I.PENGANTAR
 Cita-citanya semula adalah menjadi Pastor. Maka setelah lulus dari SMP Pangudi Luhur, Yogyakarta tahun 1945, dia  memasuki pendidikan calom imam katolik di seminari Yogyakarta.Mereka tinggal di keluarga-keluarga Katolik. Pendidikan seminari masa itu bersifat  diaspora, terpencar-pencar dalam waktu sekitar 10 tahun.Â
Dia lulus seminari tahun 1952 dan berlanjut ke seminari tinggi. Namun setelah menjalani pendididikan selama 3 bulan, dia mengalami kebimbangan, lalu menemui ibunya di kampung, dan mengutarakan niatnya untuk mengundurkan diri.Â
Seminari telah membentuk kepribadiannya yang tekun membaca, dewasa dan sopan. Keputusan itu , bagaimanapun mengecewakan pastor dan para pengasuh seminari. Tapi itulah titik balik pertama dalam hidupnya: Jakob Oetama.
 II. TITIL BALIK II: DARI GURU MENJADI WARTAWAN
 Ayah Jakob Oetama adalah seorang Kepala Sekolah Rakyat. Seperti buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya, Jakob pun mengutarakan keingiannnya menjadi guru. Oleh ayahnya, dia disarankan untuk menjumpai kenalan ayahnya di gereja Kramat, sekarang bernama Gereja Vincentius, di jalan Kramat Raya,Senen,Jakarta Pusat. Dari staisun Tugu Yogya, Jakob menaiki kereta malam dan turujn di Stasiun Gambir.Â
Pak Supatmo yang baru saja mendirikan Yayasan Pendidikan Budaya, mengelola sekolah-sekolah budaya, senang dengan kedatangan Raden bagus To, panggilan Jakob di kampungnya.
Jakob pun menjadi guru di sekolah-sekolah di SMP Mardiyuwana,Cipanas,Jawa barat tahun 1952-1953, lalu ke sekolah Guru B, SGB , di Lenteng Agung,Jagakarsa tahun 1953-1954, SMP Van Lith di Jalan Gunung Sahari, tahun 1954-1956. Sekolah-sekolah ini di bawah binaan pastor Kongregasi  Orde Fratrum Minorum (OFM), yang juga mengelola Paroki St.Vincentius, Kramat. Jakob tinggal di kompleks sekolah yang sekarang menjadi kompleks Panti Asuhan.
Jakob mengikuti kursus B-1 Ilmu Sejarah sembari tetap mengajar di SMP. Kemudian dia melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Publistik di jalan Menteng Raya, dan lulus tahun 1961. Berkat ilmu sejarah yang dipelajarinya, Jakob kemudian berminat untuk menulis.Â
Dia kemudian menjadi Sekretaris Redaksi di sebuah majalah Katolik bernama  Majalah Penabur. Jakob menulis berita reportase  hingga ulasan sosial, politik dan budaya.Jakob menjalani profesi guru dan wartawan secara bersamaan dan merasa keduanya memiliki titik temu yaitu bersifat mengajar.Â
Jakob sudah sempat diterima sebagai dosen di Universitas Parahiyangan. Unpar menjanjikan akan memberikan rekomendasi belajar dan menyelesaikan Ph.D di Universitas Leuven,Belgia setelah beberapa tahun mengajar. Namun saat Pastor J.W.Oudejans OFM menanyakan profesi yang akan ditekuninya kelak dan Jakob menjawab menjadi dosen, Pastor Oudejans menyarankan untuk menjadi wartawan, karena guru sudah banyak sedang wartawan masih sedikit.Â
Ini menjadi titik balik pertama bagi Jakob, yaitu memilih profesi menjadi wartawan profesional yang digelutinya di masa depan. Menjadi dosen, jangkauannya hanya sebatas mahasiswa di depan kelas, sedang menjadi wartawan bisa menjangkau masyarakat luas.
III. MEMBANGUN INTISARI DAN KOMPAS
 Bulan April 1961, P.K.Ojong ,menemui Jakob di Jogjakarta. Jakob diajak untuk mendirikan majalah baru untuk menerobos pengekangan informasi dari luar yang diterapkan pemerintah. Patronnya adalah majalah Reader Digest, yang berisi informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia.Â
Pembicaraan untuk membentuk majalah baru dimulai saat Koran yang ditangani PK.Ojong, Star Weekly dibreidel oleh pemerintah, sambil makan ayam goreng Mbok Berek dan menonton sendratari Ramayana di Candi Prambanan. Rencana itu kemudian diperdalam lagi di Jakarta. Â
Majalah bulanan Intisari pun akhirnya terbit pada bulan Agustus 1963. Jakob kemudian pindah ke Jakarta bersama beberapa temannya seperti P.Swantoro, mantan adik kelas di Seminari dan penulis di majalah BASIS, Joseph Adisubrata, ahli filsafat dan bahasa latin dan Yunani yang bertugas untuk menerjemahkan artikel-artikel berbahasa asing, Indra Gunawan,Kurnia Muba dan Irawati, lulusan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro yang menjadi relawan tanpa bayaran asal bisa bergabung dengan Intisari.Â
Merekalah tokoh-tokoh awal dan calon-calon pemimpin perusahaan di kemudiaan hari, seperti Indra Gunawan yang akhirnya menjadi pemimpin berdirinya Toko Buku Gramedia. Majalah Intisari ibarat biji sesawi yang kecil, yang menjadi titil awal pertumbuhan dan perkembangan Kompas Gramedia ke berbagai bidang di masa depan.
 Majalah Intisari pertama kali berkantor di dekat Stasiun Kereta jakarta Kota dengan menggunakan mesin ketik dan fasilitas PT.Kinta, perusahaan percetakan tempat P.K Ojong sebelumnya.
Majalah Intisari dibentuk di bawah naungan Yayasan Intisari. Administrasi dan Sirkulasi Majalah Intisari  ditangani oleh PT. Kinta hingga tahun 1969. Untuk mendapatkan penulis, Jakob dan P.K Ojong menghubungi orang-orang yang benar-benar menguasai bidangnya seperti Widjojo Nitisastro utk ekonomi, sejarawan Nugroho Notosusanto, ahli sastra jawa Kuna R.M.ng.Poerbatjaraka, Soe Hok Gie, Soe Hok Djin (Arif Budiman),dll.Â
Pada ulang tahun ke 40 majalah Intisari tahun 2003, Intisari terbit rata2 150.000 eksemplar, dan bergabung dalam Kelompok Majalah yang sudah melahirkan banyak anak dan cucu perusahaan.
Ide awal kelahiran Kompas adalah atas permintaan Jenderal Ahmad Yani kepada Frans Seda agar Partai Katolik menerbitkan koran sendiri untuk mengimbangi pemberitaan koran-koran yang berafiliasi ke Partai Komunis Indonesia.Â
Permintaan tersebut disampaikan ke Ketua Patai Katolik, Kasimo dan pengurus, termasuk P.K. Ojong dan Jakob Utama. Namun Jakob yang diserahi tugas untuk menangani koran itu mengajukan syarat bahwa Koran yang baru trsebut tidak menjadi corong Partai Katolik, namun menjadi gambaran Indonesia yang penuh kemajemukan. Permintaan tersebut disetujui.Â
Maka disiaplah koran baru dengan rencana nama Bentara Rakyat. Namun atas usul Presiden Soekarno kepada Frans Seda, namanya diubah menjadi "Kompas", yang bermakna sebagai pemandu arah.Koran Kompas menjadi Pembawa Bendera group sehingga bisa berkibar ke berbagai bidang bisnis lainnya. Di Kompas, semua orang bisa diterima tanpa melihat perbedaan Suku, Agama, Ras dan golongan.
