Mohon tunggu...
Rijal Maulana Sidqi
Rijal Maulana Sidqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Membersamai hidup itu dengan ilmu pengetahuan dan sosialisasi yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Film

Analisis Film "Fetih 1453" Melalui Perspektif Neorealisme

2 November 2021   11:55 Diperbarui: 2 November 2021   12:12 5424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Identitas Film

Judul: Fetih 1453
Produser: Ayse Germen.
Sutradara: Faruk Aksoy
Penulis Naskah: Atilla Engin
Penyunting: Erkan Ozekan
Musik: Benjamin Wallfisch
Durasi Film: 2 jam 36 menit
Perusahaan Produksi: Aksoy film production

Alur Cerita dalam Film

Film ini diawali sebuah gambaran Madinah pada tahun 627 H, saat Rasulullah mengeluarkan sebuah hadist yang berbunyi, Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”  [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].

Pada saat Mehmed II dilahirkan, yang diberikan kemulian untuk menjadi penakluk di usia 21 tahun, banyak keajaiban yang terjadi. Banyak kuda yang melahirkan bayi kembar, hasil bercocok tanam dipanen empat kali dalam setahun, cabang-cabang melengkung hingga ke tanah karena berbuah banyak. Komet pun terlihat didaerah Konstantinopel ditahun yang sama pada siang hari, yang diramalkan sebagai petanda bahwa tembok pertahanan kota akan runtuh.

Pada tanggal 29 Maret 1432 M di kota Edirne, Turki lahirlah anak dari sultan Murad II. Beliau memberikan nama Mehmed (Muhammad Al-Fatih) sebagai penghormatan kepada Rasulullah SAW. Di film tersebut digambarkan Sultan Murad II dikabari tentang kelahiran anaknya saat ia sedang membaca Al Qur'an surat Al Fath.

Sultan Mehmed masih berusia 12 tahun saat dia naik tahta. Ini dikarenakan Sultan Murad II, yang tak mampu menyelesaikan perang dingin antara para Penasehat dan Pemberontaknya, memutuskan menyerahkan tahtanya kepada putranya Mehmed setelah kematian putranya Aladdin yang tak disangka-sangka. Namun, Perdana Menteri Halil Pasha membuat Sultan Murad II kembali berkuasa sebab adanya kemungkinan ancaman dari tentera salib lainnya. Dan Mehmed dikirim ke Saruhan Sancagi.

Pada saat Sultan Murad II meninggal dunia Sultan Mehmed dipanggil kembali ke Edirne untuk menaiki tahta kembali. Saat Sultan Mehmed sampai di Edirne. Di awal masa pemerintahan kedua Sultan Mehmed, banyak penduduk yang meragukan kepemimpinan Beliau. Kerena sebelumnya Beliau pernah digulingkan dari kekuasaanya serta beliau mengangkat Halil Pasha sebagai Perdana Menterinya, orang yang telah menggulingkannya dari tahta. Ini memberi kabar gembira kepada para pemberontak untuk menggulinggangkan kerajaan Ustmaniyah dan menghabisi Bani Ustman.

Pada saat beliau lagi mengadakan rapat dengan penasehatnya datang utusan dari Kaisar Konstantinopel mengirim surat perdamaian. Beliau berjanji akan membalas surat tersebut dan menerima perjanjian damai dari Kaisar Konstantinopel. Sultan Mehmed juga menyuruh Halil Pasha untuk mengirimkan perjanjian damai kepada Raja Roman, Hungaria, Polandia dan Raja Serbia serta Paus dari Vatikan. Namun hal ini tidak disetuju oleh Zaganos Pasha. Akan tetapi, Sultan Mehmed menjelaskan itu adalah sebagai langkah awal untuk menaklukkan kota Konstantinopel.

Pada suatu malam Sultan Mehmed mimpi bertemu dengan Ustman (Nenek moyangnya). Dalam mimpi tersebut Utsman berpesan bahwa Sultan Mehmed lah yang akan membuat kekaisaran Turki menjadi lebih besar serta Beliau lah pemimpin yang telah diramalkan Rasul untuk menaklukkan kota Konstantinopel. Setelah mendapat mimpi itu sultan Mehmed langsung mengutarakan rencananya kepada para penasehatnya untuk membuat 100 kapal dalam setahun dan 3 meriam raksasa. Beliau juga meminta Halil Pasha untuk melaporkan status persenjataan dan amunisi dari Yanissari (pasukan khusus Turki). Mendengar berita tersebut Halil Pasha menyatakan keberatan. Menurut Halil Pasha rencana tersebut hanya akan membuat kekuasaan semakin menyusut. Namun sanggahan tersebut ditolak mentah oleh Sultan Mehmed karena menurut Beliau “hidup untuk mencatatkan sejarah, bukan untuk menjadi seorang pengecut.”

Pada tahun 1452 M Sultan Mehmed mulai membangun benteng di Bogazkesen untuk mencegat semua bantuan yang datang dari laut hitam untuk Konstantinopel. Kabar mengenai pembangunan benteng pun akhirnya diketahui kaisar Konstantinopel beserta kerajaan kristen lainnya. Mereka berencana membentuk tentara yang tangguh untuk mengurungkan niat Sultan Mehmed. Namun ketika itu kondisi Perancis dan Inggris saling berperang sedangkan Jerman sedang menghadapi konflik internal negaranya. Kondisi mereka tertekan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun