Puncak penyerangan terjadi pada tanggal 14 Februari. Namun para pemimpin pasukan, termasuk C. Towle dan Wissan, telah ditangkap oleh Belanda.
Akibatnya, rencana pemberontakan terhadap barak militer Belanda diambil alih oleh pimpinan anggota KNIL Minahasa, Komando Manbi Runtukaf. Bersama warga Manado lainnya, mereka berhasil membebaskan C. Tauru dan Wisan, serta beberapa pemimpin lainnya yang ditangkap. Pertempuran terus berlanjut bahkan setelah semua orang dibebaskan.
Puncak penyerangan adalah pembongkaran bendera Belanda yang semula berwarna merah putih dan biru kini menjadi merah putih. Tak lama kemudian, bendera merah putih dikibarkan di markas Belanda. Pemimpin Belanda juga ditangkap, termasuk Letnan Verwaen, pemimpin barak, dan Kapten Blom, pemimpin garnisun Manado.
Keberhasilan ini memungkinkan rakyat Manado mengambil alih kekuasaan Belanda di sana. Sayangnya kesuksesan tersebut tidak bertahan lama. Awal Maret lalu, kapal perang Belanda Piet Hein tiba di Manado dengan membawa satu batalyon pasukan. Kedatangan mereka disambut oleh pasukan KNIL di pihak Belanda. Kemudian, pada 11 Maret, pimpinan Gerakan Merah Putih diundang naik kapal Belanda.
Akhir Pertempuran
Pertama, para pemimpin ini diundang untuk bernegosiasi. Namun tujuan utama tentara Belanda jelas untuk menangkap para pemimpin Sulawesi Utara. Ajakan ini merupakan siasat militer Belanda untuk melemahkan penduduk Sulawesi Utara.P ada akhirnya Belanda berhasil kembali menguasai wilayah Sulawesi Utara.
ReferensiÂ
https://elshinta.com/news/259335/2022/02/14/14-februari-1946-peristiwa-merah-putih-di-bumi-minahasa
https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/18/080000779/peristiwa-merah-putih-di-manado
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H