Dalam perjalanannya, Kompas sempat mengalami beberapa fase. Pada mulanya tahun 60-an, pemasaran Inisari dan Kompas dilakukan oleh pihak lain ,yaitu PT.Kinta. Di Tahun 70-an, KKG menerbitkan lebih dari satu penerbitan pers dan melakukan pemasaran sendiri, khususnya setelah berdirinya Toko Buku Gramedia.Â
Di awal tahun 80-an, KKG melakukan ekspansi dengan mengakuisisi beberapa penerbitan lain dengan tetap bisnis inti di bidang penerbitan pers. Kemudian di tahun 80-an, KKG melakukan ekspansi ke bidang usaha lain yang non penerbitan.
Hingga tahun 70-an, manajemen KKG masih berdasarkan konsep manajemen konvensional dan anak usahanya pun masih terkait dengan bisnis utama di bidang media informasi.
Namun ketatnya persaingan di tahun 80-an membuat pimpinan KKG menyadari bahwa system manajemen yang berdasarkan garis komando dan rentang kendali tak lagi memadai. Â
Maka dibuatlah konsep Management By Objectif (MBO) tahun 1979 dan diterapkan tahun 1980. Pada semester kedua 1980, dibuat system anggaran yang diterapkan tahun 1981.MBO adalah system manajemen yang membuat kombinasi system pengukuran dan system insentif.Â
Target dibuat pada tingkat Corporate yang kemudian dirinci pada tingkat divisi dan bagian.Pencapaian target dipresentasikan setiap 6 bulan dalam Performance Review.
Terobosan penting yang timbul pada system manajemen KKG dengan penerapan MBO ini adalah: Penerapan Corporate Planning pada tingkat Corporate dan Business Plannig pada tingkat divisi/suku usaha, Penyempurnaan struktur organisasi dengan pembentukan lembaga Chief Executive dan divisi-divisi, adanya lembaga Corporate Management Meeting (CMM), Division Management Meeting (DMM) dan Department Management Meeting.,adanya evaluasi program Kerja dan anggaran setiap 6 bulan sehingga rencana lebih terarah,adanya Matrix kerjasama divisi, desentralisasi penjabaran target Corporate ke target Divisi dan departemen.
IV.KONGLOMERASI GRAMEDIA
 Setelah beberapa tahun,Kompas mendirikan beberapa anak usaha ,baik yang berkaitan dengan bisnis inti di bidang media,maupun yang di luar bisnis inti. Ada beberapa alasan pendirian berbagai jenis bisnis itu. Beberapa usaha yang sudah berjalan dan mandiri antara lain:
1. RADIO SONORA
 Radio Sonora berdiri tahun 1972, dan kini menginjak usia 46 tahun. Sejak tahun 2014, Jaringan Radio SMART FM, menjadi bagian dari jaringan radio Sonora setelah pendirinya ingin pensiun dan menjualnya ke Sonora FM.
 2. KOMPAS TV
 Kompas TV didirikan tanggal 9 September 2011. Beberapa jaringan TV yang dimiliki Kompas TV antara lain Kompas TV Jabar, yang sebelumnya bernama STV (Sunda TV). KOmpas TV Sukabumi (sejak September 2016. Sebelumnya bernama ATV).
 3. UNIVERSITAS MEDIA NUSANTARA
 Universitas Media Nusantara didirikan Jakob Oetama pada tanggal 20 November tahun 2006 yang berupaya menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan berdaya saing tinggi di bidang industry kreatif.UMN merancang kurikulumdengan orientasi kepada kreatifitasdan kewirausahaan yang dilengkapi dengan sarana laboratoriumyang baik di bidang bidang teknologi komunikasi dan informasi sertamultimedia. Rektor pertama MN adalah Prof. Yohanes Surya (2006-2011). Dan saat ini rkctor dijabat oleh DR.Ninok Leksono, wartawan senior Kompas.
