilayahnya dari Konstantinopel. Negoisasi ini dapat dianalisa sebagai usaha mereka untuk mencapai interest dengan absolute gain dimana para aktor saling menentukan interest mereka untuk mencapainya dengan melakukan sebuah kesepakatan/keputusan terbaik.