Hal yang mendasari orientasi UMN  ke ekonomi kreatif adalah karena saat ini ekonomi  industrial sudah beralih ke ekonomi kreatif dimana yang terpenting adalah tumbuhnya kekuatan ide.
Sehingga mayoritas tenaga kerja saat ini berada pada industri jasa yang menghasilkan produk seperti data, software,berita,hiburan dan iklan.Meskipun McDonald's masih ada di abad ke 21 ini,namun nilai kapitalisasi pasarnya hanya 1/10 nilai Microsoft,dengan karyawan 10 kali lebih banyak.
Dalam ekonomi kreatif,hak milik intelektual yang paling penting bukan software, music atau film,tetapi apa yang ada di kepala orang tersebut.Aset yang terpenting adalah orang,jika dia pindah maka dia akan membawa asetnya yaitu ide.
Subsektor Industri kreatif Indonesia mencakup bidang Periklanan, Arsitektur,pasar barang Seni, Kerajinan,Desain,Fesyen, Film, Video dan Fotographi, Permainan Interaktif,Musik, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Layanan Komputer dan Piranti Lunak, Radio dan Televisi,serta Riset dan Pengembangan.
 4. HOTEL
 Hotel Santika berada di bawah anak perusahaan Kompas Gramedia, PT. Grahawisata santika, yang berdiri pada 22 Agustus 1981. Saat ini Hotel Santika telah berdiri di 44 lokasi di seluruh Indonesia. Sejak tahun 2006, Santika Hotel & Resort membagi brand berdasarkan segmen pasar menjadi 4 brand yaitu, The Royal Collection di seminyak dan Ubud ,Baali.
 Hotel santika Premiere (bintang 4), Hotel Santika (bintang 3), dan Amaris Hotel (bintang 2). Hotel Santika berawal dari pembelian Hotel Soeti, yang berlokasi di Jalan Sumatera Bandung. Hotel itu kemudian direnovasi dari kapasitas 33 kamar menjadi 70 kamar.
Awal melebarnya bisnis Gramedia dari  penerbitan ke bidang perhotelan adalah ketika Kompas dibreidel oleh pemerintah tahun 1978, sehingga manajemen merancang unit bisnis lain yang bisa menampung karyawan Kompas jika suatu saat kembali terjadi pembredeilan.Â
Dari satu Hotel kecil, sekarang jumlah propery yang di bawah naungan PT Grahawisata Santika sudah mencapai 67 buah.
5. PERUSAHAAN KERTAS
 PT. Graha Kerindo Utama yang berdiri sejak tahun 1986,merupakan anak perusahaan Kompas Gramedia yang fokus di bidang produsen kertas tissue. Beberapa merk Tissu , seperti Tessa, Multy, Dinasty, dan popok merk PEEMO merupakan merk produksi PT .GKU. Seklain itu ada juga PT Graha Cemerlang Paper Utama , yang berlokasi di Cikampek ,Jawa Barat.
 Pabrik ini berdiri sejak tahun 2005 dengan kapasitas 150 ton per aria tau 51.750 ton per tahun.. Pabrik ini meproduksi tissue untuk toilet rolls, facial toilet, dan kitchen towel.
V.POKOK-POKOK PIKIRAN JAKOB UTAMA
 1. DUNIA USAHA DAN ETIKA BISNIS
 Dunia uaha dan sosial, pada hakekatnya selalu memiliki ide dan tujuan. Ide dan tujuan tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk nilai-nilai yang ditawarkan kepada lingkungan untuk menjadi milik bersama. Di Kompas, menurut Jakob, ssifat yang paling diutamakan adalah watak atau karakter dibanding pengetahuan atau keterampilan. Karakter yang dimaksud misalnya adalah arti mau bekerja sama dengan orang lain dan tidak saling menjegal. Hal ini mendasari mengapa Kompas relatif tidak ada gejolak sehingga syarat pertama perusahaan bisa berjalan bisa tercapai.
 Untuk mengembangkan kualitas kerja dan produk, Kompas mengembangkan manajemen partisipatif dalam bentuk  Pengendalian Kualitas Terpadu (Total Quality Control). Sejak tahun 1984, dibentuk kelompok-kelompok Lingkaran Pengendalian Kualitas di setiap divisi. Setiap tahun diadakan konvensi tahunan Pengendalian Kulaitas Terpadu kelompok Komaps-Gramedia.  Setiap kelompok bisa melakukan efisiensi dan peningkatan produktivitas setelah  melakukan lingkaran Pngendalian Mutu, setelah mereka melakukan diskusi dan memecahkan permasalahan yang timbul di bagiannya. Dari seksi Penjilidan  majalah Intisari misalnya, sebelum tergabung dalam LPK, setiap orang bisa memasang 332 cover flas setiap jam. Setelah melakukan LPK, prestasi mereka naik jadi 480.
 Kelompok LPK Divisi Kontrol, dapat menurunkan pemakaian kertas komputer dari 145 kotak menjadi 123 kotak dalam waktu 6 bulan. Di seksi produksi Divisi percetakan Gramedia, berhasil menurunkan pengulangan plate dari 262 kali dari 3.617 lembar ,turun menjadi 63 dari 3.896.  Di sini, tenaga kerja diajari bagaimana mengumpulkan data, menggunakan data, membuat rencana, melaksanakan rencana, menilai pelaksanaan dan memngoreksinya. Siklus ini mereka namakan "Relasati", yaitu rencana, Laksanakan, Periksa ,Tindakan (PDCA).hal ini menumbuhkan sikap rasional dan mengisi kelemahan karyawan dan bangsa Indonesia yang terbiasa bekerja tanpa rencana, tanpa pengujian atau kontrol, dan tanpa koreksi untuk mencapai tingkat Kinerja yang lebih tinggi. Karyawan diperkenalkan dengan metode-metode ilmiah dan objektif dan kritis seperti pengumpulan data, membuat diagram, metoda pembuatan analisa menurut tulang ikan (fishbone). Metoda ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas proses serta hasil kerja karyawan.
 Penyebab ketidakberhasilan bisnis,menurut Jakob Oetama ,adalah karena kurangnya totalitas, misalnya kerja setengah-setengah, menganggap remeh, kurang disiplin. Sedangkan kelompok usaha yang berhasil di segala zaman tanpa tergantung kepada pemerintah adalah perusahaan-perusahaan yang tidak terlalu ngotot, tahan uji, tumbuh perlahan tapi pasti dan mengembangkan etika bisnis.
 2. MANAJEMEN SURAT KABAR
 Jakob Oetama memandang dirinya pertama-tama adalah seorang wartawan,bukan pengusaha.Menjadi pengusaha baginya adalah kebetulan,sejakP.K. Ojong meninggal  dunia.Menurut Jakob, agar wartawan dan media bisa bertahan dalam perubahan,maka diperlukan rasa tahu diri, harga diri dan dapat dipercaya.Modal social itu merupakan resultan dari karakter, integritas, dan kemampuan professional.Dalam mengembangkan prinsip demokrasi dan kebebasan, pers juga perlu menahan diri untuk melangkah maju lagi. Tidak bisa menggebrak di suatu bidang terterntu, tapi di semua bidang secara bergantian. Bila  dalam politik belum memungkinkan,maka perlu juga menggarap bidang kebudayaan politik dan struktur hubungan kekuasaan sosial,ekonomi dan politik yang berlaku sehingga tetap ada arah kemajuan.
 Kebebasan pers merupakan syarat agar pers bisa melaksanakan fungsinya dalam memberikan informasi dan pengawasan. Namun kebebasan pers juga harus disertai kemampuan professional. Wartawan tidak hanya dituntut harus cerdas dan berbakat menulis,namun juga harus memiliki spesialisasi. Sehingga pers nantinya akan mendapatkan kredibilitas dan otoritas, wibawa,dipercaya dan bisa dijadikan acuan.
 Meskipun kebebasan pers  sudah dijamin dengan tidak adanya pencabutan SIUPP kecuali melalui proses pengadilan,namun tanggung jawab pers juga semakin besar. Pers harus lebih professional,lebih  cermat dalam segala hal yang menyangkut data,opini dan nama baik orang. Pers harus melakukan persyaratan check and recheck dengan cermat, melakukan pengumpulan bahan-bahan informasi dari lapangan, dari narasumber,dokumentasi,dan memegang sikap cover both sides. Pers harus menjauhkan sikap yang partisan yang kelewat subjektif  dan tidak adil.
 Ukuran kesuksesan seorang wartawan hingga saat ini, menurut Jakob, tidak berubah.Mereka harus memiliki karakter ulet,terbuka,peka dan peduli,punya pandangan beyond dan transcend,sertaselalu terlibat di tengah masyarakat dan peristiwa-peristiwa. Sebagai contoh,almRosihan Anwar, yang tampaknya memiliki bakat wartawan, tapi juga mengembangkan bakat itu dengan belajar dari beragam bacaan.Rosihan Anawar disiplin melakukannya sejak remaja,sehingga dapat menjadi teladan bagi wartwan agar tidak kehilangan orientasi.
 VI. PENGAGUM TOKOH PEMIKIR
 Jakob Oetama mengagumi beberapa orang pemikir kelas dunia, dan menjadikannya rujukan dalam berbagai kesempatan. Jakob juga sering mengadakan seminar untuk membahas pemikiran itu dengan mengundang tokoh-tokoh dari berbagai bidang. Di antara tokoh pemikir yang dikaguminya antara lain:
 1. GUNNAR MYRDALL
 Salah satu topik yang menarik perhatian Jakob Oetama adalah hasil penelitian Gunnar Myrdall di Asia tahun 1957-1967 yang dituliskan dalam buku Asian Drama: An Inquiry into the Poverty of Nations (Drama Asia: Sebuah pertanyaan tentang Kemiskinan Bangsa-bangsa). Buku ini menjelaskan gambaran ketidakadilan sosial dan ekonomi di Asia, analisa penyebabnya dan dampaknya terhadap pembangunan di Asia (selatan).Menurut Myrdal, keadaan yang menyedihkan di Asia bukan karena kurang modal tetapi karena sikap irrational masyarakat dan buruknya lembaga sosial politik. Penyebab ketidakadilan adalahdistribusi kekuasaan yang tidak merata, agama-agama yang dinilainya menunjang ketertinggalan dengan ajaran yang cenderung pada praktek ketidakadilan.Keadaan ini diperparah akibat ledakan pertumbuhan penduduk.
 Pengamatan Ginnar Myrdal bahwa bahwa-bangsa Asia termasuk bangsa yang lemah sangat tepat.Penduduk di Asia Selatan tertinggal dari Negara-negara Asia lainnya ,apalagi dari benua yang mengalami empat musim. Penduduk di benua empat musim secara alamiah lebih kreatif dan berjuang lebih keras dibanding penduduk di benua dua musim. Meski sebenarnya negeri seperti  Indonesia memiliki kearifan-kearifan seperti Jepang dan Korea, namun kearifan itu tidak menjadi pedoman kerja bahkan dilupakan.
 Jakob Oetama sangat menghargai orang yang bekerja keras dan sisiplin pada bidang ilmu yang digelutinya.  Dia sangat menghormati orang-orang yang bertekun selama bertahun-tahun untuk pengembangan bidangnya. Ora et Labora tidak lagi sekedar slogan namun menyatu dalam hidup keseharian mereka. Itu pula sebabnya Jakob Oetama menggagas penghargaan Cendekiawan Berdedikasi sejak tahun 2008, yang diberikan kepada 5 orang setiap tahun dalam rangka ulang tahun Kompas.
 2. MAX WEBER
 Sosiolog Jerman,Max Weber (1864-1920),membangun teorinya berdasarkan teologi agama Kristen Protestan,khususnya Calvinisme. Esainya pertama kali diterbitkan tahun 1930 dalam bahasa Jerman dan kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggeris,The Protestan Ethics and the Spirit of Capitalism (Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme). Max Weber memaparkan bagaimana semangat kapitalisme, mengumpulkan modal,dibentuk dan dikembangkan berkat etika protestantisme.Inilah yang mendorong Jerman,utamanya Calvinisme yang mengajar doktrin sikap hidup duniawi, keyakinan bahwa keberhasilan dalam dunia bisnis sebagai tanda termasuk dalam kelompokyang diberkati oleh Tuhan.
 Weber membangun teori tentang asketisme yang terbagi dua yaitu asketisme dunia sini dan asketisme dunia sana. Titik perhatian calvinisme adalah asketisme dunia  sini, yang memacu kaum calvinis untuk bekerja keras, mengumpulkan uang,menabung apa yang didapat dan berinvestasi.Inilah yang menjadi pemicu munculnya kapitalisme modern pada abad ke 16.
 Jakob Oetama  tertarik dengan teori Etika Protestan ini.Hal ini terkait dengan kemajuan yang dialami Negara-negara yang menganut Kristen Protestan seperti Inggeris,Jerman,dll dibandingkan dengan Negara-negara yang berpenduduk Katolik Roma.  Teori ini menggugat sejauh mana agama-agama berperanan besar dalam upaya meningkatkan harkat manusia dan kemanusiaan.Jakob memperoleh keyakinan bahwa agama tidak harus bicara soal nanti setelah kematian, tetapi juga bicara soal yang riil terjadi sekarang, seperti kemiskinan dan hak asasi manusia
 3.  Francis Fukuyama
 Setelah menulis buku The End of History yang terkenal,Francis Fukuyama menulis buku Social Trust, yang berbicara tentang pentingnya kepercayaan dalam kehidupan ekonomi. Menurut Fukuyama, dalam zaman pertarungan menuju keyajayaan ekonomi, dimana perbedaan kultural akan menjadi penentu utama keberhasilan bangsa, modal sosial yang diwujudkan dalam bentuk kepercayaan akan menjadi sama pentingnya dengan modal fisik.  Menurutnya,negara-negara yang memiliki kepercayaan sosial tinggi  seperti Amerika Serikat,Jepang akan memiliki peluang keberhasilan lebih besar dalam menciptakan organisasi bisnis  skala besar yang fleksibel untuk bisa  bersaing  dalam perekonomian global saat ini, dibanding negara-negara yang memiliki kepercayaan social yang rendah seperti masyarakat Konfusian China dan masyarakat Katholik seperti Perancis dan Italia.  Kejayaan Amerika dibangun  bukan etos inividualisme,tetapi oleh keeratan ikatan kewargaan dan kekuatan komunitasnya. Jika Amerika bergeser kearah individualisme yang berbeda dengan tradisi komunitarian masa lalu, maka hal itu akan lebih berbahaya dibandingkan dengan kompetisi dengan negara lain.
 IX.JAKOB OETAMA DI MATA REKAN
 Menurut wartawan senior (alm) Rosihan Anwar, keberhasilan Jakob Oetama dalam membesarkan dan mengendalikan Kompas sehingga bisa terus bertahan adalah karena Jakob menerapkan apa yang disebutnya  "Jurnalisme Kepiting". Artinya,ketika dia menghadapi bahaya di depan, Jakob berusaha mundur dulu. Tidak mau menghadapi secara frontal,karena keberlangsungan perusahaan yang menjadi lahan hidup bagi banyak karyawan dan pihak lain yang berkepentingan lebih diutamakan. Seperti halnya ketika Kompas mengalami pembredeilan tahun 1978, berlainan dengan P.K Ojong yang bertahan tidak mau menandatangani perjanjian untuk tidak mengkritik pemerintahan Soeharto dan bisnis keluarganya,Jakob memilih untuk menandatangani.Namun dalam prakteknya,kritik secara halus dan dalam berbagai bentuk tetap berjalan.
 Menurut Leo Batubara,mantan Ketua Serikat Penerbit Suratkabar,keberhasilan Kompas ditopang oleh enam strategi yang diterapkan oleh Jakob Oetama. Pertama , professional competence dalam memenangkan pasar, yaitu dengan melakukan rekrutmen personel dengan bantuan institusi professional, mengalokasikan biaya training yang besar untuk mmbangun jurnalis yang memiliki pengetahuan dan memanfaatkan keahlian para pakar dan kolumnis  sebagai kontributor di bidangnya.Kedua, mengembangkan produk,bukan tuduhan dan fitnah.Dalam melakukan kritik,pesan selau diusahakan dikomunikasikan tanpa melukai komunikan. Ketiga, integrasi antara misi ideal dengan misi bisnis. Produk Kompas adalah pil kina yang menyembuhkan (misi ideal) tapi dengan rasa manis (misi bisnis). Keempat, mengintegrasikan kepentingan perusahaan  untuk tetap eksis, tumbuh dan berkembang,dengan kepentingan karyawan untuk bisa berkontribusi, mendapat imbalan yang pantas dan tertantang.Kelima, melakukan efisiensi dan efektivitas secara optimal, yaitu dengan melakukan join multimedia antara antara suratkabar sebagai primadona masa lalu dengan internet sebagai primadona masa kini. Strategi yang ditempuh adalah dengan menerapkan strategi 3M, multimedia, multichannel,multiflatform,yaitu dalam bingkai Kompas sebagai Kompas Provider. Keenam, mengupayakan kepuasan Konsumen dengan menyelenggarakan riset secara berkala, jajak pendapat dan mengoperasikan ombudsman.
 VII. PENUTUP
 Untuk segala sesuatu ada waktunya. Pun demikian Jakob Oetama yang tak lagi memegang tampuk pimpinan operasional di Kompas Gramedia.Sejak tanggal 15-8-2015,  Kompas Gramedia Group melakukan regenerasi dengan peralihan CEO ke putra Jakob, yakni Lili Oetama. Majalah Intisari dan Kompas yang dulunya hanya diawaki beberapa orang yang mengandalkan ide, kini memiliki karyawan sebanyak 22.000 yang tersebar di berbagai bidang bisnis. Kompas Gramedia telah memulai era baru di bawah generasi kedua yang siap menyambut tantangan eksternal dan internal seturut zamannya. Dan Jakob Oetama melantunkan Syukur yang tak berkesudahan untuk semua berkat Tuhan yang telah dialami dan dilihatnya hingga di usia menjelang senja hari. Dari segala keberhasilan usaha yang telah diraihnya, dia merasa tugasnya tetaplah  sebagai wartawan : Menghibur yang papa, dan mengingatkan yang mapan.
 Bahan Bacaan :
 1. St.Sularto (Penyusun), "Syukur Tiada Akhir,Jejak Langkah Jakob Oetama", Penerbit Buku Kompas, Jakarta 2011.
 2. Jakob Oetama, "Dunia Usaha dan Etika Bisnis", Penerbit Kompas, Jakarta ,2001
 3. Anak Jakob Oetama Pimpin Kompas Gramedia, http://wartakota.tribunnews.com, 8 Oktober 2015
 Dimuat dalam Buletin Mercusuar, Edisi 47, September 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H